BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama penduduk pedesaan, hal ini

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiwi Kartiwi, 2014 Perkembangan kehidupan petani bunga hias desa Cihideung Kecamatan Parongpong tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN. dan permasalahannya di masing-masing daerah. masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai langkah, prosedur atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk maupun tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian. Keberadaan pertanian tidak hanya sebatas penghasil devisa, tetapi berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada disekitarnya dan secara langsung menunjang pembangunan perekonomian masyarakat. Mengutip pendapat B. Higgins dari buku yang ditulis oleh Mubyarto (1994:298) mengemukakan bahwa: Untunglah bagi Indonesia bahwa ia tidak perlu memilih antara perkebunan rakyat atau perkebunan besar dalam mempersiapkan rencana menaikan produktivitas secara keseluruhan. Keanekaragaman sumber daya alam menjadikan Indonesia sebagai negara perkebunan, dengan adanya perkebunan memberikan keuntungan tambahan bagi masyarakat dalam kemajuannya. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi Indonesia yang memiliki berbagai potensi bagi perekonomian Nasional, seperti dalam bidang industri, pariwisata, perikanan, pertambangan, kehutanan dan pertanaian. Kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Nasional termasuk wilayah Jawa Barat yaitu pertanian, karena sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya yaitu sebagai petani. Seperti halnya, terdapat beberapa perkebunan yang menjadi 1

2 devisa Nasional maupun daerah yaitu perkebunan karet, kopi, teh, kopra ( kelapa kopra dan gula), buah- buahan ( jeruk, mangga, nanas) dan lain- lain. Berkaitan dengan penelitian, peneliti lebih memfokuskan terhadap bidang pertanian yaitu buah- buahan terutama permasalahan tentang perkebunan jeruk. Pengembangan sistem agrobisnis buah-buahan dapat menciptakan nilai tambah dan sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani. Salah satu komoditas buah- buahan yang potensial dikembangkan secara komersial adalah jeruk (Rukmana, 2003: 3). Daerah yang tetap mengembangan sektor perkebunan Jeruk yaitu, Kabupaten Garut yang merupakan bagian dari wilayah provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut merupakan daerah yang cukup berpotensi dalam perekonomian Nasional. Kota Garut yang selain terkenal dengan industri penghasil dodol dan industri kulit, sejak tahun 1950 Kabupaten Garut juga terkenal sebagai penghasil jeruk dengan pusat produksi di Kecamatan Samarang. Kecamatan Samarang merupakan salah satu wilayah Kabupaten Garut, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai sentra penghasil jeruk bermutu khas Garut. Hal ini juga, didorong oleh faktor alam karena di wilayah tersebut memang salah satu wilayah yang dianggap paling tepat untuk menanam jeruk. Jeruk Garut merupakan Primadona kota Garut, karena Jeruk Garut memiliki ciri khas yang berbeda dengan jeruk lainnya, yaitu jeruk Garut memiliki bentuk dan rasa lebih segar dibandingkan dengan jeruk lainnya. Dari segi kehidupan masyarakat Kecamatan Samarang khususnya para petani jeruk Garut, mereka bersemangat untuk mengembangkan tanaman ini

3 karena para petani merasakan keuntungan yang besar dari hasil mengembangkan tanaman tersebut. Selain itu, dengan adanya perkebunan jeruk Garut dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Adapun dalam upaya pengembangan jeruk Garut, para petani berusaha mempertahankan benih asli tanaman ini agar perkembangan produksi tetap naik. Pada kurun waktu 1950-1978 petani tidak mengalami kesulitan dalam penanaman jeruk Garut, karena cukup dengan menanam di depan perkarangan rumah saja sudah bisa mendatangkan keuntungan besar. Sehingga pada waktu itu, petani hanya melakukan secara mandiri tanpa bantuan dari pemerintah, dimulai dari pengembangan awal perkebunan sampai dengan pemeliharaannnya. Selain itu juga, dikarenakan pemerintah daerah belum mencanangkan jeruk Garut sebagai komoditas utama namun, komoditas utamanya masih dari pariwisata dan makanan khas yaitu dodol. Selama tahun 1950-1978 banyak persoalan yang dialami oleh para petani jeruk di Kabupaten Garut ini, baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. Namun pada kurun waktu tersebut, jeruk Garut mencapai masa keemasan yang dapat merubah kehidupan ekonomi maupun sosial para petani menjadi lebih baik. Persoalan lainnya, yang dialami para petani jeruk di Kabupaten Garut antara lain jarak waktu (gap) yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan. Untuk tanaman yang bersifat musiman seperti tanaman jeruk Garut para petani harus menunggu 6-7 bulan untuk memanen jeruk tersebut sedangkan permintaan konsumen terus meningkat sehingga, berimplikasi bagi ekonomi

4 petani. Sehingga, ciri khas dari kehidupan para petani jeruk Garut yaitu perbedaan pola penerimaan, pendapatan dan pengeluaran. Pemerintah daerah yang pada saat itu lebih memfokuskan kepada industri rumah tangga, merupakan salah satu penyebab terhadap pasang surutnya perkebunan jeruk Garut, kurangnya perhatian terhadap para petani menyebabkan sebagian petani lebih memilih pekerjaan lainnya seperti menanam kembali sayursayuran. Hal seperti inilah yang menyebabkan permasalahan bagi perekonomian para petani jeruk Garut ini. Setelah, produksi jeruk terus mengalami peningkatan dan mampu bersaing dengan jeruk-jeruk lokal lain dan juga jeruk impor, pemerintah Kabupaten Garut mulai tertarik untuk menjadikan perkebunan jeruk sebagai komoditas daerah. Sehingga, perkebunan Jeruk Garut telah dicanangkan oleh pemerintah sebagai salah satu komoditas tanaman yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Penetapan tersebut, pada dasarnya menunjukkan bahwa Jeruk Garut merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan nasional yang perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas maupun kuantitas produksinya. Hal ini, menyebabkan perekonomian masyarakat di daerah sentra jeruk Garut juga khususnya para petani meningkat tinggi, karena permintaan pasar terhadap komoditas Jeruk Garut dari tahun ke tahun terus meningkat dengan bagian pasar yang sangat bervariasi. Hal ini sejalan dengan meningkatnya daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Pada saat tahun 1980, produksi jeruk Garut terus menurun. Hal ini disebabkan karena adanya letusan Gunung Galunggung, selain itu terjadinya

5 serangan hama penyakit CVPD. Terjadinya letusan Gunung Galunggung menyebabkan sebagian perkebunan Jeruk Garut di Kecamatan Samarang menjadi hancur. Hal ini, menjadikan produksi jeruk Garut menurun karena bibit- bibit baru juga ikut hancur akibat dari virus yang tersebar melalui debu- debu letusan Gunung Galunggung. Sehingga, dengan berkurangnya produksi jeruk Garut ini menyebabkan perekonomian petani menurun dan kesulitan untuk mengembangkan kembali tanaman ini. Akibat, dari berkurangnya produksi Jeruk Garut, mereka beralih untuk tetap mempertahankan kesejahteraan hidupnya yaitu berkebun sayur-sayuran yang dalam hal pengembangan dan juga permodalan cukup rendah di bandingkan dengan jeruk Garut. Pada tahun 1999, para petani memulai kembali menanam jeruk Garut. Mereka bersemangat untuk mengembangkan kembali tanaman ini, karena petani ingin jeruk Garut tetap berkembang dan dari segi ekonomi tanaman ini membawa keuntungan yang besar. Upaya mereka dalam membudidayakan kembali jeruk Garut ini yaitu dengan mengembangkan bibit- bibit unggulan jeruk Garut serta melakukan perawatan- perawatan terhadap tanaman ini. Dalam rangka pembudidayaan kembali jeruk Garut disini, para petani tidak hanya melakukan secara perorangan lagi tetapi mereka mulai membentuk suatu kelompok tani yang mereka anggap sebagai wadah untuk berbagi cara bagaimana pemilihan bibit jeruk yang unggul. Selain wadah untuk berdiskusi manfaat dibentuknya kelompok tani ini yaitu mempermudah bagi para petani dalam menerima sumbangan dari pemerintah yang berupa sarana dan prasarana untuk pembudidayaan kembali tanaman ini. artinya para petani merasakan kemudahan dalam pembagian

6 sehingga semua terbagi dengan adil. Terbentuknya kelompok tani ini juga mempemudah pemerintah daerah untuk mengumpulkan dan mengarahkan para petani dalam pemberian pengarahan seperti diadakannya seminar mengenai budidaya jeruk Garut yang baik. Dalam pengembangan budidaya tanaman ini juga, mendapat bantuan dari pemerintah Garut dikarenakan pemerintah setempat ingin kembali menjadikan Jeruk Garut sebagai salah satu komoditas utama Kabupaten Garut. Adapun upaya- upaya pemerintah setempat dalam rangka membudidayakan kembali jeruk Garut yang sempat menurun dengan cara melakukan pembinaan kepada petani secara berkelompok mengenai perawatan jeruk dan pengadaan benih- benih unggulan serta pemberian sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh para petani. Selain itu juga, pemerintah mengadakan program pengembangan jeruk Garut yaitu program sejuta pohon jeruk Garut tahun 1999, hal ini dilakukan agar jeruk Garut tidak langka dan mengembalikan citra Garut sebagai sentra penghasil jeruk bermutu khas Garut. Upaya- upaya yang dilakukan dapat menumbuhkan rasa semangat para petani untuk merehabilitasi dan membudidayakan kembali tanaman jeruk. Pemerintah maupun petani juga sadar bahwa jeruk Garut paling menguntungkan dan tidak ada komoditas lain yang bisa menggantikannya. Sehingga, Kota Garut tidak hanya terkenal dari pariwisata dan makanan saja tetapi dari sektor perkebunan juga. Oleh sebab itu, dengan dikembangkan kembali perkebunan jeruk Garut diharapkan masyarakat, khususnya masyarakat Samarang mengalami peningkatan kembali dalam bidang

7 ekonomi dan juga kesejahteraan. Sehingga, diharapkan perkebunan jeruk Garut dapat menjadi sumber devisa daerah serta menjadi ciri khas daerah Garut. Dari pemaparan di atas, peneliti memfokuskan kajian pada permasalahan yaitu Bagaimana keadaan para petani jeruk Garut ini, selama periode 1978-1999 dilihat dari sosial- ekonomi dan budaya serta mengapa para petani tetap berupaya melestarikan Jeruk Garut meski dalam kondisi yang terpuruk?. Adapun mengenai alasan peneliti mengambil perkembangan dan peranan perkebunan jeruk Garut ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut. Diantaranya Pertama, Penulis mengambil tahun 1978-1999 karena pada tahun 1978 perkebunan jeruk Garut di Kecamatan Samarang maju dan berkembang. Selain itu, dapat meningkatkan perekonomian daerah Samarang. Pada pertengahan tahun 1982 perkebunan jeruk Garut mulai menurun karena virus yang diakibatkan oleh letusan Gunung Galunggung dan tahun 1999 perkebunan jeruk Garut mulai dikembangkan kembali dan dampak bagi kehidupan sosial- ekonomi masyarakat Samarang khususnya bagi para petani jeruk. Alasan kedua, keberadaan perkebunan jeruk ini memberikan kontribusi terhadap Kecamatan Samarang pada saat itu, terutama dalam peningkat di bidang sosial-ekonomi masyarakat setempat. Perkebunan jeruk Garut ini sangat berperan bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Samarang, khususnya para petani meskipun ada kendala yang dihadapi dalam produksinya yaitu dari segi permodalan dan bibit jeruk yang susah didapatkan, tetapi mereka tetap ingin melestarikan Jeruk Garut ini.

8 Alasan pemilihan daerah Kecamatan Samarang sebagai tempat penelitian adalah karena daerah tersebut hampir semua masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani jeruk meskipun ada sebagian yang bertani sayur-sayuran. Selain itu Kecamatan Samarang merupakan pencetus pertanian jeruk Garut setelah perkebunan jeruk di kecamatan lainnya mulai tidak ada, dikarenakan tidak adanya bibit jeruk akibat meletusnya Gunung Galunggung Berdasarkan hal- hal yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang mengkaji mengenai bagaimanakah perkembangan dan kontribusi dari keberadaan perkebunan Jeruk Garut terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat kecamatan Samarang khususnya para petani jeruk Garut. Peneliti memiliki keinginan untuk mengetahui apakah keberadaan perkebunan jeruk Garut ini telah menyebabkan perubahan sosial yang berarti dan apakah memberikan perkembangan sektor ekonomi rakyat yang lebih baik terhadap masyarakat khususnya para petani jeruk Garut di Kecamatan Samarang. Hal ini menyebabkan peneliti mencoba untuk mengkaji dan merumuskan penelitian dalam skripsi ini dengan judul Asam Manis Jeruk Garut : Kajian Terhadap Kehidupan Sosial- Ekonomi Petani Jeruk Garut di Kecamatan Samarang Tahun 1978-1999. 1.2 Rumusan dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini difokuskan : Mengapa para petani

9 tetap berupaya melestarikan Jeruk Garut meski dalam kondisi yang terpuruk?. Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan perkebunan jeruk Garut di Kecamatan Samarang tahun 1978-1999? 2. Bagaimana upaya petani jeruk Garut dalam membudidayakan kembali perkebunan jeruk Garut di kecamatan Samarang? 3. Bagaimana peran kelompok tani daerah Kecamatan Samarang dalam melestarikan pembibitan Jeruk Garut? 4. Bagaimana perubahan sosial-ekonomi yang dialami oleh petani jeruk dalam mengembangkan perkebunan jeruk Garut dari tahun 1978-1999? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan perkembangan perkebunan jeruk Garut di Kecamatan Samarang. Disini penulis berusaha menggali dan memaparkan perkembangan perkebunan Jeruk Garut di Kecamatan Samarang yang dilihat dari aspek penduduk, kehidupan sosial ekonomi, dan keadaan alam yang terdapat di daerah Garut dan khususnya daerah Samarang. 2. Menjelaskan upaya masyarakat Kecamatan Samarang dalam mengembangkan perkebunan Jeruk Garut tahun 1978-1999 yang

10 meliputi segala usaha petani seperti halnya pengadaan pupuk, permodalan, promosi hasil produk pada konsumen, perluasan jaringan pemasaran dan usaha untuk melestarikan perkebunan jeruk Garut. 3. Menjelaskan peran kelompok tani Daerah Kabupaten Garut dalam menangani permasalahan Perkebunan Jeruk Garut yang meliputi, pemasaran, pemeliharaan dan kesejahteraan petani jeruk Garut. 4. Menjelaskan kondisi sosial-ekonomi petani selama mengembangkan perkebunan jeruk Garut dari tahun 1978-1999 dilihat dari penghasilan dan tingkat kesejahteraan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfat bagi semua pihak. Diantaranya, adalah dapat menambah pengetahuan mengenai data dan informasi tentang perkembangan perkebunan jeruk Garut di Kecamatan Samarang pada tahun 1978-1999, menjadi bahan informasi mengenai kehidupan sosial- ekonomi mayarakat petani di kecamatan Samarang khususnya, petani dan juga menambah pengetahuan mengenai peranan usaha jeruk Garut dalam mengembangkan perekonomian rakyat yang berada di kecamatan Samarang. Diharapkan juga tulisan ini, dapat menambah masukan bagi pemerintah Kabupaten, khususnya Dinas Pertanian dan holtikultura di dalam mengambil langkah kebijakan terhadap pertanian di dalam pengembangannya karena perkebunan jeruk Garut ini, memiliki daya dukung sebagai salah satu sektor perkebunan di kabupaten Garut. 1.5 Metode dan Teknik Penelitian

11 1.5.1 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan metode historis atau metode sejarah. Menurut Gottschalk (1975:32) yang dimaksud dengan metode historis adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau dan menuliskan hasil temuan berdasarkan fakta yang telah diperoleh dan disebut dengan historiongrafi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Gilbert J. Garragham (Abdurahman, 1999: 43) mengemukakan bahwa metode sejarah mengandung seperangkat aturan dan prinsip yang sistematik dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara epektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tesis. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para sejarawan tersebut, pada intinya adalah metode sejarah digunakan sesuai dengan karakteristik objek kajian penelitian ini yaitu tentang kehidupan masyarakat dimasa lampau. Sesuai dengan kepentingan dalam melakukan penulisan karya ilmiah ini, menggunakan beberapa tahap dalam metode sejarah yang dilakukan antara lain: 1. Heuristik, yaitu kegiatan mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah baik itu sumber primer maupun sumber sekunder, atau juga sumber lisan dan sumber tulisan sehingga dapat digunakan dalam menjawab permasalahan mengenai dinamika kehidupan petani jeruk Garut di Kecamatan Samarang tahun 1978-1999 yang diperoleh dari berbagai tempat, yaitu dari perkebunan jeruk Garut di Kecamatan Samarang, buku-buku yang terdapat di perpustakaan UPI, perpustakaan

12 Daerah Jawa Barat, Perpustakaan UNPAD dan Perpustakaan Perkebunan. Peneliti juga memperoleh sumber lisan, seperti penulis mencari narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi dan jawaban atas permasalahan yang dikaji oleh penulis. Sumber lisan merupakan bagian dari sejarah lisan/oral history. Dengan melakukan wawancara kepada para petani jeruk Garut dan juga pegawai staf perkebunan peneliti mendapat informasi secara langsung yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Perpustakaan Palasari. Selain itu, penulis juga mencoba mengkaji sumber-sumber artikel dari internet. 2. Kritik sumber, merupakan tahapan penulisan dalam menyelidiki dan menilai secara kritis apakah sumber-sumber yang berkaitan erat dengan masalah kondisi petani jeruk Garut di Kecamatan Samarang tahun 1978-1999 sesuai atau tidak. Dalam tahap ini peneliti melakukan dua hal masalah kritik sumber baik itu sumber tertulis ataupun sumber lisan. Kritik eksternal yaitu cara pengujian tehadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang dipergunakan. Kritik internal, yaitu cara pengujian yang dilakukan terhadap aspek dalam yang berupa isi dari sumber tersebut, dengan demikian dapat diperoleh fakta tentang kondisi petani jeruk Garut di Kecamatan Samarang tahun 1978-1999 dilihat dari aspek sosialekonomi. 3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung permasalahan yang menjadi kajian

13 penulis yaitu Asam Manis Jeruk Garut : Kajian Terhadap Kehidupan Sosial- Ekonomi Petani Jeruk Garut di Kecamatan Samarang Tahun 1978-1999. 4. Historiografi, pada tahap ini sumber sejarah yang sudah terkumpul dianalisis dan ditafsirkan, untuk selanjutnya ditulis menjadi suatu rangkaian cerita yang relevan atau ilmiah dalam tulisan yang berbentuk skripsi dengan judul Asam Manis Jeruk Garut : Kajian Terhadap Kehidupan Sosial- Ekonomi Petani Jeruk Garut di Kecamatan Samarang Tahun 1978-1999. Penulisan skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan penulisan ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun pendekatan yang digunakan untuk menganalisis fakta yang diperoleh digunakan pendekatan interdisipliner, dengan menggunakan beberapa konsep sosiologi-ekonomi yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji, seperti mobilitas dan perubahan sosial, hubungan sosial, serta tingkat kesejahteraan petani. 1.5.2 Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari data-data atau catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mempelajari buku-buku

14 untuk memperoleh informasi teoritis yang berkenaan dengan masalah penelitian. Dengan teknik ini diharapkan dapat membantu dalam mendapatkan sumber yang bersifat teoritis. 2. Studi Kearsipan/dokumentasi adalah mencari sumber arsip dan dokumendokumen baik berupa lembar catatan singkat maupun foto-foto yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 3. Wawancara adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan dan lain-lain dari individu atau responden caranya melalui pertanyaan yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara struktur dan tidak terstruktur (Koentjaraningrat, 1994:138). 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan dalam skripsi ini tersusun menurut sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penelitian dari penelitian yang dilakukan, metode dan tekhnik penelitian serta sisitematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

15 Bab II Tinjauan Pustaka, disini dijabarkan mengenai daftar literatur yang dipergunakan yang dapat mendukung dalam penulisan terhadap permasalahan yang dikaji. Pada bagian bab kedua, berisi mengenai suatu pengarahan dan penjelasan mengenai topik permasalahan yang penulis teliti dengan mengacu pada suatu tinjauan pustaka melalui suatu metode studi kepustakaan, sehingga penulis mengharapkan tinjauan pustaka ini bisa menjadi bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang kami uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan. Bab III Metodologi Penelitian, Bab ini dibahas langkah-langkah seperti metode dan teknik penulisan yang dipergunakan oleh peneliti dalam memperoleh sumber, pola pengolahan sumber dengan melakukan kritk eksternal dan internal, interpretasi, yaitu menganalisis dan melakukan sintesis terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Historiografi merupakan hasil akhir dari penelitian dan dijadikan laporan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di UPI. Bab IV Perkebunan Jeruk Garut dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial- Ekonomi, bab pembahasan berisi mengenai seluruh informasi dan datadata yang diperoleh oleh peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun uraian materi yang akan dipaparkan dalam bab ini diantaranya mengenai gambaran umum wilayah Samarang Kemudian mengenai peranan petani dalam melestarikan jeruk Garut di Kecamatan Samarang dengan adanya Perkebunan jeruk Garut tahun 1978-1999. Selanjutnya penyebab utama masyarakat Kecamatan Samarang tetap mempertahankan kelestarian jeruk Garut pada tahun

16 1978-1999. Pada pembahasan terakhir akan diuraikan mengenai Upaya Masyarakat Kecamatan Samarang dalam melestarikan perkebunan Jeruk Garut tahun 1978-1999 dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi. Jadi pada umumnya dalam bab ini peneliti menguraikan seluruh data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Bab V Kesimpulan, dalam bab ini dikemukakan suatu kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan Asam Manis Jeruk Garut : Kajian Terhadap Kehidupan Sosial- Ekonomi Petani Jeruk Garut di Kecamatan Samarang Tahun 1978-1999. Berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.