STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STUNTING PADA BALITA USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOSARI I

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

1 Universitas Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan case control retrospektif atau studi kasus - kontrol retrospektif

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL ABSTRAK

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Artikel Penelitian STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013 Terati, SKM, M.Si, Sartono, SKM, M.Kes, Yunita Nazarena.S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI Palembang Abstrak Masalah anak balita pendek merupakan cerminan dari keadaan social ekonomi masyarakat, karena diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, dan masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronik. Stunted adalah keadaan tinggi badan tidak sesuai menurut umur anak (TB/U atau PB/U). Stunted adalah keadaan tinggi badan yang di bawah standar pada umur tertentu. Anak yang pendek diakibatkan oleh kekurangan makan atau sakit yang terjadi dalam waktu lama. Keadaan tersebut berkaitan erat dengan kondisi yang tidak menguntungkan yang terjadi dalam waktu yang lama, seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, kesehatan lingkungan dan pola asuh yang kurang baik, rendahnya tingkat pendidikan atau terkait dengan budaya (Atmarita & Fallah, 2004). Hasil Riskesdas 2010, masih terdapat banyak anak balita yang menderita masalah gizi dan masih merupakan masalah gizi masyarakat. Keadaan kurang gizi yang banyak diderita balita adalah masalah pendek dimana tinggi badan anak tidak memenuhi tinggi badan normal menurut umurnya, prevalensi balita pendek (stunted) secara nasional adalah sebesar 35.6%, provinsi Sumsel sebesar 17.3%, dan kota Palembang sebesar 22.16%. Menurut Anugraheni (2008), Stunted dapat berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan resiko penyakit degeneratif dan peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tk.pendidikan ibu, tk. pengetahuan gizi dan kesehatan, status sosek keluarga, riwayat usia kehamilan, panjang badan lahir anak balita dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunted pada anak balita. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan case control. Metode pengambilan sampel secara proportional stratified random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 246 sampel. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat, menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian diperoleh prevalensi anak balita yang stunted sebesar 8.58%, karakteristik responden : sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan menengah sebesar 92.7%, sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang gizi dan kesehatan sebesar 79.7%, sebagian besar memiliki status sosek keluarga UMR sebesar 51.6 %, sebagian besar memiliki riwayat usia kehamilan cukup bulan sebesar 92.3%, sebagian besar memiliki riwayat panjang badan lahir tidak normal sebesar 72.7%, sebagian besar memiliki latar belakang pemberian ASI eksklusif sebesar 76.0%. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, status sosek keluarga dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunted ( p=0.039, p=0.041 dan p=0.000). Disarankan perlunya kegiatan revitalisasi posyandu, latihan penyegaran dan latihan kader posyandu, serta peningkatan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang bekerjasama dengan Puskesmas. Kata Kunci : Stunted Anak Balita

PENDAHULUAN Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan yang sangat cepat (growthspurt), yang sangat membutuhkan zat-zat gizi baik makronutrien maupun mikronutrien dalam jumlah maupun kualitas yang memadai. Sementara itu usia dini yaitu 1-3 tahun merupakan usia emas yang ditunjukkan dengan pertumbuhan dan perkembangan otak yang cepat (Dep.Kes RI, 2009). Masalah anak balita pendek merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi masyarakat, karena diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama. dan masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronik. Balita pendek ditandai dengan tinggi atau panjang badan tidak sesuai menurut umur anak (TB/U atan PB/U). Stunted adalah keadaan tinggi badan yang di bawah standar pada umur tertentu. Sebagai contoh seorang balita perempuanumur 12 bulan minimal panjang badannya 68,9 cm, bila anak tersebut memiliki panjang badan kurang dari 68,9 maka disebut stunted (Dep.Kes RI, 2009). Pengetahuan ibu mengenai makanan pantangan atau tabu akan mengurangi jenis makanan yang dapat diberikan pada anak sehingga memungkinkan anak tidak cukup menerima protein dan zat gizi mikro yang terkandung dalam makanan tersebut (Engle & Haddad, 1997). Yuliana (2004) mengungkapkan beberapa faktor yang berperan penting di dalam keluarga dalam menentukan kualitas pertumbuhan anak yaitu faktor pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu, besar keluarga dan pendapatan keluarga. Menurut Atmarita & Fallah (2004), tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan. Pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat pengasuhan yang diberikan terhadap anak, yang juga akan membawa pengaruh positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Data Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI) (2010), menyebutkan dari 22 juta balita di Indonesia, 8 jutanya merupakan anak pendek atau biasa disebut stunted. Jumlah ini adalah 36,78% atau lebih dari sepertiganya. 2

Indonesia juga merupakan negara kelima di dunia dengan stunted terbanyak setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, masih terdapat banyak anak balita yang menderita masalah gizi dan masih merupakan masalah gizi masyarakat. Keadaan kurang gizi yang banyak diderita balita adalah masalah pendek dimana tinggi badan anak tidak memenuhi tinggi badan normal menurut umurnya.prevalensi balita pendek (stunted) secara nasional adalah sebesar 35,6 %, Provinsi Sumatera Selatan sebesar 17.3% dan Kota Palembang sebesar 22.16%. Stunted yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Menurut Anugraheni (2008), Stunted dapat berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degenaratif dan peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa mendatang. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum : Mengetahui hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Tingkat Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu, Tinggi Badan Ibu, Status Sosek Keluarga, Riwayat Usia Kehamilan, Panjang Badan Lahir Anak Balita, Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunted pada Anak Balita. Tujuan Khusus : a. Diketahui prevalensi Stunted anak balita di Kota Palembang dan Karakteristik Responden yang meliputi : Tingkat Pendidikan Ibu, Tingkat Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu, Status Sosek Keluarga, Riwayat Usia Kehamilan, Panjang Badan Lahir Anak Balita, Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunted pada Anak Balita. b. Diketahui hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu, Tingkat Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu, Status Sosek Keluarga, Riwayat Usia Kehamilan, Panjang Badan Lahir Anak Balita, Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunted pada Anak Balita. 3

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan rancangan Case Control. Populasi Penelitian adalah seluruh balita pengunjung posyandu di 14 Puskesmas yang berada dalam wilayah kerja Dinkes Kota Palembang. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow et al. (1997), sehingga didapat sampel sebesar 123 sampel. Setelah dilakukan matching 1:1, jumlah kasus dan kontrol sebanyak 246 sampel. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Hasil penelitian diperoleh prevalensi anak balita yang stunted sebesar 8.58%, karakteristik responden : sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan menengah sebesar 92.7%, sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang gizi dan kesehatan sebesar 79.7%, sebagian besar memiliki status sosek keluarga UMR sebesar 51.6 %, sebagian besar memiliki riwayat usia kehamilan cukup bulan sebesar 92.3%, sebagian besar memiliki riwayat panjang badan lahir tidak normal sebesar 72.7%, sebagian besar memiliki latar belakang pemberian ASI eksklusif sebesar 76.0% 2. Analisis Bivariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Status Gizi Pengetahuan Gizi dan Total Stunted Normal Kesehatan Ibu n % N % n % Kurang 105 85.4 91 74.0 196 79.7 Baik 18 14.6 32 26.0 50 20.3 Total 123 100 123 100 246 100 p-value 0.039 OR (CL.95%) 2.051 1.079-3.898 Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan dengan kejadian stunted 4

menunjukkan ada hubungan yang gizi yaitu kurangnya pengetahuan bermakna (p<0.05). Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 2.051 artinya ibuibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam anak balita yang memiliki kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengetahuan kurang tentang gizi dan Nasoetion dan Khomsan (1995) kesehatan mempunyai peluang mengatakan pengetahuan gizi menjadi sebanyak 2.051 kali status gizi anak balitanya stunted dibandingkan ibu-ibu landasan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang pengetahuan yang memiliki pengetahuan baik. baik akan mempunyai kemampuan Melihat kecenderungan data untuk menerapkan pengetahuan gizinya tersebut, sejalan dengan penelitian dalam pemilihan maupun pengolahan Suhardjo (2003) yang menyatakan pangan, sehingga konsumsi pangan bahwa salah satu sebab masalah kurang mencukupi kebutuhan. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut Sosial Ekonomi Keluarga Status Gizi OR Total Sosial Ekonomi Keluarga Stunted Normal p-value (CL.95%) n % N % n % 0.573 Kurang 72 58.5 55 44.7 127 51.6 0.041 0.346-0.949 Cukup 51 41.5 68 55.3 119 48.4 Total 123 100 123 100 246 100 Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa antara sosial ekonomi keluarga dengan kejadian stunted ada hubungan yang bermakna (p<0.05). Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 0.573 artinya status sosial ekonomi keluarga tidak berisiko terhadap kejadian stunted pada anak balita. Melihat kecenderungan data tersebut, sejalan dengan penelitian Semba et al (2008) yang menyebutkan bahwa di Indonesia prevalensi stunted berdasarkan pengeluaran perkapita berkisar antara 30.9% sampai 37.6%, dimana prevalensi tertinggi pada kuintil I dan terendah pada kuintil 5. Stunted berhubungan dengan 5

rendahnya pengeluaran perkapita keluarga. Sedangkan Hartoyo et al (2000) menyatakan bahwa keluarga terutama ibu dengan pendidikan rendah biasanya memiliki rasa percaya diri yang kurang dan memiliki akses terbatas untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan dan gizi seperti posyandu, bina keluarga balita dan puskesmas, oleh karena itu mereka memiliki resiko yang lebih tinggi untuk memiliki anak yang kurang gizi (Martianto et al, 2008). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut Pemberian ASI Eksklusif Status Gizi OR Total Pemberian ASI Eksklusif Stunted Normal p-value (CL.95%) n % n % N % 4.010 Tidak Eksklusif 108 87.8 79 64.2 187 76.0 0.000 2.085-7.712 Eksklusif 15 12.2 44 35.8 59 24.0 Total 123 100 123 100 246 100 Melihat kecenderungan Hasil uji Chi Square data tersebut, sejalan dengan menunjukkan bahwa antara penelitian yang dilakukan WHO pemberian ASI Eksklusif pada balita dengan kejadian stunted ada & Unicef (2003), yang hubungan yang bermakna menyebutkan bahwa memberikan (p<0.05). Hasil analisis juga ASI Eksklusif kepada anak diperoleh nilai OR = 4.010 artinya selama 6 bulan pertama dapat balita yang tidak mendapatkan meningkatkan pencapaian ASI secara Eksklusif mempunyai pertumbuhan, perkembangan dan peluang sebanyak 4.010 kali kesehatan yang optimal. Setelah status gizi anak balitanya stunted itu dapat dilanjutkan dengan dibandingkan ibu-ibu yang memberikan makanan memberikan ASI-nya secara pendamping ASI sampai umur 2 Eksklusif. tahun atau lebih. ASI merupakan sumber alami yang memiliki 6

dampak yang besar pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak dan direkomendasikan sedikitnya 2 tahun awal kehidupan anak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisa data didapatkan kesimpulan sbb : 1. Prevalensi anak balita yang stunted sebesar 8.58%, karakteristik responden : sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan menengah sebesar 92.7%, sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang gizi dan kesehatan sebesar 79.7%, sebagian besar memiliki status sosek keluarga UMR sebesar 51.6 %, sebagian besar memiliki riwayat usia kehamilan cukup bulan sebesar 92.3%, sebagian besar memiliki riwayat panjang badan lahir tidak normal sebesar 72.7%, sebagian besar memiliki latar belakang pemberian ASI eksklusif sebesar 76.0%. 2. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan, status sosek keluarga dan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunted ( p=0.039, p=0.041 dan p=0.000). tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, riwayat usia kehamilan, panjang badan lahir anak balita dengan kejadian stunted pada anak balita ( P 0.05) SARAN 1. Perlunya revitalisasi posyandu oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang bekerjasama dengan Puskesmas guna kelangsungan kegiatan bulanan posyandu 2. Perlunya latihan penyegaran kader posyandu guna menambah pengetahuan dan keterampilannya dan latihan kader baru bagi posyanduposyandu yang kurang jumlah tenaga kadernya. 7

3. Perlunya peningkatan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif oleh petugas kesehatan dan kader posyandu di wilayah kerja masingmasing DAFTAR PUSTAKA Atmarita & Fallah, S.T, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Widyakarya Pangan dan Gizi, VIII, 17-19 Mei 2004, Jakarta Anugraheni, 2008, Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan, Pati, Kab. Pati. http : // ejournals1undip.ac.id/index.php/jnc/artic le/view/725 Engle, PL, Menon, P & Haddad,L, 1997, Care and Nutrition. Concept and Measurement. Washington : International food policy Research Institute Kemenkes M (2010) : Riskesdas 2010. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI Lameshow, S, 1990, (Ahli Bahasa Pramono, D, 1997), Besar sampel dalam Penelitian Kesehatan, Universitas Gajah mada Press, Yogyakarta. Suhardjo (2003) : Perencanaan Pangan & Gizi, Jakarta : Bumi Aksara Semba RD de Pee, Sun Kai, Sari M, Akhter N, Bloem MW, 2008, Effect of Parental formal education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh a cross sectional study, lancet : 371 : 322-28 WHO (2006a). Who Child Growth Standars, Geneva 8

9