HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

Karakteristik Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia ABCTRACT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

ANALISIS Escherichia coli DAN HIGIENE SANITASI PADA MINUMAN ES TEH YANG DIJUAL DI PAJAK KARONA JAMIN GINTING KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim :

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

STUDI HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN KOTA TIMUR DAN KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO 2012

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI DESA KARYA BARU KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO. Nelpidin Nusi, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. makanan secara keseluruhan (Depkes, RI 2004). lingkungan tempat orang tersebut berada.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

HIGIENE SANITASI DAN ANALISA Eschericia coli PADA MINUMAN ES KELAPA MUDA YANG DIJUAL DI TAMAN TELADAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2012 SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah higiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

Transkripsi:

Lampiran 1. Summary HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Djamaludin Musa NIM. 811409137 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Minuman es kelapa muda banyak dijual di Kota Gorontalo. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda yang dijual di Kota Gorontalo. Penelitian bersifat survey analitik dengan pendekatan Cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu Sampling yakni sejumlah 19 sampel, pengumpulan data dengan pemeriksaan laboratorium serta quisioner. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pengolahan dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,01), tidak ada hubungan antara pemilihan bahan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,702), tidak ada hubungan antara penyimpanan bahan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,124), tidak ada hubungan antara penyimpanan minuman jadi dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,842), tidak ada hubungan antara pengangkutan dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,842), tidak ada hubungan antara penyajian dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda (p=0,227). Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Gorontalo hendaknya memberikan pengawasan, pembinaan, dan penyuluhan kepada pedagang es kelapa muda mengenai higiene sanitasi yang baik. Kata Kunci : Minuman Es Kelapa Muda, Higiene Sanitasi, Eschericia coli.

Pendahuluan Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, yang salah satu diantaranya adalah pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman agar mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat Pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman merupakan upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan dan makanan yang memungkinkan menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. (Depkes RI, 1992). Makanan dan minuman yang tercemar dapat tejadi pada semua tahapan yang dilalui terutama pada proses pengolahan. Bila hal ini terjadi dapat menimbulkan kerugian terhadap masyarakat sebagai konsumen ataupun penjaja makanan dan minuman jajanan sebagai produsen. Masyarakat yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang tercemar dapat menimbulkan suatu penyakit pada saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Sedangkan bagi penjaja jajanan ini dapat mempengaruhi kelanjutan usahanya. Karena dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan konsumen terhadap hasil produksinya. Es kelapa muda dapat tercemar oleh beberapa jenis mikroba apabila cara pengolahannya tidak memenuhi syarat standar kesehatan. Misalnya higiene sanitasi pengolahan es kelapa muda yang tidak baik, begitu juga dengan air yang digunakan bukan air yang bersih. Mikroba yang dapat ditemukan pada makanan ini adalah jenis bakteri Coliform dan Escherichia coli. Namun, yang paling banyak ditemukan pada umumnya adalah bakteri Escherichia coli, karena pengolahannya yang tidak baik. Escherichia coli atau yang biasa disingkat E. coli, merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. E. coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa E.coli tipe 0157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia (Arisman,2009). 1. Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang es kelapa muda yang berjualan di Kota Gorontalo Tahun 2013 yang berjumlah 19 pedagang. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan Sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan uji laboratorium. Untuk analisis data digunakan program SPSS 17 dengan metode uji Fisher untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan dependen.

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 2.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai penerapan enam prinsip hygiene sanitasi minuman jajanan terhadap pedagang es kelapa muda yang berjualan di Kota Gorontalo tahun 2013 didapatkan hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 2.1 Hasil Observasi Enam Prinsip Higiene Sanitasi Minuman Jajajan pada Pedagang Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 N o Prinsip Higiene Sanitasi Jajanan Jumlah Responden/ Pedagang Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat n % N % n % 1 Pemilihan Bahan Baku 17 89 2 11 19 100 2 Penyimpanan Bahan Baku 10 53 9 47 19 100 3 Pengolahan Minuman 3 11 16 89 19 100 4 Penyimpanan Minuman Jadi 18 95 1 5 19 100 5 Pengangkutan Minuman 17 89 2 11 19 100 6 Penyajian Minuman 7 37 12 63 19 100 Berdasarkan hasil analisis analisis univariat diketahui dari 19 pedagang es kelapa muda, sebanyak 17 pedagang sudah memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk segi pemilihan bahan baku, sedangkan 2 pedagang lainnya belum memenuhi syarat pemilihan bahan baku. Untuk penyimpanan bahan baku, dari 19 pedagang, sebanyak 10 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi, sedangkan 9 lainnya belum memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk penyimpanan bahan baku. Untuk pengolahan minuman es kelapa muda, dari 19 pedagang, sebanyak 3 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi, sedangkan 16 lainnya belum memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk pengolahan minuman es kelapa muda. Untuk prinsip hygiene sanitasi yang ke empat, yakni prinsip penyimpanan minuman jadi, sebanyak 18 pedagang telah memenuhi syarat penyimpanan minuman jadi, sedangkan 1 pedagang belum memenuhi syarat penyimpanan minuman jadi. Untuk pengangkutan minuman jadi, dari 19 pedagang, sebanyak 17 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk pengangkutan minuman jajanan, sedangkan 2 pedagang lainnya belum memenuhi syarat hygiene sanitasi. Untuk prinsip hygiene sanitasi minuman jajanan yang terkahir, yaitu penyajian minuman, dari 19 pedagang, sebanyak 7 pedagang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi untuk penyajian minuman

jajanan, sedangkan 12 lainnya belum minuman jajanan. memenuhi syarat hygiene sanitasi Berdasarkan hasil uji pedagang yang berjualan dikota laboratorium kandungan bakteri Gorontalo, didapatkan hasil uji Eschericia coli, dari sampel es laboratorium sebagai berikut. kelapa yang diambil dari seluruh Tabel 2.2 Hasil Uji Laboratorium Kandungan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Nomor Pengamatan Pada Cawan Keterangan Sampel 10-1 10-2 10-3 Pedagang 1 + + - Positif E. coli Pedagang 2 + + - Positif E. coli Pedagang 3 - - - Negatif E.coli Pedagang 4 - + + Positif E. coli Pedagang 5 - + - Positif E. coli Pedagang 6 + + - Positif E. coli Pedagang 7 - - - Negatif E.coli Pedagang 8 + - + Positif E. coli Pedagang 9 - + - Positif E. coli Pedagang 10 - - - Negatif E.coli Pedagang 11 + + + Positif E. coli Pedagang 12 - + + Positif E. coli Pedagang 13 - + + Positif E. coli Pedagang 14 + - + Positif E. coli Pedagang 15 - - + Positif E. coli Pedagang 16 - + + Positif E. coli Pedagang 17 - - + Positif E. coli Pedagang 18 - + + Positif E. coli Pedagang 19 + - + Positif E. coli Dari hasil hasil uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo, dari 19 sampel es kelapa muda yang diambil dari seluruh pedagang, sebanyak 16 sampel dinyatakan positif mengandung bakteri Eschericia coli, sedangkan 3 sampel lainnya yaitu sampel es kelapa muda yang diambil dari pedagang nomor 3, 7, dan 10, dinyatakan negatif mengandung bakteri Eschericia coli. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara independen dan variable dependen Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan data sebagai berikut :

a. Hubungan Antara Pemilihan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.3 Hubungan Pemilihan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Pemilihan Bahan Kandungan Bakteri E. coli Baku Positif E. coli Negatif E. coli N % N % N % Memenuhi syarat 14 87 3 100 17 89 Tidak memenuhi syarat 2 13 0 0 2 11 16 100 3 100 19 100 p value 0,702 Berdasarkan tabel 2.3 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara pemilihan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda. b. Hubungan Antara Penyimpanan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.4 Hubungan Penyimpanan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Penyimpanan Kandungan Bakteri E. coli Bahan Baku Positif E. coli Negatif E. coli N % N % N % Memenuhi syarat 7 44 3 100 10 53 Tidak memenuhi syarat 9 56 0 0 9 47 16 100 3 100 19 100 p value 0,214 Berdasarkan tabel 2.4 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara penyimpanan baku dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.

c. Hubungan Antara Pengolahan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.5 Hubungan Pengolahan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Pengolahan Bakteri E. coli Bahan Baku Kandungan Positif E. coli Negatif E. coli N % N % N % Memenuhi syarat 0 0 3 100 3 16 Tidak memenuhi 16 100 0 0 16 84 syarat 16 100 3 100 19 100 p value 0,01 Berdasarkan tabel 2.5 melalui pengolahan bahan baku dengan uji Exact Fisher dapat diketahui keberadaan bakteri Eschericia coli bahwa nilai p menunjukan ada pada jajanan es kelapa muda. hubungan (p<0,05) antara d. Hubungan Antara Penyimpanan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.6 Hubungan Penyimpanan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Penyimpanan Es Kandungan Bakteri E. coli Kelapa Muda Positif E. coli Negatif E. coli N % N % N % Memenuhi syarat 15 94 3 100 18 95 Tidak memenuhi syarat 1 6 0 0 1 5 16 100 3 100 19 100 p value 0,842 Berdasarkan tabel 2.6 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara penyimpanan minuman jadi dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.

e. Hubungan Antara Pengangkutan Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.7 Hubungan Pengangkutan Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Pengangkutan Es Kelapa Muda Kandungan Bakteri E. coli Positif E. coli Negatif E. coli N % N % N % Memenuhi syarat 15 94 3 100 18 95 Tidak memenuhi syarat 1 6 0 0 1 5 16 100 3 100 19 100 p value 0,842 Berdasarkan tabel 2.7 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara pengangkutan minuman es kelapa dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda. f. Hubungan Antara Penyajian Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tabel 2.8 Hubungan Penyajian Minuman Es Kelapa Muda dengan Keberadaan Bakteri Eschericia Coli pada Jajanan Es Kelapa Muda Penyajian Es Kelapa Muda Kandungan Bakteri E. coli Positif E. coli Negatif E. coli N % N % N % Memenuhi syarat 7 44 0 0 7 37 Tidak memenuhi syarat 9 56 3 100 12 63 16 100 3 100 19 100 p 0,227 Berdasarkan tabel 2.8 melalui uji Exact Fisher dapat diketahui bahwa nilai p menunjukan tidak ada hubungan (p>0,05) antara penyajian minuman es kelapa dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda.

2.2 Pembahasan a. Hubungan Pemilihan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Bahan baku minuman es kelapa muda adalah kelapa muda, gula merah, susu, dan es batu. Dari hasil observasi, sebagian besar pedagang sudah memenuhi syarat kesehatan dalam memilih bahan baku minuman yang berkualitas (mutu yang baik). Namun masih terdapat pedagang yang belum memenuhi syarat kesehatan seperti memilih bahan baku yang rusak atau sudah tidak utuh lagi seperti gula merah yang digunakan sebagian gula merah telah terbuka atau terbelah, dan tidak utuh lagi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam memperoleh bahan baku, seluruh pedagang memperoleh bahan baku hanya dari pemasok / supplier yang tidak diawasi oleh Pemerintah. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Makanan dan Minuman Jajanan yang mana menjelaskan bahwa bahan makanan dan minuman haruslah diperoleh dari tempat yang diawasi oleh Pemerintah. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p : 0,702. Dengan syarat H 0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pemilihan bahan baku dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi pemilihan bahan bakunya baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Pemilihan bahan baku yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli. b. Hubungan Penyimpanan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil penelitian ditemukan ditemukan bahwa sebagian besar pedagang menyimpan bahan baku belum memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Makanan dan Minuman Jajanan. Hal ini terlihat dari sebagian besar pedagang masih menaruh bahan baku berupa kelapa muda di tanah di pinggir jalan raya bahan baku berupa kelapa muda di tanah di pinggir jalan raya. Untuk bahan baku lain seperti susu yang digunakan, kaleng kemasan susu hanya ditaruh di dalam baskom yang diisi air agar tidak dikerubuti semut, namun tidak ditutup dengan penutup sehingga masih banyak lalat yang dapat hinggap sehingga dapat memperbesar kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri berbahaya. Begitu juga dengan gula merah yang digunakan tidak ditaruh

dalam wadah khusus yang tertutup hanya diletakkan sembarangan saja sehingga dapat terkontaminasi oleh debu dan vektor penyakit seperti lalat yang dapat membawa kuman penyakit. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,214, artinya syarat H 0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara penyimpanan bahan baku dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi penyimpanan bahan bakunya baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Penyimpanan bahan baku yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli. c. Hubungan Pengolahan Bahan Baku dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa sebagian pedagang bercakap-cakap saat menghadapi minuman, peralatan dicuci dengan air yang tidak mengalir, tempat pengolahan berada di tempat terbuka, tidak bebas dari vektor, tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup. Hal ini dapat merugikan konsumen, karena dapat menimbulkan bakteri atau virus yang akhirnya menimbulkan penyakit. Prinsip pengolahan minuman yang dilakukan pedagang minuman es kelapa muda belum memenuhi syarat kesehatan. Kesehatan pedagang juga harus diperhatikan yakni tidak bersin dan batuk didepan minuman karena hal ini tentunya akan berisiko pada kesehatan konsumen karena produsen/pengolah minuman ini berpeluang untuk menularkan penyakit seperti antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, Clostridium perfringens, Streptococcus, dan Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu, produsen/pengolah minuman harus selalu dalam keadaan sehat dan terampil serta menerapkan prinsip higiene yang benar saat menangani minuman yang dibuatnya (Purawidjaja, 1995). Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,001, hal ini berarti ada hubungan antara pengolahan dengan keberadaan bakteri E coli. Sesuai dengan syarat H 0 ditolak apabila nilai p < α (0,05), artinya ada hubungan antara higiene sanitasi dan keberadaan bakteri E. coli pada jajanan es kelapa muda. Hal ini terlihat jelas dari 3 pedagang yang dari segi pengolahannya baik, melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan negatif mengandung bakteri E coli. Sehingga dapat dikatakan proses pengolahan yang baik sangat mempengaruhi keberadaan bakteri Eschericia coli pada minuman es kelapa muda. Lubis ( 2012), dalam penelitiannya mengenai Higiene sanitasi dan analisa Eschericia coli pada minuman es kelapa muda yang

dijual di taman teladan kecamatan Medan Kota tahun 2012 mengatakan bahwa pengolahan makanan dan minuman merupakan proses terpenting dalam higiene sanitasi pengolahan makanan dan minuman sehingga peran higiene perorangan, kebersihan peralatan dan lingkungan sangat mempengaruhi kebersihan minuman agar minuman tidak terkontaminasi maka kebersihan pekerja, peralatan dan lingkungan harus dijaga. d. Hubungan Penyimpanan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa tidak semua pedagang memiliki tempat penyimpanan yang tertutup dan bebas dari serangga, dan tidak semua pedagang memiliki tempat penyimpanan dalam keadaan bersih. Hal ini berarti dalam kegiatan penyimpanan minuman jadi,pedagang tidak memenuhi syarat kesehatan. Dalam penyimpanan makanan dan minuman yang paling perlu diperhatikan adalah suhu dan tempat penyimpanan minuman tersebut. Tempat penyimpanan minuman jadi harus terpisah dengan bahan baku minuman. Tempat minuman jadi harus memiliki tutup dan bebas dari serangga sehingga tidak mudah terkontaminai oleh bakteri patogen dan harus selalu dibersihkan (Purnawijayanti, 2003). Kualitas minuman yang diolah sangat dipengaruhi oleh suhu. Namun demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut masih ditentukan juga oleh jenis minuman yang sesuai atau jenis minuman yang cocok sebagai media pertumbuhannya. Untuk itu perlu diperhatikan teknik penyimpanan makanan dan minuman yang baik, ditujukan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri patogen. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,842, artinya syarat H 0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara penyimpanan minuman es kelapa muda dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi penyimpanan es kelapa muda baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Penyimpanan minuman jadi yang baik yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli. e. Hubungan Pengangkutan Minuman Jadi dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat dilihat bahwa pengangkutan minuman es kelapa muda yang dilakukan pedagang yaitu

dengan menggunakan gerobak dorong. Kemungkinan terkontaminasinya minuman terjadi selama pengangkutan minuman bila cara pengangkutannya kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya,. Minuman yang telah diolah akan segera diangkut. Pengangkutan minuman ini juga perlu diperhatikan baik cara dan peralatan yang digunakan untuk mengangkut minuman karena akan terjadi kontaminasi apabila kondisinya tidak baik. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,842, artinya syarat H 0 gagal ditolak apabila p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengangkutan minuman es kelapa muda dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi pengangkutan es kelapa muda baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Pengangkutan minuman es kelapa muda yang baik yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli. f. Hubungan Penyajian Minuman Es Kelapa dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli pada Jajanan Es Kelapa Muda di Kota Gorontalo Tahun 2013 Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat dilihat bahwa minuman jadi yang akan disajikan ditempat, hanya tiga pedagang yang mengeringkan wadah (gelas) setelah dicuci. Tapi semua pedagang tidak menggunakan air mengalir untuk mencuci peralatan penyajiannya. Dalam proses pengemasan, pedagang hanya menggunakan cangkir dan sendok untuk memasukkan minuman jadi ke dalam wadah (gelas). Dalam penyajian minuman es kelapa muda sebagian besar pedagang belum memenuhi syarat kesehatan memenuhi syarat kesehatan. Penyajian minuman merupakan bagian akhir dari perjalanan minuman es kelapa muda. Minuman yang disajikan disini sudah terdapat dalam termos dan akan segera dijual serta disajikan ke dalam gelas ataupun plastik apabila membeli dibungkus untuk dibawa pulang.oleh sebab itu, kebersihan plastik dan pemasukan ke plastik tersebut harus diperhatikan juga kebersihannya. Kemungkinan terjadinya kontaminasi minuman melalui proses pengemasan apabila pedagang tidak menjaga kebersihan tangan, kuku dan badan (Purnawijayanti, 2001). Sebagian besar pedagang tidak memiliki tempat penampungan sampah. Mereka akan membuang sampah di sekitar tempat berjualan. Hasil uji statistik dengan uji Fisher menunjukan nilai p = 0,227, artinya syarat H 0 gagal ditolak apabila nilai p > α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengangkutan minuman es kelapa muda dengan keberadaan bakteri E coli. yaitu. Hal

ini terlihat dari beberapa pedagang yang dari segi pengangkutan es kelapa muda baik namun melalui hasil pemeriksaan lab dinyatakan positif mengandung bakteri E coli. Pengangkutan minuman es kelapa muda yang baik yang baik dapat menghindari minuman es kelapa muda tercemar oleh bakteri E. coli, namun jika prinsip pengolahannya buruk, minuman es kelapa muda tetap dapat tercemar oleh bakteri Eschericia coli. 3. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian terdapat satu variable yang memiliki hubungan dengan keberadaan bakteri Eschericia coli pada jajanan es kelapa muda yang dijual di Kota Gorontalo tahun 2013, yaitu variable pengolahan dengan nilai p = 0,001. Dengan penelitian ini diharapkan kepada Dinas Kesehatan terkait agar memperketat pengawasan serta memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penerapan hygiene sanitasi makana dan minuman jajanan sesuai Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Kepada pedagang es kelapa muda diharapkan untuk menjaga serta meningkatkan kebersihan diri serta menerapkan higiene sanitasi dalam pengolahan es kelapa muda. Kepada konsumen disarankan untuk berhati-hati dalam membeli minuman es kelapa muda, sebaiknya membeli di tempat yang sudah menerapkan higiene sanitasi. Daftar Pustaka Atmiati, Wahyu Dwi. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Jajanan Es Buah Yang Dijual Di Sekitar Pusat Kota Temanggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012. Halaman 1047-1053. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arisman, 2009. Keracunan Makanan. EGC :Jakarta Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Wijaya : Jakarta Depkes RI, 1992. Undang-Undang No. 23, Tentang Kesehatan, Jakarta, 2003. Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Depkes RI, Jakarta., 2003. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan Makanan Jajanan. Depkes RI, Jakarta, 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM dan PL. Jakarta.

, 2006. Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta Lubis, S. Anggrainy, 2012. Higiene Sanitasi dan Analisa Eschericia coli Pada Minuman Es Kelapa Muda Yang Dijual Di Taman Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2012. Skripsi FKM USU. Medan. Tersedia di http.// repository.usu.ac.id. diakses pada 20 Maret 2013 pukul 23.00 WITA. Mukono, H.J, 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Penerbit Airlangga University Press : Surabaya. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta. Nugroho, Astri, 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti : Jakarta Purnawijayanti, H, 2001, Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja Dalam Pengelolaan Makanan, Kanisius : Yogyakarta Rahayu, Sri Utami, 2007. Es Balok Bukan Untuk Diminum. http://www.tabloidnakita.com. Diakses tanggal 20 Februari 2013 pukul 23.00 WITA. Siswanto, Hadi, 2003. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. EGC : Jakarta. Sihite, R, 2000. Sanitation and Hygiene. SIC : Surabaya. Soemirat, Juli, 2002. Kesehatan Lingkungan. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tahaku, Nurshanty, 2012. Hygiene Sanitasi Pengolahan Dan Uji Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Es Buah Yang Dijajakan Dipasar Jajan Kota Gorontalo Tahun 2012. Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo Yalun, 2011.http://yalun.wordpress.com. Diakses pada 27 Februari 2013 pukul 13.00 WITA.