PERILAKU PONDASI DANGKAL YANG DIBERI PERKUATAN TYRESOIL DAN GRANULER AKIBAT DINAMIS Sugiarto 1, Ria Asih Aryani Soemitro 2, Moesdarjono Soetojo 3 1.Mahasiswa Pascasarjana Teknik Sipil FTSP-ITS. Email : yhs_exspres@yahoo.co.id 2.Dosen Teknik Sipil FTSP-ITS. Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 6111. Telp. 31-5928797. Email : ria@ce.its.ac.id 3.Dosen Teknik Sipil FTSP-ITS. Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 6111. Telp. 31-5928797. Email: soetojo@ce.its.ac.id ABSTRAK Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama, yaitu Lempeng Hindia di sebelah selatan yang bergerak relatif kearah utara-timur dengan pergerakan sekitar 7 cm/tahun, Lempeng Eurasia di utara yang bergerak relatif ke selatan dengan pergerakan relatif 9 cm/tahun dan Lempeng Pasifik di timur yang bergerak relatif ke barat dengan pergerakan 11 cm/tahun. Dengan letak geografis tersebut kepulauan Indonesia merupakan daerah yang mempunyai aktivitas gempa yang cukup tinggi. Sebuah model dibuat dilaboratorium untuk mempelajari efektifitas penggunaan Tyresoil dan material granuler apabila digunakan sebagai perkuatan pada pondasi dangkal yang dibebani dengan beban dinamis horizontal. Model pondasi berukuran 1 x1 cm. Daya dukung model ini langsung diatas tanah pasir berlanau, dibandingkan dengan daya dukung pondasi yang terletak pada tanah pasir berlanau yang diperkuat dengan Tyresoil dan material granuler. Perkuatan Tyresoil dengan 1 lapis, perkuatan material granuler dengan h = B, h = 2B dan h = 3B dimana B adalah lebar pondasi dan h adalah kedalaman perkuatan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa adanya perkuatan dalam massa tanah memberikan kontribusi yang signifikan dalam merubah karakteristik mekanis suatu tanah. Pada pembebanan statis perkuatan pasir dengan h = 2B merupakan perkuatan yang paling efektif, dengan penurunan sebesar 14 mm dibanding tanpa perkuatan yang menghasilkan penurunan 19 mm, yaitu mampu mereduksi penurunan sebesar 26,31% dibanding kondisi tanpa perkuatan. Pada pembebanan dinamis a =,3 g efektif digunakan Tyresoil, penurunan yang dihasilkan oleh kondisi tanpa perkuatan sebesar 186 mm, setelah diberi perkuatan penurunan menjadi 139 mm dimana dengan perkuatan ini dihasilkan reduksi penurunan terbesar yaitu sebesar 25,26%. Pada pembebanan dinamis a =,34g reduksi penurunan terbesar yaitu 24,67% dihasilkan oleh perkuatan Tyresoil yaitu dengan perkuatan dihasilkan penurunan sebesar 174 mm, sedangkan tanpa perkuatan dihasilkan penurunan sebesar 231 mm. Semakin besar beban dinamis yang diterapkan pada kondisi pembebanan secara umum menyebabkan tegangan yang terjadi pada tanah menjadi kecil, ini terjadi akibat daya dukung tanah semakin rendah. Kata kunci : Tyresoil, Beban dinamis, material granuler, gempa.
PENDAHULUAN Gempa bumi merupakan fenomena alam yang selalu terjadi kapan saja dan dimana saja. Walaupun jumlah korban memang lebih sedikit daripada bencana alam yang sebanding, kerusakan dan kerugian yang diderita menempatkan gempa bumi ini dalam kategori bencana alam yang menimbulkan paling banyak kerugian. Fenomena ini tidak bisa dicegah kedatangannya, namun diharapkan dengan mengetahui perilaku dan karakteristiknya diharapkan dapat dikurangi akibat yang ditimbulkan. Sebagai contoh, gempa bumi yang terjadi pada mei 26 di Yogyakarta, mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup parah. Kerusakan dan kerugian paling banyak diderita oleh masyarakat kecil yang rumahnya hancur akibat gempa bumi. Kerusakan rumah tinggal tersebut terutama disebabkan karena bangunan tersebut tidak didesain kuat menerima beban gempa, serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai konstruksi bangunan tahan gempa. Karena keterbatasan ekonomi, tidak mungkin bagi masyarakat kecil untuk mengkonsultasikan kepada konsultan perencana ketika mereka hendak membangun rumah, akibatnya mereka membangun rumah dengan pengetahuan seadanya. Konsekwensi logis dari pilihan tersebut adalah bangunan yang didirikan rentan mengalami kegagalan struktur ketika terjadi gempa bumi. Mengingat besarnya potensi bahaya yang ditimbulkan akibat adanya gempa bumi, sudah selayaknya menjadikan fenomena ini menjadi prioritas bagi kita semua untuk dapat mengurangi potensi bahaya yang ditimbulkan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui perilaku struktur pondasi dangkal yang telah diberi perkuatan akibat beban dinamis serta mengetahui perubahan nilai parameter dasar tanah sebelum dan sesudah beban dinamis dengan cara membuat suatu bak pemodelan yang diberi beban aksial dan digetarkan menggunakan motor penggerak sebagai simulasi beban gempa. Sampel tanah yang diuji merupakan campuran dari pasir, bentonite dan air yang menghasilkan liquid limit tertentu yang merujuk pada tanah di Kabupaten Bantul-Yogyakarta sebagai referensi. Dari hasil uji beban ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh beban dinamis terhadap deformasi pondasi dangkal pada tanah pasir berlanau. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai metode perkuatan mana yang lebih efektif digunakan untuk pondasi dangkal akibat beban dinamis. DASAR TEORI Gambar 1. Tektonik Indonesia Struktur perkuatan tanah terdiri atas tanah dan perkuatan tanah itu sendiri. Seperti halnya beton bertulang, pemasangan tulangan yang mempunyai kuat tarik cukup tinggi kedalam beton menciptakan material komposit yang dapat mendukung beban yang lebih besar. Kerjasama antara perkuatan dengan tanah dalam mendukung beban akan terjadi
bila terdapat gesekan antara keduanya. Dengan gesekan ini tanah mentransfer gaya-gaya yang bekerja padanya ke sistem perkuatan. Beban yang dapat ditransfer per luasan perkuatan bergantung pada karakteristik bidang kontak antara tanah dan perkuatan serta tergantung pada tegangan normal yang bekerja. Keruntuhan daya dukung pondasi dangkal akibat beban dinamis Dari dokumentasi kasus kasus keruntuhan daya dukung selama gempa didapat tiga faktor yang menjadi sebab terjadinya keruntuhan. Faktor faktor ini dapat bekerja sendiri maupun bersama sama. Faktor faktor tersebut adalah: 1. Tegangan geser tanah : Masalah yang biasa terjadi adalah hilangnya kuat geser tanah selama gempa terjadi karena adanya liquefaction atau kehilangan gaya geser untuk lempung sensitif. 2. Beban struktural : Masalah yang biasa terjadi adalah beban yang terjadi selama gempa lebih besar dari besar beban rencana. Kondisi ini terjadi bila gempa menyebabkan rocking pada struktur atas. Akibat rocking pada struktur atas tersebut timbul momen guling yang berpengaruh sebagai gaya siklik vertikal pada pondasi. 3. Perubahan Pada Kondisi Lapangan : Kondisi lapangan yang berubah ubah dapat mengakibatkan keruntuhan daya dukung. Sebagai contoh, bila muka air tanah naik, maka potensi terjadinya liquefaction meningkat. Tyresoil sebagai Penguat Struktur Tanah Tyresoil telah banyak digunakan sejak tahun 1974, terbuat dari kombinasi ban bekas atau bagian ban bekas (telapak dan bagian sisinya) dengan tanah natural, buatan atau material dari industri, yang mampu menahan tegangan tarik yang tinggi. Ban yang digunakan disini adalah ban-ban bekas dari mobil atau truk. Di Perancis tyresoil lebih dikenal dengan nama Pneusol. Material ini merupakan kombinasi dari ban dan tanah, yang kegunaannya tidak hanya untuk memanfaatkan ban bekas, tetapi juga dapat memperbaiki sifat-sifat mekanis tanah. Saat ini lebih dari 2 struktur yang menggunakan tyresoil telah dibangun di Perancis dan beberapa negara bagian didunia, meliputi aplikasi di bidang Teknik Sipil terutama untuk memperkuat struktur tanah, dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional. METODOLOGI Uji model di Laboratorium dilakukan dengan menggunakan Box berukuran cm x cm x cm, yang secara berurutan adalah panjang x lebar x kedalaman. Box ini terbuat dari besi yang disekelilingnya diperkaku dengan plat-plat besi guna menahan gaya lateral yang mungkin timbul. Pondasi yang digunakan berukuran 1 cm x 1 cm tebal 2 cm yang terbuat dari Tegel. Pemberian beban dilakukan secara bertahap dengan interval 4 kg mulai dari 4 kg sampai 32 kg. Untuk menjaga agar pemasangan beban tetap Vertikal pada saat pembebanan dinamis maka pada kotak beban dipasang pengaku dikeempat sisinya. Untuk menghasilkan beban dinamis arah horizontal digunakan motor penggerak single phase 22VAC / 3 PK yang dilengkapi dengan sensor yang terhubung ke monitor
komputer untuk membaca penurunan yang terjadi setelah dilakukan pembebanan. Pemberian beban dinamis dilakukan dengan percepatan,3g dan,34g, dimana wilayah Pulau Jawa memiliki percepatan gempa berkisar pada nilai tersebut (SNI 1726-22). Gambar 2. skema pemodelan Gambar 3. Peralatan yang dipakai Sampel tanah yang digunakan untuk pengujian adalah pasir berlanau dimana karakteristiknya sesuai dengan tanah di kabupaten Bantul yang dijadikan referensi. Pembuatan sampel dilakukan dengan membuat campuran antara pasir dengan bentonite yang berdasarkan analisa saringan masuk pada ketiga grafik analisa saringan untuk tiga lokasi pengambilan sampel di Bantul yaitu : Karanggayam, Buweran, dan Nganyang. Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Sungai Mojokerto. Setelah komposisi campuran ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian proktor untuk merencanakan kepadatan yang digunakan dalam pengujian. Pengujian proktor dilakukan dengan Standard proctor test dengan tinggi jatuh setengah dari tinggi jatuh standard, langkah ini dilakukan agar dapat memperoleh angka pori yang mendekati tanah referensi. Pengujian pembebanan dibedakan menjadi 5 model pembebanan (Tabel. 1). Model 1 : Tanah Pondasi dibebani tanpa perkuatan dengan beban statis saja, beban Statis + Dinamis,3g dan beban Statis + Dinamis,34g. Model 2 : Tanah Pondasi dibebani dengan perkuatan Tyresoil 3T dengan beban statis saja, beban Statis + Dinamis,3g dan beban Statis + Dinamis,34g. Model 3 : Tanah Pondasi dibebani dengan perkuatan Pasir 1 cm dengan beban statis saja, beban Statis + Dinamis,3g dan beban Statis + Dinamis,34g. Model 4 : Tanah Pondasi dibebani dengan perkuatan Pasir 2 cm dengan beban statis saja, beban Statis + Dinamis,3g dan beban Statis + Dinamis,34g. Model 5 : Tanah Pondasi dibebani dengan perkuatan Pasir 3 cm dengan beban statis saja, beban Statis + Dinamis,3g dan beban Statis + Dinamis,34g.
Tabel 1. Rancangan Percobaan Pembebanan Wc = 2% Model Tipe Perkuatan Statis Dinamis,3g Dinamis,34g 1 Tanpa perkuatan 1 1 1 2 Perkuatan Tyresoil 3T 1 1 1 3 Perkuatan Pasir 1 cm, h = B 1 1 1 4 Perkuatan pasir 2 cm, h = 2B 1 1 1 5 Perkuatan pasir 3 cm, h = 3B 1 1 1 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4. Skema Pengujian Model Pembacaan sensor penurunan dilakukan pada masing-masing tahap pembebanan dengan waktu 1 detik mengingat beban gempa terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Pemberian beban dilakukan sampai batas beban 32 kg atau sampai batas kapasitas penurunan tercapai yaitu 255 mm. Sebagai beban keruntuhan dipilih beban yang menghasilkan penurunan mm yang merupakan penurunan maksimum yang diijinkan dimana hal ini sesuai dengan usulan Prakash (1981). Tabel 2. Penurunan Maksimum yang diijinkan. Sumber, Prakash (1981)
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Teknis Sampel Karakteristik tanah uji dibuat mendekati tanah di kabupaten Bantul (Nganyang, Buweran dan Karanggayam) sebagai referensi. Grafik analisa saringan tanah uji masuk pada grafik analisa saringan ketiga tanah di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Grafik Analisa Saringan Tiga Lokasi Di Kabupaten Bantul Karakteristik tanah uji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Batas Cair (LL) = 32% Batas Plastis (PL) = 29,84% Plasticity Index (PI) = 2,16% Berat Volume ( ) = 1,656 t/m 3 Specific Grafity (Gs) = 2,79 C =,26 kg / cm 2 Kadar Air (Wc) = 2% Liquidity Index (LI) = -4,55 Ø = 34,29 o Analisa Daya Dukung Pondasi Pondasi Bujur Sangkar Qult = 1,3.C.Nc+q.Nq+,4.γ.B.Nγ C =,26 kg / cm 2 = 26 kg / m 2 =,26 t / m 2 N γ = 3,33 Nc = 43,35 Nq = 3,6 Ø = 34,29 o γ = 1,656 t / m 2 Untuk pondasi bujur sangkar (1cm x 1cm) qu = 1,3 C.Nc + q Nq +,4 γbn γ = 1,3.,26.43,35 + +,4.1,656.,1.3,33
TEMPAT TEMPAT TYRE SOIL TYRE SOIL TEMPAT TEMPAT TEMPAT TEMPAT TYRE SOIL = 16,661 t/m 2 = 1,6661 kg/cm 2 Tegangan ultimit ini nantinya akan dibandingkan dengan tegangan yang terjadi pada penurunan mm untuk mendapatkan Angka keamanan yang diijinkan pada pembebanan dinamis. Pengujian Pembebanan Dari masing-masing model dilakukan pengujian pembebanan dan kemudian hasilnya dibuatkan grafik penurunan terhadap tegangan sbb: Variasi Pembebanan, Wc = 2% Variasi Pembebanan Pasir 2 cm, Wc = 2% 1 1 Statis a =,3 g a =,34 g 1 1 2 Statis a =,3 g a =,34 g 2 2 2 Gambar 6. Hubungan Tegangan Versus Penurunan 3 Gambar 9. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Pasir 2 cm 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Variasi Pembebanan Tyresoil 3T, Wc = 2% Statis a =,3 g a =,34 g Gambar 7. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Tyresoil 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Variasi Pembebanan Pasir 3 cm, Wc = 2% Statis a =,3 g a =,34 g Gambar1. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Pasir 3 cm 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Variasi Pembebanan Pasir 1 cm, Wc = 2% Statis a =,3 g a =,34 g Gambar 8. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Pasir 1 cm 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Variasi Perkuatan Tyresoil 3T, Wc = 2%, Statis Tyresoil 3T Gambar 11.Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Tyresoil, statis
TEMPAT TEMPAT TEMPAT TYRE SOIL TEMPAT TYRE SOIL TEMPAT Variasi Perkuatan Pasir, Wc = 2%, Statis Variasi Perkuatan Tyresoil 3T, Wc = 2%, a =,34 g 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Pasir 1 cm Pasir 2 cm Pasir 3 cm Gambar 12.Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Pasir, statis 1 1 2 2 Tyresoil 3T Gambar15.Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Tyresoil,a=,34 g Variasi Perkuatan Tyresoil 3T, Wc = 2%, a =,3 g Variasi Perkuatan Pasir, Wc = 2%, a =,34 g 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Tyresoil 3T Gambar13. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Tyresoil, a =,3 g 1 1 2 2 3 Pasir 1 cm Pasir 2 cm Pasir 3 cm Gambar16. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Pasir, a =,34 g Variasi Perkuatan Pasir, Wc = 2%, a =,3 g 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Pasir 1 cm Pasir 2 cm Pasir 3 cm Gambar14. Hubungan Tegangan Versus Penurunan Perkuatan Pasir, a =,3 g Pengujian Model 1 Pada gambar 6 terlihat bahwa pada pembebanan ststis tidak dicapai penurunan mm sampai pada tegangan maksimum terpasang (,32 kg/cm 2 ). Pada pembebanan statis + dinamis,3 g dicapai tegangan,11 kg/cm 2, sedang pada pembebanan statis + dinamis,34 g dicapai tegangan,85 kg/cm 2. Terlihat bahwa semakin besar beban dinamis yang diterapkan maka tegangan yang dihasilkan pada penurunan mm semakin kecil, yang menunjukkan bahwa kemampuan tanah ketika dibebani dengan beban dinamis cenderung turun daya dukungnya. Penurunan maksimum yang terjadi pada kondisi tanpa perkuatan adalah 19 mm untuk pembebanan statis, 186 mm untuk pembebanan statis + dinamis a =,3 g, dan 231 untuk statis + dinamis a =,34 g. Pada kondisi pembebanan dinamis a =,3 g terjadi penurunan 9,78 kali lebih besar dibanding penurunan statis dan pada pembebanan dinamis a =,34 g terjadi penurunan sebesar 12,15 kali lebih besar dibanding penurunan statis. Selanjutnya untuk memudahkan analisa pembebanan model pondasi hasil ditabelkan sbb :
Tabel 3. Penurunan Pada Kondisi Dan Tyresoil Model Pengamatan Perkuatan Tyresoil 3T Statis,3 g,34 g Statis,3 g,34 g Tegangan pada penurunan mm (kg/cm2) -,11,85 -,135,12 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 19 186 231 17 139 174 Tabel 4. Penurunan Pada Kondisi Perkuatan Pasir 1, 2, dan 3 cm Model Pengamatan Perkuatan Pasir 1 cm Perkuatan Pasir 2 cm Perkuatan Pasir 3 cm Statis,3 g,34 g Statis,3 g,34 g Statis,3 g,34 g Tegangan pada penurunan mm (kg/cm2) -,119,132 -,12,82 -,167,162 Penurunan maksimum yang terjadi (mm) 15 169 181 14 162 2 17 163 175 Pada kondisi Pembebanan statis secara umum adanya perkuatan menambah daya dukung tanah, tanah pondasi mengalami perubahan mekanis ketika diberi perkuatan baik itu Pasir maupun Tyresoil. Apabila dibandingkan dengan kondisi pondasi tanpa perkuatan, adanya perkuatan Tyresoil mampu mereduksi penurunan sebesar 1,52 %, yaitu penurunan pondasi tanpa perkuatan sebesar 19 mm sedangkan setelah diberi perkuatan Tyresoil penurunan berkurang menjadi 17 mm. Perkuatan pasir 1 cm mampu mereduksi penurunan sebesar 21,5%. Perkuatan pasir 2 cm mampu mereduksi penurunan sebesar 26,31%. Perkuatan pasir 3 cm mampu mereduksi penurunan sebesar 1,52%. Tabel 5 menunjukkan keeseluruhan hasil pada pengujian pembebanan statis, tabel 6 menunjukkan hasil pada pembebanan dinamis a =,3 g, sedangkan pada tabel 7 merupakan hasil pengujian pembebanan dinamis a =,34 g. Tabel 5. Persentase Reduksi Penurunan Kondisi Pembebanan Statis Perbandingan Model Kondisi Statis Tyresoil Terhadap Pasir 1 cm Terhadap Pasir 2 cm Terhadap Pasir 3 cm Terhadap Persentase Reduksi Penurunan 1,52% 21,5% 26,31% 1,52% Tabel 6. Persentase Reduksi Penurunan Kondisi Pembebanan Dinamis,3 g Perbandingan Model Kondisi Dinamis, a =,3 g Tyresoil Terhadap Pasir 1 cm Terhadap Pasir 2 cm Terhadap Pasir 3 cm Terhadap Persentase Reduksi Penurunan 25,26% 9,13% 12,9% 12,36% Tabel 7. Persentase Reduksi Penurunan Kondisi Pembebanan Dinamis,34 g Perbandingan Model Kondisi Dinamis, a =,34 g Persentase Reduksi Penurunan Tyresoil Terhadap 24,67% Pasir 1 cm Terhadap 21,64% Pasir 2 cm Terhadap -8,22% Pasir 3 cm Terhadap 24,24%
Pada tabel 8 dan 9 disajikan angka keamanan akibat pembebanan dinamis yang dibutuhkan agar penurunan mm yang merupakan penurunan maksimum tidak terjadi. Tabel 8. Angka keamanan Pada Kondisi Dan Tyresoil Model Pengamatan Perkuatan Tyresoil 3T Statis,3 g,34 g Statis,3 g,34 g Tegangan pada penurunan mm (kg/cm2) -,11,85 -,135,12 SF JikaTegangan Ultimit Wc 2% = 1,666 kg/cm2-15,15 19,6-12,34 13,88 Tabel 9. SF (Safety Factor) Pada Kondisi Perkuatan Pasir 1, 2, dan 3 cm Model Pengamatan Perkuatan Pasir 1 cm Perkuatan Pasir 2 cm Perkuatan Pasir 3 cm Statis,3 g,34 g Statis,3 g,34 g Statis,3 g,34 g Tegangan pada penurunan mm (kg/cm2) -,12,13 -,12,8 -,17,16 SF JikaTegangan Ultimit Wc 2% = 1,666 kg/cm2-14, 12,62-13,88 2,32-9,98 1,28 Kesimpulan 1. Secara umum adanya perkuatan dalam massa tanah memberikan kontribusi yang signifikan dalam merubah karakteristik peredaman mekanis suatu tanah yang ditunjukkan dari sedikitnya perbedaan penurunan pada percepatan gempa,3 g dan,34 g.. 2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembebanan statis perkuatan pasir dengan h = 2B merupakan perkuatan yang paling efektif, dengan penurunan sebesar 14 mm dibanding tanpa perkuatan yang menghasilkan penurunan 19 mm, yaitu mampu mereduksi penurunan sebesar 26,31% dibanding kondisi tanpa perkuatan. Pada pembebanan dinamis a =,3 g efektif digunakan Tyresoil, penurunan yang dihasilkan oleh kondisi tanpa perkuatan sebesar 186 mm, setelah diberi perkuatan penurunan menjadi 139 mm dimana dengan perkuatan ini dihasilkan reduksi penurunan terbesar yaitu sebesar 25,26%. Pada pembebanan dinamis a =,34g reduksi penurunan terbesar yaitu 24,67% dihasilkan oleh perkuatan Tyresoil yaitu dengan perkuatan dihasilkan penurunan sebesar 174 mm, sedangkan tanpa perkuatan dihasilkan penurunan sebesar 231 mm. 3. Semakin besar beban dinamis yang diterapkan pada kondisi pembebanan secara umum menyebabkan tegangan yang terjadi pada penurunan mm menjadi kecil, ini terjadi akibat adanya beban dinamis menjadikan daya dukung tanah semakin rendah. 4. Pada kondisi pembebanan dinamis baik untuk a =,3 g maupun a =,34 g dibutuhkan angka keamanan yang cukup tinggi ( berkisar antara 9,98 sampai dengan 19,6 ) agar penurunan maksimum mm tidak terjadi. Daftar Pustaka 1. Prakash, Shamsher., 1981, Soil Dynamics, McGraw-Hill Book Company, New York 2. Departemen Pekerjaan Umum, (22), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 3-1726-22), Yayasan LPMB, Bandung.
3. Das, B.M., (1994), Mekanika Tanah, Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik, Penerbit Erlangga, Jakarta 4. Bowles, J.E., (1984), Foundation Analysis and Design, McGraw-Hill Kogakusha, LTD., Tokyo. 5. Bowles, J.E., (1984), Sifat sifat Fisis dan Geoteknik Tanah, Erlangga, Jakarta. 6. Day. Robert W., (22), Geotechnical Earthquake Engineering Handbook, McGraw-Hill HANDBOOKS, New York. 7. Prasetya, Tiar, 26, Gempa Bumi Ciri dan Cara Menanggulanginya, Gita Nagari, Yogyakarta. 8. Terzaghi, K., dan R.B. Peck, 1993, Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa, Erlangga, Jakarta. 9. Dunn, dkk, 1992, Dasar - dasar Analisis Geoteknik, IKIP Semarang Press, Semarang. 1. Christady.H Hary 22, Teknik Fondasi 1, Beta Ofset, Yogyakarta 11. Craig, R.F., 1987, Mekanika Tanah, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.