KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

Transkripsi:

No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 28,40 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami penurunan sebesar 0,14 persen poin yaitu dari 28,54 persen pada Maret 2016 menjadi 28,40 persen pada September 2016. Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin terkonsentrasi di daerah perdesaan, pada September 2016 terdapat sebanyak 37,07 persen penduduk miskin hidup di perdesaan sedangkan di perkotaan hanya sebesar 4,21 persen. Garis Kemiskinan (GK) di perkotaan pada September 2016 sebesar Rp 440.021,- lebih tinggi dari GK perdesaan yang mencapai Rp 425.264. Hal ini berarti biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak ( basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), yaitu 72,31 persen berbanding 27,69 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek filter dan Tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek filter, Pada periode Maret 2016 September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) menunjukkan kecenderungan penurunan yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekat dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil. Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 1999 September 2016 Selama enam belas tahun terakhir (1999-2016) kondisi kesejahteraan masyarakat Papua kian membaik. Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun secara signifikan sebesar 26,21 persen, yaitu dari 54,75 persen pada Maret 1999 menjadi 28,40 pada September 2016. Pada lima tahun pertama Otonomi Khusus (Otsus) Papua berjalan (2001-2005) persentase penduduk miskin menurun sebesar 0,97 persen, yaitu dari 41,80 persen menjadi 40,83 persen. Sedangkan pada lima tahun kedua pelaksanaan Otsus (2006-2010) persentase penduduk miskin menurun sebesar 4,72 persen. Penurunan persentase penduduk miskin terbesar terjadi pada periode Maret 2010 - Maret 2011 di mana terdapat 4,82 persen penduduk yang pada tahun 2010 penghasilannya di bawah garis kemiskinan kini bergeser di atas garis kemiskinan sehingga menjadi tidak miskin. Gambar 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Papua Tahun 1999-2016 54,75 41,52 38,69 46,35 37,08 36,80 41,8 41,8 40,83 40,78 39,03 31,24 31,52 30,66 37,53 31,98 31,11 31,13 30,05 27,8 28,40 28,40 28,17 28,54 % Miskin Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih penggabungan dengan Papua Barat 2. Tingkat Kemiskinan menurut Tipe Daerah Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan, di mana pada September 2016 terdapat 37,07 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan, sedangkan di perkotaan hanya 4,21 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelumnya (Maret 2016), terdapat penurunan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 0,21 persen poin ( 4,85 persen). Hal ini terjadi juga di daerah 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017

perdesaan dimana jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,07 persen poin (0,18 persen). Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Papua menurut Daerah, 2001-2016 Tahun Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa 1 2 3 4 2001 9,23 53,14 41,80 2002 9,76 51,21 41,80 2003 8,32 49,75 39,03 2004 7,71 49,28 38,69 2005 9,23 50,16 40,83 2006 8,71 51,31 41,52 2007 7,97 50,47 40,78 2008 7,02 45,96 37,08 2009 6,10 46,81 37,53 2010 5,55 46,02 36,80 Mar-11 4,60 41,58 31,98 Sep-11 4,75 40,53 31,24 Mar-12 4,24 40,55 31,11 Sep-12 5,81 39,39 30,66 Mar-13 6,11 39,92 31,13 Sep-13 5,22 40,71 31,52 Mar-14 4,47 38,92 30,05 Sep-14 4,46 35,87 27,80 Mar-15 4,61 36,66 28,17 Sep-15 3,61 37,34 28,40 Mar-16 4,42 37,14 28,54 Sep-16 4,21 37,07 28,40 Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih penggabungan dengan Papua Barat 3. Tingkat Kemiskinan menurut Provinsi Gambar 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut provinsi se-indonesia berdasarkan data Susenas September 2016. Dari gambar tersebut tampak bahwa tiga provinsi di Kawasan Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin terbesar yaitu berturut-turut 28,40 persen; 24,88 persen; dan 22,10 persen. Dari 34 provinsi, 29 provinsi diantaranya mengalami penurunan persentase penduduk miskin, dengan penurunan terbesar terjadi di Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 3

Provinsi Sulawesi Barat dan Papua Barat yang mengalami penurunan persentase penduduk misi hinga mencapai 0,55 persen. Terdapat lima provinsi di Indonesia yang mengalami kenaikan persentase penduduk miskin, dimana kenaikan yang paling besar terjadi di provinsi Kalimantan Utara yaitu mencapai 0,77 persen. Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin September 2016 dan Perubahan Persentase Penduduk Miskin Periode Maret 2016 September 2016 menurut Provinsi Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Gorontalo Bengkulu Aceh Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Lampung Sumatera Selatan Jawa Tengah DI Yogyakarta Sulawesi Tenggara Jawa Timur Sulawesi Barat INDONESIA Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jambi Sulawesi Utara Kalimantan Barat Riau Sumatera Barat Kalimantan Utara Maluku Utara Kalimantan Timur Kepulauan Riau Banten Kalimantan Tengah Bangka Belitung Kalimantan Selatan Bali DKI Jakarta -0,15-0,55-0,17-0,09-0,29-0,29-0,46-0,36-0,44-0,15-0,09-0,24-0,11-0,20-0,55-0,16-0,08-0,16-0,18-0,04-0,14-0,31-0,11-0,14-0,06-0,30-0,17-0,32-0,10 0,00 0,07 0,13 0,05 0,77 0,08 19,26 17,63 17,03 16,43 16,02 14,09 13,86 13,39 13,19 13,10 12,77 11,85 11,19 10,70 10,27 9,24 8,77 8,37 8,20 8,00 7,67 7,14 6,99 6,41 6,00 5,84 5,36 5,36 5,04 4,52 4,15 3,75 22,01 24,88-5 0 5 10 15 20 25 30 Perubahan Mar -15 s.d. Sep - 15 % Miskin 28,40 4. Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 September 2016 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017

per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Seiring dengan kenaikan harga (inflasi) ya ng terjadi dari tahun ke tahun, besarnya GK juga mengalami peningkatan. Selama Maret 2016 September 2016 terjadi kenaikan GK sebesar Rp 12.485,- atau sebesar 3,01 persen. Ditinjau menurut tipe daerahnya, GK daerah perkotaan pada September 2016 sebesar Rp 479.294,- lebih tinggi dibanding GK perdesaan yang hanya mencapai Rp 425.264,-. Hal ini berarti, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak ( basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Tabel 2. Garis Kemiskinan Provinsi Papua menurut Daerah 2010 September 2016 Garis Kemiskinan Tahun (Per Kapita Per Bulan) Kota Desa K+D 1 2 3 4 2010 298.285 247.563 259.128 Mar-11 314.606 262.626 276.116 Sep-11 320.321 266.271 280.302 Mar-12 321.228 271.431 284.388 Gambar 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan, 2010 September 2016 91,417 89,772 77,372 86,624 68,886 70,079 74,162 68,151 64,674 108,778 105,265 100,806 99,224 Sep-12 344.415 281.022 297.502 265,608 321,910 Mar-13 362.401 298.395 315.025 Sep-13 387.789 322.079 339.096 Mar-14 404.944 338.206 355.380 Sep-14 408.419 340.846 358.204 Mar-15 440.697 388.095 402.031 Sep-15 445.057 392.446 406.385 252,472 305,579 237,652 302,807 331,243 223,340 266,786 214,309 211,416 207,965 194,454 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-16 466.985 412.991 427.176 Sep-16 479.294 425.264 440.021 Makanan Non Makanan Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 5

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan -Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (per umahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,19 persen (Rp 331.243/kapita/bulan), dan GKBM hanya menyumbang 26,81 persen (Rp 108.778/kapita/bulan) dari total GK Provinsi Papua. Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK berbeda jenisnya antara daerah perkotaan dan perdesaan. Tiga komoditi terbesar yang memberi pengaruh terhadap kenaikan GK di perkotaan adalah beras ( 12,91 persen), rokok kretek filter ( 9,73 persen), dan tongkol/tuna/cakalang (8,72 persen). Sedangkan tiga jenis komoditi yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan GK di perdesaan adalah ketela rambat/ubi (28,84 persen), beras (9,46 persen), dan rokok kretek filter (7,69 persen). No Tabel 3. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2016 Kota Komoditi Share Thd GK (%) Desa Komoditi Share Thd GK (%) 1 2 3 4 5 1 Beras 12,91 Ketela Rambat/Ubi 28,84 2 Rokok Kretek Filter 9,73 Beras 9,46 3 Tongkol/Tuna/Cakalang 8,72 Rokok Kretek Filter 7,69 4 Telur Ayam Ras 4,70 Ketela Pohon/Singkong 2,99 5 Daging Ayam Ras 4,07 Mujair 2,66 6 Kembung 3,40 Daging Babi 2,65 7 Mie Instan 2,53 Mie Instan 2,43 8 Tahu 2,40 Gula Pasir 1,78 9 Gula Pasir 2,12 Daging Ayam Ayam Ras 1,67 10 Susu Bubuk 1,83 Bayam 1,65 11 Lainnya 20,63 Lainnya 17,27 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Sisi lain dari kemiskinan, selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan terkait kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017

Selama periode 2010 2015 indeks kedalaman kemiskinan (P1) di Papua umumnya memiliki kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 9,36 pada Maret 2010 menjadi 7,43 pada September 2016. Hal yang selaras juga terjadi Pada indeks keparahan kemiskinan (P2), dimana P2 turun dari 3,37 pada Maret 2010 menjadi 2,65 pada September 2016 Jika dilihat pada periode Maret 2016- September 2016, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Provinsi Papua mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tercatat P1 turun 8,52 poin, sementara P2 turun sebesar 4,12 poin. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada periode ini rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Provinsi Papua semakin mendekat dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin kecil. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Daerah, Maret 2010 September 2016 Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Desa K+D Kota Desa K+D 1 2 3 4 5 6 7 2010 0,78 11,89 9,36 0,17 4,32 3,37 Mar-11 0,70 10,37 7,86 0,15 3,74 2,80 Sep-11 0,84 10,41 7,93 0,24 3,65 2,76 Mar-12 0,65 10,47 7,91 0,14 3,72 2,79 Sep-12 1,27 9,49 7,35 0,48 3,13 2,44 Mar-13 1,11 8,92 6,89 0,29 2,88 2,21 Sep-13 0,48 8,69 6,56 0,10 2,67 2,01 Mar-14 0,72 8,96 6,84 0,17 3,04 2,30 Sept-14 0,48 8,48 6,40 0,10 2,91 2,19 Mar-15 0,79 11,72 8,82 0,21 5,07 3,78 Sep-15 0,18 1,09 0,85 0,02 0,08 0,07 Mar-16 0,88 12,39 9,37 0,22 5,60 4,19 Sep-16 0,78 9,82 7,43 0,20 3,53 2,65 Sumber: Diolah dari data Susenas 2010-2016 Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi daripada perkotaan. Pada bulan September 2016, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Papua untuk perkotaan hanya 0,78 sementara di daerah perdesaan mencapai 9,82. Demikian juga untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 7

(P2) di mana nilai Indeks untuk perkotaan hanya 0,2 sementara di daerah perdesaan mencapai 3,53. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan jauh lebih parah daripada daerah perkotaan karena dari semua segi (jumlah, persentase, kedalaman maupun keparahan kemiskinan) daerah perdesaan jauh lebih memprihatinkan dibanding daerah perkotaan. 6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar ( basic needs approach). Pendekatan yang digunakan ada dua macam yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. b. Pendekatan mikro diperoleh dari pendataan secara lengkap (sensus), sehingga didapatkan data mengenai penduduk miskin hingga ke individu. Misalnya PSE05 (Pendataan Sosial Ekonomi Tahun 2005) dan PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 yang menghasilkan database penduduk miskin yang dijadikan dasar pemberian BLT atau BLSM. Karena besarnya biaya yang diperlukan, pendekatan ini tidak dapat dilakukan setiap tahun. c. Pendekatan makro diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yaitu dengan mengambil sebagian sampel dari populasi yang ada kemudian digunakan sebagai dasar estimasi untuk menggambarkan keadaan wilayah tersebut, dengan demikian data yang dihasilkan adalah data agregat. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (persentase penduduk miskin terhadap total penduduk), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Kelebihan dari pendekatan ini adalah biayanya relatif lebih murah dan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data lebih singkat, sehingga dapat dilakukan tiap tahun dan dapat digunakan untuk memantau perkembangan kemiskinan sampai tingkat kabupaten/kota. d. Terhitung mulai tahun 2015, Susenas dilakukan secara Semesteran yang berarti dalam satu tahun terdapat dua kali pendataan lapangan yaitu pada bulan Maret dan September. Data kemiskinan yang dirilis pada tahun 2016 sebanyak dua kali yaitu kondisi kemiskinan pada semester pertama (Maret) dan kemiskinan pada semester kedua (September). e. Penduduk miskin adalah penduduk yang pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. f. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi ( padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017

g. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. h. Garis Kemiskinan (GK) adalah representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan.mare Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl.Dr. Sam Ratulangi Dok II Jayapura Papua Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 Berita E-mail: Resmi bps9400@bps.go.id Statistik Provinsi Homepage: Papua No. http://papua.bps.go.id 04/ 01/ 94/ Th.IX, 3 Januari 2017 9