BAB I PENDAHULUAN. program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. SMK Pelita Salatiga merupakan Sekolah Menengah. Kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di Kota Salatiga.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen di Kota Salatiga. SMK Pelita memiliki 44 orang guru dan 244 orang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga, peneliti berhasil

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah dasar merupakan pondasi awal pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. guru dan administrasi kurang-lebih 130 orang. SMK Negeri 1 Salatiga dulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2004: 387).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini. Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

BAB I PENDAHULUAN. belajar tergantung selain pada kemampuan juga pada minat belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. kelas IPS 3 untuk Mata Pelajaran Ekonomi diampu oleh Dra, Yuliati Eko Atmojo,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan dalam pembangunan disegala bidang. Peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelita Salatiga merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan swasta yang berada di Salatiga. Awal berdirinya sekolah ini hanya mempunyai satu program keahlian yaitu akuntansi. Seiring perkembangannya SMK Pelita kemudian memiliki empat program keahlian, yaitu Akuntansi, Penjualan, Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dan Perhotelan. Masingmasing program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII. Kelas XI Akuntansi hanya mempunyai satu kelas yang terdiri dari 15 peserta didik. Dalam proses pembelajarannya, SMK Pelita telah menerapkan kurikulum terbaru yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebelum diterapkannya KTSP, SMK Pelita menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Di dalam KBK, peserta didik dituntut aktif tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, oleh karena itu guru bertindak sebagai fasilitator. Sehingga peserta didik tidak lagi bertindak sebagai objek, melainkan sebagai subjek dan di setiap kegiatan peserta didik ada nilainya. Namun, sejak tahun ajaran 2006/2007 hingga sekarang SMK Pelita telah menerapkan kurikulum baru yaitu KTSP, yang merupakan penyempurnaan KBK. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan 1

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender akademik dan silabus. 1 Dalam proses penerapannya KTSP memiliki keunggulan yaitu : memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan. Sekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi lungkungan sekolah. Sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan, misalnya dunia industry, kerajinan, pariwisata dan lainnya agar kurikulum yang dibuat sekolah benarbenar sesuai kebutuhan di lapangan. 2 Kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan peserta didik. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa, kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis. Sistematis yang artinya menurut urutan tertentu dan logis yang artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran. 3 Peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga akan terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga. Mata pendidikan dan latihan (diklat) yang diajarkan di SMK Pelita pada program keahlian akuntansi digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu normatif, adaptif dan produktif. Mata diklat produktif terdiri dari beberapa mata diklat. 1 Kasful Anwar Us, 2011, Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Alfabeta, Bandung, hal.1. 2 Lif Khoiru Ahmadi, 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Prestasi Pustaka, Jakarta, hal. 77. 3 Oemar Hamalik, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 16. 2

Salah satu mata diklat produktif pada program keahlian akuntansi kelas XI adalah mata diklat Akuntansi. Mata diklat Akuntansi tidak hanya menuntut pemahaman terhadap konsep-konsep yang diberikan, tapi juga diperlukan ketrampilan untuk mempraktekkan konsep-konsep akuntansi. Pemahaman dan ketrampilan dalam akuntansi akan tercapai jika peserta didik terlibat secara aktif. Keaktifan peserta didik dapat berwujud ketika proses belajar mengajar, pikiran dan perhatian peserta didik terfokus pada materi yang disampaikan oleh guru. Upaya yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar perlu dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru akuntansi kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Pelita Salatiga adalah menggunakan metode konvensional ceramah bervariasi. Penerapan metode ceramah bervariasi dilakukan dengan cara menyampaikan materi di depan kelas sementara peserta didik hanya duduk mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan tugas jika diberi tugas. Kegiatan tersebut tidak dilakukan secara variatif, yaitu memberi selingan dengan metode pembelajaran yang membuat peserta didik lebih aktif dan merangsang peserta didik untuk mudah memahami materi. Metode pembelajaran seperti ini menyebabkan kegiatan belajar mengajar hanya berorientasi pada guru, sedangkan seharusnya adalah berorientasi pada peserta didik. Ketepatan pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik. SMK Pelita Salatiga memberikan kriteria 3

ketuntasan hasil belajar sebesar 75 4. Hasil belajar pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil semester dua tahun pelajaran 2011/2012 di SMK Pelita Salatiga belum semua peserta didik dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. 5 Pembelajaran dengan metode kooperatif memang sudah tidak asing lagi di dalam dunia pendidikan. Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi, dan pengembangan keterampilan sosial. 6 Pembelajaran kooperatif mendorong peserta didik untuk belajar secara bersama-sama dan berusaha mengkoordinasikan usaha untuk memecahkan masalah ataupun tugas yang diberikan oleh guru. Metode pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi model pembelajaran, salah satunya yaitu metode pembelajaran Group Investigation (GI). Model Pembelajaran GI merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas peserta didik untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Peserta didik dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun 4 Tim MGMP Akuntansi SMK Pelita Salatiga, 2011, Kurikulum SMK Pelita Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012 Kompetensi Keahlian Akuntansi, Salatiga, hal. 80. 5 Chatib Munif, 2010, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung, Mizan Pustaka, hal. 135. 6 Richard I. Arends, 2008, Learning To Teach, atau Belajar Untuk Mengajar, Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyanti Soetjipto, Yogyakarta, Pustaka Belajar, hal. 5 4

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran GI mengajarkan peserta didik untuk mampu berfikir mandiri, aktif dalam berkomunikasi dan memiliki keterampilan dalam proses kelompok. 1.2. Permasalahan Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang didalamnya terjadi interaksi guru dengan peserta didik dan antara sesama peserta didik untuk mencapai tujuan, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik. Guru dalam proses belajar mengajar berperan sebagai mediator dan fasilitator. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan pengalaman mereka. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. 7 Seharusnya dalam perencanaan pembelajaran hingga proses belajar mengajar, guru dapat memilih metode pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran yang diampu. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat merangsang peserta didik menjadi lebih tertarik dengan pelajaran yang diajarkan, lebih termotivasi, aktif saling berinteraksi dan hasil belajar peserta didik pun menjadi 7 Aunurrahman, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, hal. 34. 5

lebih baik. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai dalam proses belajar mengajar di kelas. Tercapainya tujuan pembelajaran berhubungan dengan ketuntasan belajar yang diperoleh peserta didik. Ketuntasan belajar yang diperoleh peserta didik berbeda-beda karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda pula dalam memahami dan menganalisis konsep-konsep akuntansi. Begitu kompleksnya konsep yang ada dalam akuntansi, seperti rumus akuntansi, definisi, serta penggunaan simbol menuntut peserta didik untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat menguasai konsep tersebut. Hal ini juga menuntut guru agar dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru akuntansi kelas XI Program Keahlian Akuntansi semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, menggunakan metode pembelajaran konvensional ceramah. Metode pembelajaran konvensional sebenarnya memiliki kelebihan yaitu guru dapat menyampaikan materi lebih banyak, namun pada kenyataannya peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru tanpa mengetahui makna dari materi pembelajaran tersebut. Hal ini bertentangan dengan tujuan pembelajaran, bukan guru yang aktif melainkan peserta didik dituntut untuk lebih aktif karena peserta didik merupakan subjek pembelajaran di kelas. 6

Dalam pembelajaran di kelas, sudah sewajibnya guru menggunakan metode pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi yang tinggi dapat mendorong peserta didik untuk dapat memahami dan mempelajari materi pembelajaran dengan baik. Motivasi peserta didik ditandai dengan adanya perhatian, adanya kegiatan dan rasa senang terhadap materi pelajaran di dalam proses pembelajaran di kelas. Motivasi tinggi yang dimiliki oleh peserta didik dapat membantu meningkatkan hasil belajarnya. Hasil observasi di kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Pelita Salatiga pada hari Kamis jam pelajaran ke delapan sampai ke sepuluh dengan kompetensi dasar menyiapkan penngelolaan administrasi dana kas kecil, pada awal pembelajaran peserta didik masih bersemangat untuk mengikuti pelajaran di kelas. Namun hal ini tidak berlangsung lama, ada sepuluh peserta didik dari lima belas anak yang melakukan kegiatan sendiri yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangku, asik bermain laptop, ada yang menundukkan kepala untuk tidur, dan ada peserta didik perempuan yang bercermin. Hal ini menunjukkan perhatian peserta didik yang rendah terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru dengan metode konvensional ceramah bervariasi sering diselingi dengan sesi tanya jawab mengenai materi pembelajaran yang telah dijelaskan. Guru meminta peserta didik untuk mengangkat tangan pada saat sebelum menjawab pertanyaan. Ada empat peserta 7

didik yang dapat mencoba menjawab pertanyaan dengan benar, mengenai prosedur apa saja yang digunakan dalam pengelolaan administrasi dana kas kecil. Namun, peserta didik yang lain hanya diam dan tidak memperhatikan peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Kegiatan peserta didik yang tidak menghiraukan peserta didik lain yang dapat menjawab pertanyaan dari guru ini, menunjukkan kegiatan peserta didik yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran di kelas. Yaitu peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Empat dari lima belas peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, mempunyai tempat duduk yang berdekatan. Hasil pengamatan di kelas XI Akuntansi adalah peserta didik yang pandai duduk berdekatan dengan peserta didik yang pandai saja. Posisi yang demikian membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan aktif hanya pada kelompok peserta didik yang pandai saja. Sedangkan peserta didik yang tidak pandai cenderung pasif dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil observasi lain menunjukkan hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil semester dua Tahun Pelajaran 2011/1012 SMK Pelita Salatiga menunjukkan bahwa : Ada sepuluh peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM (75). Ada satu peserta didik yang mendapat nilai sama dengan KKM (75). Ada empat peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM (75) 8

Banyaknya peserta didik yang belum tuntas, membuat guru untuk melaksanakan remidiasi. Remidiasi dilakukan agar peserta didik yang belum tuntas, dapat memperbaiki hasil belajarnya untuk dapat mencapai KKM. KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar untuk setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator kompetensi normatif, produktif dan adaptif adalah 75%. 8 Remidiasi dilakukan diluar jam pelajaran agar tidak mengganggu jam efektif belajar di kelas, yaitu menggunakan jam setelah pulang sekolah. Keadaan ini jika dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan penggunaan waktu dan tenaga yang kurang efisien. Permasalahan yang terdapat pada kelas XI Akuntansi membuat guru merasa resah. Guru beranggapan bahwa jika keadaan tersebut dibiarkan secara terus-menerus maka proses dan hasil belajar peserta didik akan semakin menurun, sehingga perlu dicarikan solusi untuk segera mengatasinya. Adanya permasalahan tersebut menandakan bahwa kegiatan pembelajaran di kelasxi Akuntansi belum tercapai secara maksimal. Kegiatan pembelajaran menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil seharusnya membuat peserta didik dapat menjadi terampil dan paham dalam menjelaskan prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil secara urut. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas XI Akuntansi senyatanya peserta didik masih belum trampil dan memahami pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. 8 Tim MGMP Akuntansi SMK Pelita Salatiga, op.cit, hal. 78. 9

Upaya untuk mengatasi keadaan tersebut, guru dapat melakukan variasi terhadap penggunaan metode pembelajaran. Guru akuntansi kelas XI Program Keahlian Akuntansi belum pernah menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dalam kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi suasana belajar di kelas. Suasana belajar yang menyenangkan dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran, motivasi dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas, serta memberikan kemudahan terhadap peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Mata pelajaran akuntansi di kelas XI Program Keahlian Akuntansi terdiri dari beberapa standar kompetensi, salah satunya yaitu mengelola administrasi dana kas kecil dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Kompetensi dasar ini berisi tentang uraian materi mengenai prosedur pengelolaan dana kas kecil yang terdiri dari prosedur pembentukan dana kas kecil(awal), prosedur penggunaan dana kas kecil dan prosedur pengsian kembali dana kas kecil. Peserta didik dituntut untuk dapat memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan materi pelajaran mengenai prosedur pengelolaan dana kas kecil secara urut. Kemampuan untuk memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ini dapat diwujudkan dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI). Karena dengan metode pembelajaran GI, peserta didik dituntut 10

untuk mampu berfikir mandiri agar dapat menggali informasi mengenai materi pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, mampu berkomunikasi aktif pada saat mempresentasikan tugas di depan kelas dan mampu mengaplikasikan teori ke dalam pengembangan soal-soal kasus mengenai prosedur pengelolaan dana kas kecil. Seorang guru dapat menggunakan strategi investigasi kelompok di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan antara lain sebagai berikut; (1) bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi atau materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat pada guru, (2) bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan, (3) bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik dan memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas, (4) bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas interprestasi informasi yang berasal dari penelitian-penelitian orang lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif, (5) bilamana guru bermaksud mengembangkan ketrampilan-ketrampilan penelitian, yang selanjutnya mereka dapat pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti halnya co-operative learning, (6) bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa. 9 Penulis menggunakan metode pembelajaran GI berangkat dari gejala problematis yang telah diuraikan di atas. Sehingga penulis merasa cocok untuk menggunakan metode pembelajaran GI di dalam kegiatan pembelajaran peserta didik kelas XI Program Keahlian Akuntansi pada mata pelajaran akuntansi dengan standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil, kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran GI, yaitu : 9 Aunurrahman, 2010, loc. cit, hal. 152. 11

Model Investigasi kelompok mempunyai kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan penelitian akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Model ini juga dapat dipergunakan dalam segala areal subjek, dengan seluruh tingkat usia. Penerapan model investigasi kelompok dalam proses pembelajaran memberikan dampak intruksional dan dampak pengiring. Dampak pembelajaran terutama sekali berupa terwujudnya proses efektivitas kelompok, mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta dapat menumbuhkan disiplin dalam inquiry kolaboratif. Penerapan investigasi kelompok juga mempunyai dampak nurturant terutama sekali berupa kebebasan sebagai pelajaran, menumbuhkan harga diri serta mengembangkan kehangatan dan affiliasi. 10 Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa yang menjadi fokus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan motivasi yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil Kelas XI Program Keahlian Akuntansi semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan seberapakah penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil Kelas XI Program Keahlian Akuntansi semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga. Motivasi peserta didik terdiri dari adanya perhatian, kegiatan, dan rasa senang terhadap pembelajaran. 10 Ibid, hal. 154. 12

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik terhadap keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran supaya dapat memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif seefektif mungkin khususnya metode kooperatif Group Investigation (GI) dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode, dan strategi pembelajaran sehingga sekolah dapat meningkatkan mutu dan prestasi khususnya dalam mata diklat akuntansi. 13