BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 3 JENIS-JENIS CAMPUR KODE DALAM ACARA WELCOME TO BCA DI METRO TV

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Inggris, dan Minangkabau. Pada saat fenomena interferensi muncul dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MORFOLOGI DR 412

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

Transkripsi:

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari segi umur, pekerjaan, suku, ras, bahasa yang dikuasai, serta konteks situasi saat percakapan berlangsung. Secara umum, pada penelitian campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ini campur kode dipengaruhi oleh sejumlah aspek, antara lain topik, situasi, jenis tuturan, dan juga latar belakang penutur. Topik tentang bisnis yang meliputi bidang manajemen dan pemasaran dalam percakapan tersebut memungkinkan penutur menggunakan campur kode bahasa Inggris dalam tuturannya. Hal tersebut disebabkan banyak literatur dan referensi bidang ilmu ekonomi yang berasal dari luar negeri dan menggunakan bahasa Inggris. Situasi pada percakapan tersebut cukup bersifar informal dan berjalan cukup santai tanpa saling mendebat. Situasi ini membuat para penutur bebas mengekspresikan apa yang diketahuinya. Selain itu, situasi ini juga membuat penutur cukup leluasa untuk menggunakan ujaran-ujaran campur kode, mengingat tuturan dengan mencampur bahasa tersebut mengalir dengan sendirinya tanpa disadari oleh penuturnya. Selain situasi, jenis tuturan lisan yang bersifat spontan juga mempengaruhi munculnya ujaran-ujaran campur kode tersebut. Faktor latar belakang penutur juga mempengaruhi munculnya campur kode. Dalam percakapan tersebut para penutur berasal dari kalangan menengah ke atas, berpendidikan tinggi, dan juga pernah bepergian ke luar negeri sehingga mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang cukup baik. Setelah menganalisis rekaman percakapan campur kode dalam acara Welcome to BCA, maka diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, ditemukan tiga jenis proses campur kode dalam percakapan tersebut, yaitu penyisipan, alternasi, dan leksikalisasi kongruen. Jenis proses campur kode yang terbanyak ditemukan pada penyisipan. Kedua, unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk

76 dalam percakapan campur kode berada pada tataran kata, frasa, dan klausa. Pada tataran kata unsur terbanyak adalah nomina, sedangkan pada tataran frasa yang terbanyak adalah frasa nominal. Dari analisis yang dilakukan pada data penggalan percakapan campur kode dalam acara Welcome to BCA ditemukan ketiga proses campur kode tersebut, yaitu penyisipan, alternasi, dan leksikalisasi kongruen. Namun berdasarkan jumlah dan persentasenya penelitian ini menunjukkan bahwa jenis proses campur kode yang paling banyak adalah penyisipan, yaitu 159 (80,71%), diikuti oleh alternasi, yaitu 21 (10,66%), dan leksikalisasi kongruen, yaitu 17 (8,63%). Dalam penelitian ini, ditemukan 321 unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam kalimat campur kode. Unsur-unsur yang masuk tersebut berada pada tataran kata, frasa, dan klausa. Unsur kata menduduki jumlah yang terbanyak, yaitu 222 kata (68,73%). Selain itu terdapat pula unsur frasa sebanyak 98 frasa (30,53%) dan klausa yang merupakan unsur yang paling sedikit, yaitu hanya ditemukan 3 kalusa (0,93%). Jika percakapan itu diamati lebih lanjut, maka akan ditemukan bahwa unsur-unsur bahasa Inggris tersebut merupakan istilah dalam bidang ekonomi dan pemasaran. Penutur dalam acara tersebut membicarakan seputar usaha dan bisnis yang sedang dijalankan yang dilihat dari sisi ekonomi, khususnya tentang manajemen dan pemasaran, dari usaha tersebut. Penutur tersebut merasa perlu menyebutkan istilah-istilah dalam bidang ekonomi dengan mempergunakan bentuk aslinya dalam bahasa asing. Hal ini disebabkan banyak sekali referensi dan literatur dalam bidang ilmu ekonomi dan pemasaran yang berasal dari luar negeri yang menggunakan bahasa asing. Istilah-istilah ekonomi tersebut banyak sekali ditemukan pada nomina dan frasa nomina, sedangkan pada unsur verba, adjektiva, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional banyak didominasi oleh istilah umum alih-alih istilah ekonomi. Menurut Muysken (2000: 244), campur kode pada bahasa Melayu Maluku dan bahasa Belanda menunjukkan kecenderungan pada jenis proses leksikalisasi kongruen, namun banyak juga diwarnai dengan jenis proses penyisipan. Temuan Muysken sedikit berbeda dengan temuan penelitian ini. Perbedaan penggunaan jenis proses campur kode berhubungan dengan kemampuan tersebut dalam

77 menguasai suatu bahasa. Penyisipan cenderung lebih mudah diaplikasikan daripada alternasi dan leksikalisasi kongruen. Hal ini disebabkan penyisipan hanya memerlukan kemampuan berbahasa pada tataran leksikal, sementara alternasi dan leksikalisasi kongruen membutuhkan penguasaan semantis dan juga gramatikal. Simpulan di atas sejalan dengan pada penelitian Yassi (2001), yang menemukan bahwa unsur yang paling banyak dialihkan adalah berupa nomina dan frasa nominal, yaitu sebanyak 40 %. Temuan Yassi (2001) dalam hal unsur-unsur campur kode juga sejalan dengan temuan ini. Hal ini diketahui berdasarkan jumlah jenis unsur yang dialihkan dalam penelitian ini, yaitu pada tataran kata, nomina ditemukan sebanyak 164 atau sekitar 49,54% dan pada tataran frasa, ditemukan frasa nominal sebanyak 69 atau sekitar 21,36%. Temuan tersebut menguatkan simpulan yang menyebutkan bahwa campur kode dalam penelitian ini banyak terjadi pada tataran leksikal. Nomina merupakan unsur paling banyak yang ditemukan dalam penelitian ini bila dibandingkan dengan ketegori yang lain. Hal ini tidaklah mengejutkan karena nomina adalah bentuk yang dapat menempati seluruh fungsi sintaksis dalam kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan (Alwi et al., 2003). Oleh karena itu nomina mempunyai peluang yang sangat banyak untuk muncul dalam kalimat. Hal tersebut tidak terjadi pada 4 kategori sintaksis yang lain verba, adjektiva, adverbial, dan kata tugas yang hanya dapat menempati fungsi sintaksis yang terbatas dalam kalimat, sehingga peluang kemunculannya hanya sedikit, tidak sebanyak nomina. Muysken (2000) menemukan bahwa topik pada percakapan bahasa Melayu Maluku dan Belanda adalah pembicaraan masyarakat sehari-hari dan tidak spesifik membahas suatu bidang keilmuan tertentu. Sementara itu, bila dibandingkan dengan penelitian Muysken (2000), simpulan Cárdenas-Claros dan Isharyanti (2009) memliki perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topik pembicaraan. Penelitian Cárdenas-Claros dan Isharyanti (2009) menemukan bahwa campur kode pada percakapan dengan media komputer (Computer Mediated Communication) dipicu oleh istilah yang berhubungan dengan teknologi dan olahraga. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, topik

78 pembicaraan dalam data penelitian ini adalah membahas seputar usaha dan bisnis yang sedang dijalankan oleh seorang pengusaha. Topik tentang bisnis ini banyak menggunakan istilah dalam bidang ilmu ekonomi, khususnya tentang manajemen dan pemasaran. Oleh karena itu penutur merasa perlu menggunakan istilah tersebut dalam bahasa aslinya. Ulasan tentang topik di atas sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Fishman (dalam Holmes, 2001: 21) dan Saville-Troike (2003: 42 43) tentang pemilihan bahasa. Keduanya sepakat menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan atau ragam bahasa yang digunakan oleh seseorang adalah topik. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa para penutur hanya mengenal kosakata topik ekonomi khususnya manajemen dan pemasaran dalam bahasa Inggris. Selain itu, para penutur tersebut merasa lebih natural mempergunakan bahasa Inggris untuk topik tersebut. Penentuan pilihan bahasa ini pada umumnya dirumuskan tanpa disadari oleh penuturnya dan mengalir dengan sendirinya atau secara alami (tidak dibuat-buat). Pada sisi gramatikal khususnya tataran morfologis penelitian ini memberikan temuan antara lain, terdapat beberapa unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam kalimat campur kode mengalami proses morfologi bahasa Indonesia, yaitu afiksasi penambahan prefiks dan reduplikasi. Kedua proses morfologi tersebut tidak ditemukan pada semua jenis campur kode, hanya ada pada penyisipan dan alternasi. Proses morfologi ini tidak terdapat pada jenis campur kode leksikalisasi kongruen, hal tersebut disebabkan oleh unsur-unsur pada jenis campur kode ini lebih kompleks dari bentuk leksikal atau kata. Unsurunsur tersebut banyak didominasi bentuk yang lebih kompleks, yaitu frasa dan klausa. Unsur-unsur bahasa Inggris yang mengalami proses morfologi bahasa Indonesia di atas dapat masuk ke dalam kalimat bahasa Indonesia dengan mudah dan berterima, ini disebabkan adanya integrasi fonologis ke dalam bahasa Indonesia. Temuan tentang proses morfologis tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Sankoff dan Poplack (Yassi, 2001: 238) tentang batasan morfem bebas (free morpheme constraint). Kedua sarjana tersebut menjelaskan bahwa pencampuran tidak dapat terjadi antara morfem terikat maupun sebuah

79 bentuk leksikal dari suatu bahasa, kecuali bentuk-bentuk tersebut telah terintegrasi secara fonologis ke dalam bahasa dari morfem-morfem tersebut. Contohnya bentuk flipeando flipping adalah bentuk yang berterima, namun bentuk *catcheando tidak berterima karena unsur bahasa Inggris catch tidak terintegrasi ke dalam fonologi bahasa Spanyol sehingga tidak dapat menerima sufiks progresif -eando. 5.2 Saran Penelitian ini telah membahas jenis-jenis proses campur kode dan juga unsurunsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam kalimat campur kode tersebut. Penelitian lebih lanjut tentang campur kode dapat dilakukan dengan menganalisis lingkungan gramatikal khususnya sintaksis yang dapat memunculkan campur kode. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat pula lebih diperdalam dengan mengetahui motivasi penutur dalam menggunakan kalimat dengan campur kode bahasa asing. Di samping faktor motivasi penutur, penelitian selanjutnya tentang campur kode dapat dilakukan dengan menggunakan jenis wacana berbeda seperti ragam bahasa tulis dan dengan topik-topik yang berbeda pula. Dalam penelitian ini masih ada aspek-aspek lain yang belum tercakup. Selain itu, penelitian campur kode juga dapat dilakukan pada bahasa-bahasa lain di Indonesia, seperti bahasabahasa daerah. Saya berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian campur kode dan memberikan sumbangan untuk mengisi rumpang bidang penelitian campur kode. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Saya juga berharap, temuan ini dapat pula dimanfaatkan untuk merumuskan rencana dan strategi yang tepat dalam pembinaan dan peningkatan sikap terhadap bahasa Indonesia. Penelitian ini telah memberikan gambaran fenomena campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang ada di Indonesia. Berdasarkan sejumlah contoh campur kode dan pola-pola yang ditemukan, saya mengharapkan penguasaan para penutur bahasa Indonesia terhadap bahasa Inggris dapat lebih ditingkatkan. Hal ini sangat diperlukan untuk mengakomodasi derasnya arus informasi, ilmu

80 pengetahuan, dan teknologi dari luar negeri yang masuk ke negara kita. Dengan penguasaan bahasa Inggris yang baik, pemahaman yang komprehensif tentang informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi tersebut akan kita dapatkan dan juga akan mudah untuk diimplementasikan.