BAB I PENDAHULUAN. Pemberian layanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam meingkatkan masyarakat yang baik terhadap hukum yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan berbagai konsekuensi, diantaranya dibidang hukum. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan dalam keadaan yang bebas. Walaupun demikian

BAB I PENDAHULUAN. merasakan imbalan yang dikutip tersebut secara langsung. Pemungutan pajak memang bukan suatu hal yang mudah, dalam proses

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi Penduduk. sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua, roda empat

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program kerja Kementerian Dalam Negeri adalah memperbaharui

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

TENTANG BUPATI PATI,

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengurus apa yang dibutuhkan oleh

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiw

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 7 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

PEMERINTAH DAERAH NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN LEGALISIR

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. implisit terkandung didalam Pembukaan Undang-Undang 1945 alinea ke 4, yaitu:

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 1997

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. wajib tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

K. BIDANG KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 06 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan prima

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada Takdir Illahi, di mana kehendak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian layanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dari pemerintah. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami pembaharuan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan itu sendiri. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Jenis layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat mencakup semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu jenis layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yaitu layanan Kartu Tanda Penduduk atau KTP. Kartu Tanda Penduduk dapat diartikan sebagai: Nama resmi kartu identitas seseorang di Indonesia yang diperoleh setelah seseorang berusia di atas 17 tahun. KTP berlaku selama lima tahun dan tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang bersangkutan. Khusus warga yang telah berusia 60 tahun ke atas, mendapat KTP seumur hidup yang tidak perlu diperpanjang setiap lima tahun sekali. (dalam http://id. Wikipedia.org/wiki/KTP) Pembangunan di berbagai sektor yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia mengakibatkan berbagai konsekuensi, diantaranya di bidang hukum. Dengan hukum pelaksanaan pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan tertib dan teratur, sesuai dengan tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 pada bagian sistem pemerintahan negara menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas 1

2 hukum (Rechtsstaat). Tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtsstaat). Pernyataan tegas tersebut seringkali dikemukakan oleh berbagai kalangan, namun usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sadar hukum itu tidak hanya dengan suatu pernyataan saja, tetapi harus ada suatu usaha agar hukum itu diketahui, dimengerti, ditaati dan dihargai. Apabila sikap-sikap tersebut sudah tertanam dalam diri masyarakat, maka rasa memiliki terhadap hukum akan menjiwai sikap dan perilaku masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Soekanto (1985:122), berikut ini: Masalah kesadaran hukum masyarakat sebenarnya menyangkut faktorfaktor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dimengerti, ditaati dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum maka taraf kesadaran hukumnya masih rendah daripada apabila mereka memahaminya. Pentingnya kesadaran hukum masayarakat dapat menggugah pemerintah untuk lebih menegakkan kebijakannya, salah satunya yaitu dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terhadap kepemilikan Kartu Tanda Penduduk. Peranan pemerintah dalam masalah kepemilikan Kartu Tanda Penduduk diperlukan suatu kesadaran hukum dari masyarakat. Hukum harus mampu menciptakan pola perilaku masyarakat yang dapat mendukung pembangunan serta mampu untuk memelihara dan menjaga pembangunan yang telah dilaksanakan. Selain itu pembentukan hukum itu harus memperhatikan kesadaran hukum rakyat agar hukum dapat berlaku secara efektif. Rumusan rapat koordinasi pengkajian sistem pelayanan administrasi kependudukan, Jakarta 2002: Pendaftaran penduduk adalah rangkaian kegiatan pencatatan data penduduk yang mulai dari pengisian biodata penduduk dan perubahan-

3 perubahan yang terjadi sebagai akibat kelahiran, kematian, perpindahan, kedatangan, perkawinan dan perceraian, perubahan status kewarganegaraan, status kependudukan dan perubahan lainnya. Pendaftaran penduduk dimaksud semata-mata kegiatan administratif dengan menerapkan asas domisili. Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas jelaslah bahwa hukum pada hakekatnya merupakan suatu pesan yang harus disampaikan agar warga masyarakat dan pimpinannya menjadi tahu mana yang salah dan mana yang benar, mana yang hak dan mana yang kewajiban. Sehingga mereka sadar hukum dan berbuat sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu untuk mewujudkan suatu negara yang berbudaya hukum diperlukan suatu pembinaan hukum, baik untuk penyelenggaraan negara maupun masyarakat sebagai usaha menyempurnakan hukum dan usaha penegakan hukum agar dihormati, ditaati dan dipatuhi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Melihat kondisi negara dewasa ini yang sedang diguncang bukan oleh karena krisis perekonomian saja, melainkan krisis pengetahuan yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran hukum masyarakat. Salah satu permasalahan kesadaran hukum yang ada pada saat ini pada masyarakat di Indonesia adalah kepemilikan Kartu Tanda Penduduk atau KTP. Kartu Tanda Penduduk merupakan salah satu kartu identitas yang harus dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia yang diperoleh setelah berusia 17 tahun. Kartu Tanda Penduduk berlaku selama lima tahun dan tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran individu yang bersangkutan. Akan tetapi khusus warga yang telah berusia lanjut atau berusia 60 tahun ke atas,

4 mendapat KTP seumur hidup yang tidak perlu diperpanjang setiap lima tahun sekali. Berdasarkan pendapat di atas, KTP merupakan sebuah kartu identitas seseorang yang menyatakan bahwa dirinya sebagai penduduk yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana KTP tersebut dapat diperoleh setelah seseorang berusia 17 tahun. Dalam kehidupan masyarakat yang tidak sadar akan kepemilikan KTP, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi masyarakat tidak sadar hukum timbul dari dalam diri pribadinya seperti mereka melalaikan kepemilikan KTP karena dipengaruhi oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman akan keberadaan hukum yang mengaturnya. Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi masyarakat yang tidak sadar hukum yaitu datang dari pihak luar yang ikut andil dalam proses pengelolaan KTP itu sendiri. Hal tersebut jelas mempengaruhi tingkat kesadaran dalam kepemilikan KTP, karena selain masyarakat mengetahui dan memahami keberadaan hukum, pengelolaan KTP yang mudah atau dipersulit dan murah juga dapat memicu setiap warga masyarakat untuk menjadi masyarakat yang sadar hukum. Namun, pada kenyataannya proses ketidaksadaran kepemilikan KTP tersebut bukan hanya diakibatkan oleh kelalaian warga masyarakat saja, melainkan diakibatkan oleh kelalaian petugas pengelola pembuatan KTP seperti prosesnya lambat, penggandaan biaya dan sistem birokrasi yang dipersulit. Padahal untuk menumbuhkan kesadaran setiap warga masyarakat itu tidak hanya dari diri sendiri

5 saja, melainkan harus ada motivasi dari pihak luar yang turut andil atau membantu dalam upaya peningkatan kesadaran tersebut. Kartu Tanda Penduduk merupakan suatu hal yang sangat penting, tanpa KTP masyarakat tidak dapat mengurus hal-hal yang berkenaan dengan persyaratan berbagai keperluan. Oleh karena itu, akibat dari kurangnya kerjasama antara individu dengan petugas pengelola pembuatan KTP tersebut, masyarakat bukan saja tidak sadar akan hukum dan kewajibannya tapi mereka tidak mengerti dan paham akan kewajiban itu, sehingga tidak sedikit warga masyarakat yang melalaikan kepemilikan KTP. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa kepemilikan KTP itu telah memiliki kapasitas dan kekuatan hukum, barang siapa yang melanggar maka dia akan berhadapan dengan hukum. Selain itu, salah satu alat pengendalian sosial yang efektif adalah hukum, dimana hukum mempunyai kekuatan untuk diterapkan yang mempunyai sifat mengikat dan memaksa. Adapun hal-hal yang mendasari masyarakat tidak sadar hukum akan kewajiban memiliki KTP antara lain karena masyarakat berasumsi bahwa: Masyarakat akan membuat KTP jika mereka sudah dihadapkan dengan petugas razia KTP serta jika sudah dikenakan sanksi tegas oleh petugas tersebut. Masyarakat akan membuat KTP jika mereka sudah dihadapkan pada persoalan-persoalan yang mensyaratkan adanya KTP seperti program Bantuan Langsung Tunai atau BLT dan konversi minyak tanah yang ditukar dengan pembagian kompor gas gratis dari pemerintah.

6 Pemahaman-pemahaman tersebut menjadi bagian awal pembahasan penulisan penelitian ini. Bertolak dari pemahaman-pemahaman yang telah dipaparkan tersebut, maka peneliti mencoba meramu penelitian ini dalam sebuah judul, yaitu : STUDI TENTANG KEPEMILIKAN KARTU TANDA PENDUDUK DI KELURAHAN SITU KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Di Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang) B. Masalah Penelitian Dari latar belakang tersebut diatas dapat peneliti rumuskan suatu masalah pokok sebagai berikut Mengapa Penduduk Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Tidak Memiliki Kartu Tanda Penduduk. Untuk memudahkan penganalisaan hasil penelitian, maka masalah pokok tersebut peneliti jabarkan dengan beberapa sub masalah sebagai berikut: 1. Apa alasan warga Kelurahan Situ tidak memiliki KTP dan apa alasan penduduk yang memiliki KTP? 2. Bagaimana sosialisasi aparatur Kelurahan Situ tentang kepemilikan KTP? 3. Kendala apa yang ditemui aparat Kelurahan Situ dalam melakukan sosialisasi tentang kepemilikan Kartu Tanda Penduduk? 4. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh aparat Kelurahan Situ untuk mengatasi kendala yang ditemui dalam sosialisasi tentang kepemilikan Kartu Tanda Penduduk?

7 penelitian. Sub-sub masalah tersebut diatas peneliti jadikan sebagai pertanyaan pokok C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkapkan permasalahan mengenai kepemilikan KTP bagi penduduk Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan: a. Alasan warga yang tidak memiliki KTP dan alasan mereka yang memiliki KTP. b. Sosialisasi yang dilakukan oleh aparat kelurahan tentang kepemilikan Kartu Tanda Penduduk. c. Kendala yang ditemui oleh aparat Kelurahan Situ dalam mensosialisasikan tentang kepemilikan KTP. d. Upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat Kelurahan Situ untuk mengatasi kendala yang ditemui dalam sosialisasi tentang kepemilikan Kartu Tanda Penduduk.

8 D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya. Manfaat penelitian ini berupa manfaat secara teoritis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Secara teoritis Diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu tentang kependudukan serta memperluas wawasan yang berkaitan dengan hubungan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk beserta alasannya oleh warga di Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. 2. Secara praktis Bagi aparatur kelurahan sebagai pihak berwenang, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan terhadap peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kepemilikan Kartu Tanda Penduduk. E. Penjelasan Istilah Definisi yang diambil secara operasional yaitu meliputi definisi tentang Kartu Tanda Penduduk, Masyarakat, Kesadaran, dan Kesadaran Hukum. Berikut pengertiannya: 1. Kartu Tanda Penduduk adalah nama resmi kartu identitas warga negara Indonesia yang dapat diperoleh setelah menikah dan telah berumur 17 tahun ke atas. Adapun masa berlaku KTP selama 5 tahun.

9 2. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. 3. Secara harfiah kata kesadaran berasal dari kata sadar, yang berarti insyaf; merasa; tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah keinsyafan atau merasa mengerti atau memahami segala sesuatu. 4. Kesadaran Hukum adalah kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau diharapkan ada. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dimana metode ini menurut Winarno Surachmat (1982:140) adalah: a. Memusatkan pemecahan masalah yang terjadi dalam masyarakat berkaitan dengan masalah-masalah aktual baik yang terjadi pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa, karena itu metode ini disebut metode analisa. Penelitian ini juga menggunakan metode naturalistik, seperti yang diungkapkan Nasution (2003:5) yang berpandangan bahwa Metode penelitian naturalistik disebut juga metode kualitatif, sebab tahap pengumpulan data dilakukan secara kualitatif.

10 G. Teknik Penelitian Adapun teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu : 1. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan berkomunikasi secara langsung antara peneliti dengan sampel penelitian yang telah ditentukan. Wawancara ini adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah, ini merupakan suatu proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Dalam wawancara, penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menggali jawaban lebih lanjut yang diarahkan kepada fokus penelitian dan mencatatnya. Adapun maksud dari wawancara ini sehingga dijadikan salah satu teknik dalam penelitian ini. 2. Observasi Teknik lain yang cukup menunjang penelitian adalah observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan S. Nasution (1987:122) bahwa: Dengan mengadakan observasi dapat kita peroleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh metode lain. Tujuan dari observasi ini ialah mengisi data dan memberikan data yang lebih dapat digeneralisasikan.

11 3. Studi dokumentasi Studi Dokumentasi yaitu mempelajari segala informasi yang dikumpulkan dalam bentuk data-data autentik berkaitan dengan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk, baik melalui gambar maupun tulisan-tulisan yang ada. Metode ini juga merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif seperti yang dijelaskan Lexy J. Moleong (1989:177): dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. 4. Studi literatur Studi literatur yaitu mempelajari literatur-literatur atau buku-buku untuk mendapatkan informasi teoritis yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. H. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang kepemilikan Kartu Tanda Penduduk di Kota Sumedang seyogyanya akan dilaksanakan di kawasan Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. 2. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang yang terdiri dari:

12 1. Masyarakat, dalam hal ini dibagi menjadi dua golongan masyarakat yaitu masyarakat yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk dan masyarakat yang memiliki Kartu Tanda Penduduk. 2. Aparat Desa