BAB V PENUTUP. a. Reality TV Pemberian Misterius Sebuah Teks Narasi. naratif secara ideal memiliki tiga kriteria karakteristik yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NARATIF: KEMISKINAN DALAM PROGRAM REALITY TV PEMBERIAN MISTERIUS DI STASIUN SCTV

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi konstruksi media massa atas realitas sosial adalah studi kualitatif didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. Berita merupakan suatu narasi (Eriyanto, 2013: 5). Narasi selama ini selalu

BAB II LANDASAN TEORI. Almahendra serta film 99 Cahaya di Langit Eropa arahan sutradara Guntur

NARASI MASKULINITAS DALAM NOVEL (Analisis Naratif Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah perantara atau penyalur pesan secara serentak yang menjangkau masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENGANTAR. Menjamurnya program reality TV yang populer disebut reality show di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB VI KESIMPULAN. Sebagai sebuah cerita yang diciptakan pada awal abad ke sebelas, Risalah al-

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3892

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 5. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. pemberitaannya tidak hanya dalam bentuk berita lugas atau hard news. pembuka dalam buku Narrative and Media. Betapa kuatnya narasi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya kreatif yang bisa bebas berekspresi dan bereksplorasi seperti halnya

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS IV SDN 5 BILUHU KABUPATEN GORONTALO

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kesusastraan Jawa era baru dimulai pada awal abad 20 dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB IV PENUTUP. kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Vebriana, 2014

Reproduksi Gaya Berkendara Sinetron Anak Jalanan Oleh Remaja (Reception Analysis Siswa SMAN 14 Bekasi ) Muhammad Rheza Fadillah 1B815844

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. semiotika John Fiske karena dirasakan cocok dengan apa yang akan peneliti teliti.

TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK DEFINISI KONVERGENSI SIMBOLIK

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga dengan penggunaan teknik super slow motion berjudul ASA.

: Mas ul Hadi : B Kosma/Jur/SMT : i/psikologi/2 Label : Tugas 1 Mata Kuliah : Antropologi Dosen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

BAB V PENUTUP. dalam teks The Little Prince. Sebagaimana telah diketahui bahwa novela ini telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat martabat suatu

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan a. Reality TV Pemberian Misterius Sebuah Teks Narasi Hasil pembahasan program reality TV Pemberian Misterius sebagai sebuah teks naratif merujuk pendapat Mieke Bal bahwa dalam sebuah teks naratif secara ideal memiliki tiga kriteria karakteristik yaitu : 1. Dua tipe pembicara akan ditemukan dalam teks narasi. 2. Memiliki tiga lapisan dalam teks narasi: teks, cerita dan fabula. 3. Teks narasi yang menjadi perhatian, isi yang ia sampaikan pada pembaca, adalah serangkaian kejadian yang saling berhubungan yang dihasilkan atau dialami oleh aktor yang dipresentasikan menurut cara tertentu. Dalam pembagian ketiga kriteria tersebut dibahas tiga lapisan dalam sebuah teks narasi, yaitu teks, story dan fabula. Pembahasan lapisan teks, story (cerita) dan fabula secara terpisah dapat menjelaskan bagian-bagian lapisan tersebut yang memiliki hubungan yang koheren (menyatu) dalam reality TV PM. Pada pembahasan lapisan teks menjelaskan bagaimana struktur agen pembicara dibangun. Agen pembicara dalam program reality TV PM adalah agen pembicara ke-satu dan agen pembicara ke-dua. Agen pembicara ke-satu adalah Ibu Sulastri, yang sesaat ditransformasikan kepada sosok karakter Ibu Rini Nurhayati, Ibu Puji Rahayu dan pemberi hadiah misterius. Keempat agen 211

212 tersebut adalah aktor yang mewakili karakter dan muncul dalam program reality TV PM, yang disebut dengan internal narrator. Internal narrator merupakan agen pembicara yang secara eksplisit muncul dalam reality TV PM. Sedangkan agen pembicara ke-dua diperankan oleh narator sebagai eksternal narator dan didukung teks yang dimunculkan. Penggunaan teks dalam program tersebut sebagai bagian dari pendukung proses fabula. Namun, tidak semua teks merupakan deskripsi kejadian. Di antaranya teks hanyalah sebuah argumentasi yang bersifat non-narrative comment. Fungsi teks deskriptif untuk menjelaskan objek fabula dan memiliki implikasi terhadap estetika teks dan efek ideologis. Dari hasil analisa awal ditemukan adanya dua tipe pembicara di dalam program reality TV PM. Program reality TV PM merupakan program yang kejadiannya realis. Kejadian, aksi dan peran aktor tidak selalu dideskripsikan namun dilakukan langsung dalam tiap kejadian. Teks dalam tayangan program sebagai penjelasan linguistic yang sifatnya menguatkan dan memberi penjelasan kejadian yang berlangung. Kejadian dalam adegan diwakilkan melalui aksi dan dialog dari aktor-aktor. Dari kondisi ini maka semua kejadian yang dilakukan aktor tidak dideskripsikan namun di narasikan. Kekuatan lain yang dibangun dalam struktur narasi program reality TV PM adalah melalui motif-motif yang muncul melalui agen pembicara ke-satu yaitu Ibu Sulastri dan bergeser ke Ibu Rini Nurhayati bergeser ke Ibu Puji Rahayu dan bergeser pada sosok pemberi hadiah misterius. Pembicara ke-satu

213 memiliki peran sebagai subjek dalam proses fabula dan mengarahkan pandangan penonton melalui pandangan subjek terhadap objek. Analisa lapisan story (cerita) yang diawali dengan tahap pengurutan atau sekuensial dihasilkan adanya kejadian dari awal scene menuju scene selanjutnya merupakan kejadian kronologis yang memiliki relasi hubungan baik aktor sebagai subjek maupun fabula yang dinarasikan. Dengan meminjam istilah dalam penulisan naskah program televisi disebut dengan alur. Alur yang dibangun dalam program reality TV PM adalah alur linear atau lurus. Adanya penyimpangan yang merupakan deviasi adalah adegan flash back. Penyimpangan yang diselipkan dengan frekuensi yang tidak sering tersebut ditempatkan mendekati akhir penceritaan. Penyimpangan tersebut tidaklah merubah alur linear dikarenakan tidak menimbulkan makna baru di luar fabula yang dinarasikan dan lebih memiliki fungsi sebagai repetisi kejadian untuk menguatkan proses dan fabula yang dinarasikan. Sedangkan struktur tingkat narasi menggunakan aktor yang mewujud dalam karakter sebagai pembicara ke-satu yang muncul di dalam kejadian yang disebut sebagai character narrator (juga sebagai internal narrator) dan pembicara tidak langsung diluar kejadian yang diperankan oleh narator sebagai external narrator. Ditemukan irama yang dibangun dalam reality TV PM menggunakan tempo adegan di mana time fabula (TF) adalah sama atau lebih besar dibanding dengan time story (TS), sehingga tempo yang digunakan disebut tempo adegan. Adanya flash back dalam deviasi memiliki irama tempo ringkasan di mana time fabula (TF) lebih besar dibanding dengan time story

214 (TS). Frekuensi yang muncul dalam narasi dapat dilihat ketika pembacaan irama, peristiwa dalam narasi ada yang dilakukan pengulangan (repetisi) dan menjadi penyimpangan yang tidak membentuk makna baru dari fabula yang dinarasikan. Frekuensi pengulangan peristiwa sebagai penguatan penjelasan dari penceritaan yang lebih dikenal dengan istilah flashback. Flashback ditemukan dalam scene-scene terakhir yang muncul untuk memberikan penguatan atas peristiwa dan fabula yang dinarasikan. Sedangkan strategi penceritaan menggunakan retorika metonimi. Di mana konsep metonimi yang bekerja dengan mengasosiakan makna ke bidang yang sama, sebuah bagian dapat menjadi wakil keseluruhan. Di dalam scenescene tersebut, kejadian, aktor, aksi menunjukan sebuah realitas yang menunjukan keseluruhan realitas. Latar suasana di jalanan mencari target, bertemu target yang baik maupun yang tidak mau menolong menggambarkan sebuah realitas yang lebih besar tentang kondisi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Target yang mau menolong sebagai sosok orang yang tulus namun dengan kehidupan ekonomi yang masih kurang, menjadi potret dari kondisi masyarakat Indonesia. Tahap pembacaan lapisan ketiga untuk melihat isi cerita sebagai sebuah fabula yang dinarasikan. Melalui pembagian kriteria perubahan, pilihan, konfrontasi ditemukan bahwa fabula dalam narasi dikonstruksi melalui dasar logika kejadian yang dipahami luas. Apa yang dilakukan oleh aktor dengan aksi dan dialognya dipersepsi penonton dengan persepsinya melalui kejadian eksplisit. Sedangkan fabula sendiri tidak secara utuh dapat

215 ditangkap secara eksplisit, setidaknya dengan menonton tayangan sebagai analis sehingga dapat melihat visi dari cerita yang sedang bekerja. Hal inilah yang menjadi bagian yang tak terlihat secara langsung namun selalu bekerja kerja dalam sebuah narasi. b. Bangunan Struktur Narasi Linear Dalam Reality TV Pemberian Misterius dengan Peran Aktor, Fungsi Karakter dan Narator yang Mendukung Penceritaan Hasil dari analisis bangunan struktur narasi yang dihasilkan dengan merujuk beberapa pendapat ahli naratif dapat disimpulkan bahwa cerita (story) yang ada dalam reality TV PM tidak seutuhnya nampak (dimunculkan) dalam tayangan. Cerita memiliki bagian besar urutan-urutan yang kronologis dan menyatu sudah dibangun diluar plot yang dimunculkan. Dalam pembahasan cerita ini, cerita (story) memiliki dua kejadian yang sudah ada yaitu sudah menyiapkan sosok tokoh Ibu Puji Rahayu yang memerlukan biaya untuk perawatan anaknya. Kemudian pemilihan Ibu Puji Rahayu yang akan diberi bantuan uang untuk biaya perawatan anaknya melalui pencarian target yang mau membantu Ibu Sulastri mengantarkannya. Kedua kejadian tersebut tidak pernah dijelaskan atau digambarkan dalam tayangan. Selanjutnya apa yang dimunculkan dalam tayangan sebagai bagian dari alur (plot) di mana merupakan gagasan pembuat narasi untuk memulai menarasikan sebuah cerita. Alur (plot) dalam reality TV PM terlihat linear, berurutan kejadian dari awal hingga akhir (dari A-Z) walaupun ada penyimpangan yang tidak kronologis (flashback; repetisi) namun tidak menciptakan makna baru.

216 Selanjutnya, dari hasil analisis struktur narasi dengan metode Tzvetan Todorov, ditemukan struktur narasi yang dibangun dalam reality TV PM. Struktur tersebut diawali dengan kondisi awal keseimbangan yang diteruskan dengan keadaan gangguan yang dihadapi oleh Ibu Sulastri saat harus mencari target orang yang mau membantunya. Gangguan tersebut mulai dapat dihindari menuju kondisi yang diharapkan setelah menemukan target yang bersedia membantunya (Ibu Rini Nurhayati). Tahap selanjutnya adalah menuju keseimbangan akhir. Sebelum kondisi keseimbangan tercapai, ada proses di mana sosok Ibu Rini Nurhayati berjuang melakukan tugasnya membantu Ibu Sulastri memberikan amplop kepada Ibu Puji Rahayu. Setelah proses ini tercapai, dan Ibu Rini Nurhayati mendapatkan imbalan berupa hadiah dari Pemberi Hadiah Misterius menjadikan kondisi kembali pada keseimbangan (baru). Selanjutnya ditemukan fungsi dan karakter dalam narasi. Merujuk pendapat Propp dengan 31 fungsi dan karakter dalam narasi, ada dua belas fungsi karakter yang sesuai dengan pendapat Propp. Dari fungsi tersebut, karakter dalam reality TV PM ditemukan tujuh karakter di mana karakter yang menonjol ada tiga, yaitu Ibu Sulastri, Ibu Rini Nurhayati dan Pemberi Hadiah Misterius. Dari ketiga karakter tersebut memiliki fungsi masing-masing, namun dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu penolong (pahlawan) dan yang ditolong (Ibu Rini Nurhayati). Peran narator di dalam reality TV PM ditemukan adanya dua peran narrator, yaitu narator dramatis dan narator non-dramatis. Narator dramatis

217 diperankan pada sosok Ibu Sulastri. Tokoh Ibu Sulastri menjadi agen pencerita yang menghubungkan rangkaian kejadian-kejadian dan menarasikan cerita melalui aksi dan dialog. Dari awal hingga akhir tayangan, peran Ibu Sulastri sangat utama dalam narasi. Pada sisi lain, peran narator yang menarasikan di luar tayangan sebagai pembicara orang ketiga juga berperan dalam menarasikan cerita. Narator di luar tayangan sebagai narator non-dramatis digunakan dalam reality TV PM. Dari hasil analisa dalam penelitian ini dapat disimpulkan bangunan struktur narasi yang dibangun dalam reality TV PM adalah linear. Dalam bangunan struktur narasi tersebut, peran aktor dan fungsi karakter sangat memberikan dukunan sebagai agen pencerita yang menarasikan sebuah cerita. Peran narator yang muncul secara eksplisit diwakili melalui karakter aktoraktor yang berperan dalam menarasikan cerita. Disisi lain, eksternal narator juga digunakan dalam program reality ini. Narator yang membawakan narasi digunakan dalam scene-scene akhir untuk memberikan penguatan informasi atau penjelasan dari cerita yang dinarasikan. c. Kemiskinan Ditranskodekan melalui Sosok Karakter dan Bangunan Struktur Narasi sebagai Narasi yang Mendasari Reality TV Pemberian Misterius Narasi yang dikerjakan di dalam program reality TV PM dapat dilihat melalui pembahasan oposisi biner (Levi Strauss). Hasil yang didapat atas pembacaan oposisi biner melalui konsep pembacaan sintagmatik dan paradigmatik dapat disimpulkan adanya perbedaan mendasar kelompok di

218 dalam karakter-karakter yang muncul dalam reality TV PM. Adanya relasi dari miteme-miteme yang selanjutnya dibaca terdapat perbedaan yang muncul. Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pahlawan (hero) dan yang ditolong (diberi bantuan/hadiah). Perbedaan dalam pengeleompokan tersebut menjadi oposisi biner yang terbaca secara eksplisit dalam tayangan. Namun, dalam pembacaan selanjutnya, perbedaan (oposisi biner) yang terbaca adalah adanya kelompok kaya (pemberi hadiah) dan kelompok miskin (penerima hadiah), sebagai kelompok subjek yang menggerakkan narasi dan objek bagian dari narasi. Pembacaan ini membaca struktur dalam program reality TV PM, di mana pahlawan dan yang ditolong bukan menjadi gambaran sebenarnya. Struktur dalam yang ada pada program reality TV PM lebih pada penggunaan orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi, yang tidak memiliki aset produksi sendiri (miskin) menjadi objek yang menggerakkan narasi. Narasi bekerja karena adanya objek. Subjek hanyalah penggerak yang menghubungkan dari awal hingga akhir dan memiliki kepentingan dan tujuan (visi) yang lebih jauh, yaitu keberhasilan sebuah tayangan program (menarik, punya nilai) sesuai rencana dari pembuat narasi (reality TV PM). Oleh karenanya dari hasil pembacaan oposisi biner, terjawab tentang narasi apa yang diciptakan oleh program reality TV PM, yaitu kekuatan (kaya) yang menjadikan objek (miskin) bagian yang menggerakkan narasi dalam reality TV PM. Pada akhirnya, melalui pembacaan oposisi biner telah tergambarkan adanya kelompok yang berlawananan. Kelompok kaya dan miskin, kuat

219 (pahlawan) dan lemah (yang ditolong), subjek dan objek. Oposisi tersebut menunjukkan adanya identitas dari masing-masing karakter yang dibentuk di dalam reality TV PM melalui penceritaaan narasinya. Melalui bangunan struktur narasi dan tokoh karakter-karakter di dalamnya. Selanjutnya, oposisi biner tersebut mampu menggambarkan struktur dalam yang dibaca adanya tema kemiskinan yang muncul secara implisit dan ditranskodekan melalui bangunan struktur narasi dan tokoh karakter di dalam program reality TV PM tersebut. 2. Saran Penelitian ini merupakan sebuah proses operasional teoritis yang mencoba memahami, menganalisa dan mengevaluasi sebuah teks naratif yaitu program reality TV PM. Penggunakan analisis naratif sebagai metode, dipilih karena masih belum banyaknya penelitian dalam bidang studi tersebut dan menarik perhatian peneliti dikarenakan dapat memaknai sebuah teks naratif pada struktur dalamnya atau makna di balik teks naratif tersebut. Di sisi lain, kegiatan penelitian ini seperti layaknya kegiatan membaca yang mungkin memiliki subjektivitas dari peneliti, namun demikian, penggunaan teori sebagai alat bantu diharapkan dapat memfasilitasi dan memberikan objektifitas dalam proses maupun hasil. Peneliti masih merasa penelitian ini kurang dari sempurna, oleh karenanya berharap adanya kritik dan saran yang dapat memberikan masukan agar penelitian ini semakin baik dan sempurna. Berbagai kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah minimnya referensi penelitian sebelumnya yang menggunakan teori naratif

220 Mieke Bal sehingga dengan penuh semangat dan keyakinan untuk perkembangan studi naratif, peneliti melanjutkan hinga tuntas penelitian ini. Akhir kata, segala kritik dan saran akan menjadi sebuah cambukan dan polesan indah dalam penelitian ini dan penelitian-penelitian naratif selanjutnya di masa yang akan datang.