BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Science of Caring, menyatakan caring adalah suatu karakteristik interpersonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mana hal ini berhubungan dengan kebutuhan seseorang (Waldow, 2009). Caring

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 TEORI CARING DAN CURING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. caring tersebut. Perilaku caring merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan pekerjaan staf tersebut sesuai dengan posisinya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kondisi perasaannya secara pribadi dan perasan orang lain serta menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pengertian praktik keperawatan dan caring melalui laporan perawat ahli.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. berperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. perilaku caring

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

BAB 1 PENDAHULUAN. lain (Crips &Taylor, 2001). Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

GAMBARAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP UMUM RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. dapat terpisahkan dari peran perawat, dokter, apoteker, dan. tenaga kesehatan lainnya. Praktik keperawatan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ruangan khusus untuk anak dengan penyakit kritis atau pediatric

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. (X) dengan perilaku caring perawat sebagai variabel terikat (Y). Alat ukur yang

Interaksi yang dilakukan perawat menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON

DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN. OLEH HJ. DJUMIATI, SKM, MKes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

Ringkasan Teori-teori Keperawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN

PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION. Saya yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang diberikan perawat bertujuan memberi terapi maka

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. tantangan atau hambatan akan muncul dan mempengaruhi suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Keterampilan Komunikasi

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan. pasiennya. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

PERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang pemimpin harus dapat memberikan pengaruh yang besar dan

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. orientasi kerja, teori caring Watson, action research dan kerangka teori. Adapun

BALACIUS DEDI PELATIHAN PEMB KLINIK PPN Agustus 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengalaman hidup manusia/individu secara mendalamkualitatif. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Caring Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara pendekatan dinamis yang menjadi tolak ukurnya dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk meningkatkan kepedulian terhadap klien. Caring merupakan cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Menurut Carruth et all (1999 dalam Atmoko 2010) caring didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi serta meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Watson (1988 dalam Swanson 1991) mengatakan bahwa caring adalah ideal moral dari keperawatan yang lebih dari sebuah exisestensial philosophy yang dipandang sebagai dasar spiritual. Caring sebagai esensi dari keperawatan yang berarti pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien. Perilaku caring perawat dapat membantu klien untuk berpartisipasi, serta memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Perawat perlu mempunyai dasar fokus yaitu merawat sesorang dalam kehidupannya dengan caring dan menumbuhkan perilaku caring. Menurut Johnson (1989 dalam Dwidiyanti 2010) perawat harus memiliki keahlian khusus dan kepedulian sosial yang mencakup intelektual, praktikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring.

Caring menjadi inti moral dan etik keperawatan dalam sebuah tanggung jawab perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien. Perawat mempunyai respons terhadap apa yang dilakukannya, apakah baik atau tidak baik secara moral. Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien (Potter & Perry, 2009). Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang. Selain itu Mayehoff (dalam Dwiyanti 2010) memandang caring sebagai suatu proses yang tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Caring didefinisikan sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Menurut Sobel (1989 dalam Dwiyanti 2010) caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia. Caring digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien.

Menurut Leininger (1997 dalam Potter & Perry 2009) caring merupakan kegiatan langsung untuk memberikan dukungan dan fasilitas kepada seseorang dengan mengantisipasi kebutuhan klien untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia tanpa pamrih, dan saling ketergantungan. Menurut Boykin, et al (2003 dalam Priambodo 2013) caring dianggap sebagai sebuah struktur yang mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali dan mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Selain itu, caring juga membantu perawat mengenali intervensi yang baik dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk dalam melaksanakan caring nantinya. Menurut Griffin (1983 dalam Priambodo 2013) membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya. Hal ini meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien. 2.2. Konsep Teori Caring Kristen Swanson Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) mendefinisikan caring sebagai suatu cara pemeliharaan hubungan dengan saling menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Caring merupakan proses yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai

hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik. Proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Benner (2004 dalam Potter & Perry 2009) mengatakan bahwa hubungan pemberi layanan dapat bersifat terbuka dan tertutup. Peran sebagai perawat dalam pemberi layanan kepada klien bukan hanya sekedar untuk melakukan tugasnya. Ada hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan (asuhan keperawatan) yang terbentuk sejak awal mulai dari saling mengenal sampai timbulnya rasa kepedulian antara perawat dan klien. Empati dan rasa kasihan perawat merupakan bagian alami dari proses setiap pertemuan dengan klien. Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada caring dalam proses tersebut. Caring merupakan proses bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup (Swanson, 1991). Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian. Teori Swanson (1991) memberikan petunjuk bagaimana membentuk stategi caring yang berguna dan efektif. Setiap proses caring memiliki defenisi dan subdimensi yang merupakan dasar dalam intervensi keperawatan.

2.2.1. Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep caring yaitu : 1. Maintaining Belief Adanya kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam melalui proses kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, menumbuhkan bersikap optimisme, memaknai arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk membantu orang lain dalam batas-batas kehidupannya sehingga dapat menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan. Subdimensi yang terdapat dalam maintaining belief yaitu: a. Believing In (Percaya / Memegang Kepercayaan) Perawat mendengarkan keluhan-keluhan pasien dan mempercayai semua yang dirasakan pasien yang mungkin terjadi pada semua orang yang mengalami masa transisi. b. Offering A Hope-Filled Attitude (Memberikan Harapan) Memberikan dorongan dengan berperilaku sebagai perawat penuh dengan pehatian dan kepedulian/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.

c. Maintaining Realistic Optimism (Menawarkan Keyakinan Yang Realistis) Menunjukkan dan memelihara sikap optimisme perawat dan harapan terhadap masalah yang menimpa klien secara realistis serta mendorong dan meningkatkan sikap optimisme dan harapan yang dimiliki klien. d. Helping To Find Meaning (Membantu Menemukan Arti) Membantu klien memaknai hal yang sedang dialami klien sehingga secara perlahan klien dapat memahami dan menerima bahwa setiap orang dapat mengalamimasalah seperti yang dialami klien. e. Going The Distance (Menjaga Jarak) Mempererat hubungan dengan klien dengan tetap mempertahankan peran sebagai antara perawat dan klien sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan klien terhadap perawat dan tanggung jawab serta caring secara menyeluruh oleh perawat kepada klien. 2. Knowing Berusaha mengerti kejadian-kejadian yang memberikan makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing dianggap suatu pembelajaran terhadap pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat yang mengetahui kebutuhan klien,

menggali/mencari informasi klien secara detail, peka terhadap bahasa verbal dan non verbal, memfokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyatukan persepsi antara perawat dan klien. Subdimensi yang terdapat dalam knowing yaitu: a. Avoiding Assumptions (Menghindari Asumsi) Menghindari adanya perbedaan asumsi-asumsi dengan menyamakan persepsi antara klien dan perawat. b. Assessing Thoroughly (Penilaian Menyeluruh) Melakukan pengkajian secara holistic yaitu berdasarkan aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural. c. Seeking Clues (Mencari Petunjuk) Upaya untuk menemukan informasi-informasi yang mendalam dan menyeluruh tentang klien. d. Centering On The One Cared For (Fokus Pada Pelayanan Satu Orang) Perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan fokus kepada klien.

e. Engaging The Self Of Both (Mengikat Diri Atau Keduanya) Menjalankan fungsi sebagai perawat secara utuh dan saling bekerja sama dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang efektif. 3. Being with Bukan hanya hadir secara menyeluruh tetapi juga saling berkomunikasi yang bertujuan untuk berbagi apa yang dirasakan klien dan secara emosional memberikan dukungan dan kenyamanan serta memantau klien baik fisik maupun emosional. Subdimensi yang terdapat dalam being with yaitu: a. Non Burdening (Tidak Membebankan) Perawat dalam menjalankan tugas bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien untuk melakukan tindakan keperawatan. b. Convering Availability (Menunjukkan Kesediaan) Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memberikan fasilitas kepada klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being. c. Enduring With (Menunjukkan Kemampuan) Saling berkomitmen antara perawat dan klien dalam upaya meningkatkan kesehatan klien.

d. Sharing Feelings (Berbagi Perasaan) Saling berbagi pengalaman hidup yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan klien. Kunci utama dalam penerapan Being With perawat perawat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti. 4. Doing For Melakukan sesuatu tindakan kepada klien dengan mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Subdimensi yang terdapat dalam doing for yaitu: a. Comforting ( Memberikan Kenyamanan) Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien. b. Performing Competently (Menunjukkan Ketrampilan) Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat profesional.

c. Preserving Dignity (Menjaga Martabat Klien) Dalam melaksanakan tugas perawat harus tetap menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia. d. Anticipating ( Mengatisipasi ) keluarga. Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan e. Protecting (melindungi) Memberikan perlindungan terhadap hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis. 5. Enablings Memberikan kemudahan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien agar dapat melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternatif pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik/feedback.

Subdimensi yang terdapat dalam enablings yaitu: a.validating (Memvalidasi) Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan kepada klien b. Informing (Memberikan Informasi) Menjelaskan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien. c. Supporting (Mendukung) Mendukung klien dalam upaya pencapaian kesejahteraan/well being sesuai kemampuan sebagai perawat. d. Feedback (Memberikan Umpan Balik) Memberikan umpan balik atau reward terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan/well being. e. Helping Patients To Focus Generate Alternatives (Membantu Pasien Untuk Fokus Dan Membuat Alternatif) Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis (Potter & Perry, 2009)

2.3. Perilaku Caring Dalam Praktik Keperawatan Caring merupakan hasil dari kultur, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan interpersonal. Tindakan caring bermanfaat dalam memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil yang bertujuan untuk meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Selain itu caring juga memperhatikan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat harus selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang dimiliki perawat (Priambodo, 2010). Teori caring Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan perilaku caring dalam praktik keperawatan yaitu: 1. Kehadiran (Presence) Kehadiran merupakan suatu pertemuan antara perawat dengan klien maupun keluarga klien yang merupakan upaya untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredrikson (1999 dalam Potter & Perry 2009) kehadiran dapat diartikan dalam ada di dan ada dengan. Makna ada di merupakan

kehadiran secara fisik dengan adanya proses komunikasi antar perawat dan klien. Sedangkan Pederson (1993 dalam Potter & Perry 2009) berpendapat bahwa ada dengan dimaknai dengan hubungan interpersonal, peran perawat yang selalu bersedia atau ada di samping klien saat klien membutuhkan. Selalu hadir disaat klien membutuhkan, adanya konta mata, bahasa tubuh, mendengarkan semua keluhan klien, serta adanya dukungan yang diberikan perawat akan membantu klien untuk membentuk suasana baru dan saling terbuka. 2. Sentuhan (Contact) Sentuhan merupakan suatu bentuk pendekatan yang dapat menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien dalam memberikan perhatian dan dukungan. Pada saat melaksanakan asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan sentuhan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada klien, sebagai contoh pada saat pemasangan selang naso gaster atau NGT. Menurut Boyek & Watson (1994 dalam Potter & Perry 2009) sentuhan juga dianggap sebagai bentuk komunikasi non verbal yang dapat mempengaruhi rasa keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri dan membantu klien menerima keadaannya. Selain itu sentuhan juga memberikan banyak makna, oleh sebab itu sentuhan harus digunakan dengan bijaksana. Salah satu bentuk masalah yang sering timbul dalam perilaku sentuhan yaitu adanya perbedaan budaya antara perawat itu sendiri maupun perawat dan klien.

3. Mendengarkan (Listen) Mendengarkan merupakan salah satu perilaku caring yang dapat menjadi awal dalam menjalin hubungan interpersonal. Dalam suatu hubungan pelayanan perawat untuk membentuk kepercayaan maka perawat harus dapat mendengarkan keluhan ataupun perasaan klien. Selain itu dengan mendengarkan juga menunjukkan bahwa perawat memiliki ketertarikan dan perhatian penuh kepada klien. Pada saat mendengarkan juga perawat harus dapat memahami apa yang disampaikan klien, mengerti maksud klien dan memberikan respon terhadap apa yang disampaikan klien. 4. Memahami klien Salah satu proses caring yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memahami klien (Swanson, 1991). Menurut Bulfin (2005 dalam Potter & Perry 2009) menyatakan bahwa dengan memahami klien secara menyeluruh akan dapat membantu perawat dalam merespon apa yang menjadi persoalan klien. Memahami klien maka perawat akan terhindar dari asumsi, berfokus pada klien, dan ikut serta dalam hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk dapat berpikir kritis dan memberikan penilaian klinis. Dengan memahami klien dapat menjadi pertimbangan perawat dalam mengambil keputusan klinis. Hal terpenting bagi perawat pemula adalah pemahaman klien bukan hanya sekedar mengumpulkan data kondisi klien dan gejala klinis yang dialami klien (Potter & Perry, 2009).

2.4. Fenomenologi Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003). Metode ini memahami individu dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif, melihat manusia sebagai sistem yang berpola dan berkembang. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu hal atau sejumlah situasi (Dempsey & Dempsey, 2002). Fenomenologi merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena, ataupun kejadian yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal ini yang dikaji adalah deskriptif mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka. Penelitian fenomenologi berusaha mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari pengalaman individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai suatu fenomena yang dikaji (Saryono & Anggraeni, 2010). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah mengembangkan makna pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari kesatuan makna dengan mengidentifkasi inti fenomena dan menggambarkan secara akurat dalam pengalaman hidup sehari-hari (Steubert & Carpenter, 2003). Terdapat dua macam penelitian fenomenologi yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomena deskriptif)

dan bagaimana pengalaman mereka menafsirkan pengalaman tersebut atau disebut fenomenologi interpretif. Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi, sebuah penelitian deskriptif sering melibatkan empat tahapan yaitu: bracketing, intuiting, analyzing dan describing. (1) bracketing mengacu pada proses mengidentifikasi dan menahan atau menunda prasangka dan pendapat tentang fenomena yang diteliti. Peneliti berusaha keluar dari berbagai opini peneliti dalam upaya mendapatkan data yang murni. (2) intuiting, terjadi ketika peneliti tetap terbuka untuk memaknai setiap fenomena yang dialami mereka. (3) analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengkatagorikan dan menbuat arti tentang hal-hal baru dari fenomena. (4) menggambarkan, merupakan tahap menggambarkan ketika peneliti sudah mengerti dan mengartikan fenomena (Polit, Beck, & Hungler, 2001). Fenomenologi percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Dalam sebuah penelitian fenomenologi sumber data utama adalah data percakapan yang mendalam, dengan peneliti dan informan sebagai partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. selanjutnya dalam percakapan yang mendalam peneliti berusaha memahami kehidupan informan untuk mendapatkan kemudahan untuk memaknai pengalaman hidup mereka (Polit, Beck, & Hungler, 2001). Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka hasil penelitian yang telah diperoleh akan divalidasi dengan beberapa kriteria yaitu (1)

kreabilitas, yaitu proses validasi data yang bertujuan untuk menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan, (2) transferabilitas, yaitu validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dpat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil, (3) dependabilitas, yaitu proses validasi data yang dilakukan dengan cara mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian, dan (4) komfirmabilitas, yaitu proses validasi data dengan menguji keobyektivitas peneliti.