PERANCANGAN DAN ANALISIS COVERAGE AREA JARINGAN WIFI PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF JAKARTA-BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan WiFi sebagai teknologi jaringan tanpa kabel yang dapat mengakses internet dengan kecepatan tinggi

PERANCANGAN DAN ANALISIS COVERAGE AREA JARINGAN WIFI PADA KAPAL LAUT PLANNING AND ANALYSING OF COVERAGE AREA WIFI NETWORK OF MARINE VESSEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 3

ANALISIS PERENCANAAN DAN OPTIMASI COVERAGE AREA WLAN DI GEDUNG SEKOLAH TINGGI SENI RUPA & DESAIN INDONESIA (STISI) TELKOM DAYEUH KOLOT


BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR

Analisis Perencanaan Integrasi Jaringan LTE- Advanced Dengan Wifi n Existing pada Sisi Coverage

Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

PERANCANGAN JARINGAN INDOOR 4G LTE TDD 2300 MHZ MENGGUNAKAN RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION

ANALISA PERENCANAAN PENGEMBANGAN COVERAGE AREA WLAN DI GEDUNG IT TELKOM (STUDI KASUS GEDUNG A, B, C, D, K, LC)


ANALISA PERENCANAAN LAYANAN DATA JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) INDOOR PADA TERMINAL 3 KEBERANGKATAN ULTIMATE BANDARA SOEKARNO-HATTA

TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERANCANGAN HOTSPOT (WIFI) DI AREA GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS XYZ

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PENEMPATAN ACCESS POINT PADA JARINGAN WI-FI di UNIVERSITAS BUDI LUHUR


1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN Wi-Fi BERBASIS n DENGAN BALON UDARA DI KOTA BANDUNG

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

BAB I PENDAHULUAN I-1

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

Journal of Informatics and Telecommunication Engineering

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 277

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

ABSTRACT. Keywords : LTE, planning capacity, Planning Coverage, Average Signal Level

Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PPET-LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

PERENCANAAN JARINGAN INDOOR UNTUK TEKNOLOGI LTE DI GEDUNG FAKULTAS ILMU TERAPAN UNIVERSITAS TELKOM

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Perancangan High Density Wireless LAN n 2.4 GHz di Ruang Kelas Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom

OPTIMALISASI PERENCANAAN KONFIGURASI WIRELESS LAN DENGAN METODE DRIVE TEST (Studi kasus : Kantor Wireless Broadband Telkom Malang)

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

PERFORMA TRANSMISI DAN PROPAGASI RADIO PADA JARINGAN WLAN

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT

ANALISIS PERFORMANSI PENERAPAN CARRIER AGGREGATION DENGAN PERBANDINGAN SKENARIO SECONDARY CELL PADA PERANCANGAN JARINGAN LTE-ADVANCED DI DKI JAKARTA

Software Wireless Tool InSSIDer untuk Monitoring Sinyal Wireless

Dukungan yang diberikan

PERCOBAAN 7 KOMUNIKASI WIRELESS MODE AD-HOC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERFORMANSI PERENCANAAN LTE-UNLICENSED DENGAN METODE SUPPLEMENTAL DOWNLINK DAN CARRIER AGGREGATION DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT)

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

Transkripsi:

PERACAGA DA AALISIS COVERAGE AREA JARIGA WIFI PADA GERBOG KERETA I PEUMPAG EKSEKUTIF JAKARTA-BADUG DESIG AD AALISYS OF COVERAGE AREA WIFI ETWORK O CARRIAGE EXECUTIVE RAILWAY PASSEG ER DEPART JAKARTA-BADUG Luh Putu Ayu Sri Aryaningrum 1, Rina Pudji Astuti 2, Arfianto Fahmi 3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 ayusri@gmail.com, 2 rinapudjiastuti@telkomuniversity.ac.id, 3 arfiantof@telkomuniversity.ac.id Abstrak Kebutuhan layanan internet pada kereta eksekutif sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan belum adanya jaringan yang dapat mendukung layanan internet pada transportasi berkecepatan tinggi seperti kereta api. Pada Penelitian sebelumnya telah dilakukan perencanaan Coverage Dan Capacity Jaringan Long Term Evolution (LTE) sepanjang jalur kereta api Jakarta-Bandung. Dengan teknologi LTE yang mendukung akses data dengan kecepatan tinggi, makro sel sepanjang jalur kereta dapat mendukung koneksi internet pada kereta penumpang dengan performansi yang baik. Pada Kereta Penumpang diinstalasi perangkat Outdoor Antenna WiFi, Modem USB 3G/4G dan Wireless Router pada tiap gerbong yang terkoneksi dengan core network melaui eodeb. Perencanaan capacity planning dan coverage planning dilakukan dengan perhitungan bandwith per user, offered bit quantity dan link budget. Model propagasi yang digunakan adalah COST 231 Multiwall dengan simulasi menggunakan software RPS (Radiowave Propagation Simulator). Dari hasil perhitungan didapatkan 2 hasil jumlah access point. Pada simulasi menggunakan 1 access point didapatkan hasil terbaik dengan 95% daerah tercover dengan received signal level diatas -72 dbm dan pada simulasi menggunakan 2 access point hasil menunjukkan area tercover dengan 98% received signal diatas -72 dbm. Pada simulasi menggunakan 2 access point diperlukan adanya alokasi channel untuk mengurangi interferensi pada gerbong kereta. Kata Kunci : Coverage area WiFi, COST 231 Multiwall, Radiowave Propagation Simulator, Received Signal Level. Abstract Internet connection on executive trains hard to do. This is because there is no network that can support internet services on high-speed transport such as trains. In previous studies have been conducted Coverage And Capacity planning etwork Long Term Evolution ( LTE ) along the railway line Jakarta Bandung. With the LTE technology that supports high-speed data access, macro cells along the railway line can support Internet connections on passenger trains with good performance. On passenger Carriage device installed the Outdoor Antenna WiFi, USB modem 3G/4G and Wireless Router on each carriage which is connected to the core network through the eodeb. Calculation of capacity planning and coverage planning is done by calculating the bandwidth per user, offered bit quantity and link budget. Propagation model used is COST 231 Multiwall with simulations using software RPS (Radiowave Propagation Simulator). From the results of the calculation, the number of access points 2 results. In simulations using one access point obtained the best results with 95% of the area covered by the received signal level above -72 dbm and the simulation results using a second access point indicates the area covered by the 98 % received signal above -72 dbm. In simulations using two access points necessary to channel allocation to reduce interference on the train carriage. Keywords : Coverage area WiFi, COST 231 Multiwall, Radiowave Propagation Simulator, Received Signal Level. 1. Pendahuluan Belum adanya perencanaan koneksi WiFi pada kereta penumpang menyebabkan tidak tersedianya layanan internet yang dapat dimanfaatkan penumpang selama perjalanan kereta api sampai saat ini. Perkembangan Teknologi yang semakin berkembang sangat mendukung adanya koneksi internet pada transportasi 1

berkecepatan tinggi seperti kereta api. Untuk menyediakan layanan internet pada kereta penumpang diperlukan adanya perencanaan koneksi WiFi, dengan melakukan analisa coverage area WiFi pada kereta penumpang untuk mendapatkan hasil coverage area yang mampu meng-cover semua sisi gerbong penumpang secara merata dengan tidak adanya blank spot area. Pada Tugas Akhir ini dilakukan perencanaan capacity planning dan coverage planning dengan memperhatikan karakteristik kereta, pemilihan teknologi dan perangkat, jumlah user, kapasitas bandwith, offered bit quantity dan perhitungan link budget. Hasil perhitungan kemudian digunakan untuk menentukan jumlah access point yang akan diletakkan pada kereta. Hasil dari jumlah access point akan disimulasikan menggunakan software RPS (Radio Propagation Simulation) version 5.4. Hasil simulasi pada tugas akhir ini akan dibandingkan dengan model propagasi COST 231 Multiwall melalui tahap validasi. Penentuan posisi access point terbaik adalah dengan hasil coverage yang mencakup 90% sisi kereta dengan blank spot area yang minimum. 2. Dasar Teori 2.1 Pengertian WiFi WiFi (Wireless Fidelity) merupakan bentuk pemanfaatan teknologi Wireless Local Area etwork (WLA) pada lokasi-lokasi publik. WiFi memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal irkabel (Wireless Local Area etworks - WLA) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11[8]. 2.2 Standar WiFi 802.11n IEEE 802.11n-2009 adalah sebuah perubahan standar jaringan nirkabel untuk meningkatkan throughput lebih dari standar sebelumnya, seperti 802.11b dan 802.11g, dengan peningkatan data rate maksimum dalam lapisan fisik OSI (PHY) dari 54 Mbit/s ke maksimum 600 Mbit/s dengan menggunakan empat ruang aliran di bandwidth 40 MHz. IEEE 802.11n melakukan penambahan multiple-input multiple-output (MIMO) serta bandwidth yang menjadi dua kali lipat sebesar 40 MHz ke lapisan saluran fisik (PHY) [2]. 2.3 Propagasi Radio Indoor Mekanisme dari perambatan sebuah propagasi gelombang radio didalam ruangan dapat disebabkan oleh berbagai penghalang, difraksi dan refleksi [9][4]. Redaman free space loss merupakan penurunan level daya gelombang radio selama merambat diruang bebas. Penurunan level ini dipengaruhi oleh frekuensi kerja dengan jarak tempuhya[9][4]. Besar free space loss ini dapat dinyatakan dengan persamaan [9][4] : FSL= 32,5 + 20 logd (km) + 20 logf (MHz) (1) Dimana: d = Jarak antara pemancar dengan penerima (km) f = Frekuensi kerja (MHz) 2.4 Perhitungan Jumlah Access Point Terdapat 2 pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah access point yang dibutuhkan yaitu: 1. Berdasarkan kapasitas dan bandwidth[7][3] Data rate /2 BW per user MaxUser (2) Dimana : Data Rate : Maksimum data rate yang disediakan perangkat. Max User : Jumlah user di area tersebut. Dengan perhitungan jumlah access point sebagai berikut [7][3] BWuser x user x % Activity % Efficiency x rate association Dimana: : Jumlah yang diperlukan untuk melayani kapasitas yang diperlukan. BW user : Bandwidth yang diperlukan per user. user : Jumlah user di area tersebut (keseluruhan). %Activity : Jumlah user aktif pada saat yang bersamaan. %Efficiency : Efisiensi channel yang ditunjukkan sebagai rasio dari rate yang sebenarnya terhadap association rate (90%) [3] Rate association : Data rate minimum yang diterima oleh suatu user pada suatu area coverage (disesuaikan dengan perangkat). 2 (3)

2. Berdasarkan Perhitungan Link Budget ilai maksimum pelemahan sinyal ini biasa disebut dengan Maximum Allowable Path Loss (ML).Untuk mencari nilai ML dilakukan perhitungan berikut[3][6] ML = Pt + Gt Lt + Gr Lr Pr (4) Dimana, Pt = Transmit Power. Gt = Antenna Gain transceiver. Lt = Cable loss transceiver. Gr = Antenna Gain receiver. Lr = Cable loss receiver. Pr = Sensitivitas Access Point. Dengan perhitungan jumlah Access Point sebagai berikut[7][3] C area C (5) Dimana: : Jumlah access point yang diperlukan. C area : Luas area yang direncanakan. C : Luas area coverage access point. 2.5 Perhitungan Jumlah Access Point berdasarkan Offered Bit Quantity dan Forecast. OBQ adalah total permintaan trafik pada area layanan yang diinginkan yang menyatakan jumlah bit yang diperlukan pada daerah tersebut. Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan OBQ adalah sebagai berikut [5][6] OBQ = C t x C(u;t) x P x Rb(service) x B x H (6) Dimana, Ct : Persentase Potensial User. C(u;t) : Jumlah User pengguna WiFi. P : Penetrasi User of Service. Rb(service): Bearer rate of service. B : Busy Hour Service Attemps (BHSA). H : Duration of Using a Service. Dengan perhitungan jumlah access point sebagai berikut [5][6] OBQTotal Peak Data Rate (7) 2.6 Model Propagasi COST 231 Multiwall Persamaan Model Propagasi COST 231 Multiwall [9][1] ( n2) b ( n1) W PL( d ) PLFSL i1kwi LWi Lf x n (8) Dimana, PL(d) : Path loss pada jarak d (db). PLFSL : Free-space loss. Kwi : Jumlah dinding tipe I antara transmitter dan receiver. Lwi : Redaman dinding tipe i. Lf : Redaman antar lantai f. Kf : Jumlah lantai antara transmitter dan receiver. b : Parameter pengukuran (0,46). 3

3. Pembahasan 3.1 Diagram Alir Perancangan Jaringan WiFi Pada Kereta Penumpang Eksekutif Jakarta-Bandung Mulai Observasi Lokasi -Karakteristik penumpang eksekutif kereta Capacity Planning Inisialisasi Demand : -Jumlah User -Kebutuhan Bandwith Jumlah Access Point Perhitungan Bandwith Perhitungan Link Budget Coverage Planning Perencanaan Jaringan: -Konfigurasi Jaringan - Penentuan Teknologi dan Perangkat Perhitungan OBQ Site Planning Alokasi Channel Simulasi Menggunakan RPS Coverage area 90% dengan blank spot minimum Gambar 1. Diagram Alir Perancangan Jaringan WiFi Selesai Ya Tidak 3.2 Skenario Konfigurasi Jaringan WiFi Pada Kereta Penumpang Dengan Teknologi LTE Gambar 2. Skenario Konfigurasi Jaringan WiFi Pada Kereta Penumpang Dengan Teknologi LTE Pada gerbong kereta penumpang, perangkat WiFi yang diinstalasi adalah Outdoor Antenna WiFi, Modem USB 3G/4G dan Wireless Router. Modem USB 3G/4G berfungsi sebagai penghubung ke Operator Service dan Internet sedangkan Wireless Router adalah perangkat yang akan menyebarkan koneksi internet kepada penumpang menggunakan frekuensi 2,4 GHz. Modem USB dan Wireless Router terinstalasi dalam kondisi terhubung melalui USB port dan diletakkan pada setiap gerbong kereta. Outdoor Antenna WiFi berfungsi sebagai penghubung dan juga untuk menerima dan menyalurkan sinyal WiFi melalui eodeb ke dalam kereta penumpang. 3.3 Data Awal 3.3.1 Karakteristik Kereta Penumpang Tabel 1. Karakteristik Kereta Penumpang Parameter Panjang Kereta Tinggi Kereta Lebar Kereta ilai 20,370 m 2,023 m 2,990 m 4

3.2 Proses Perancangan 3.2.1 Capacity Planning Jumlah user pada kereta penumpang eksekutif adalah sebanyak 50 orang. Pada tugas akhir ini, digunakan 2 asumsi dari potensial user yaitu 75% dan 100% potensial user. Potensial user 75% adalah persentase user dimana 38 orang dari 50 orang penumpang merupakan user aktif yang akan menggunakan layanan internet pada saat yang bersamaan sedangkan Potensial user 100% adalah persentase user dimana 50 orang/semua penumpang merupakan user aktif yang akan menggunakan layanan internet pada saat yang bersamaan. 3.2.2 Capacity Planning Berdasarkan Perhitungan Bandwith Per User. 3.2.2.1 Perhitungan jumlah bandwith per user dengan potensial user 75% Perhitungan jumlah bandwith per user berdasarkan persamaan (2) dengan potensial user 75% adalah sebagai berikut : Data rate /2 Bandwith per user Maksimal user aktif 150 / 2 2,0 Mbps 38 3.2.2.2 Perhitungan jumlah bandwith per user dengan potensial user 100% Perhitungan jumlah bandwith per user berdasarkan persamaan (2) dengan potensial user 100% adalah sebagai berikut : Data rate /2 Bandwith per user Maksimal user aktif 150 / 2 1,5 Mbps 50 3.2.3 Capacity Planning Berdasarkan Perhitungan Offered Bit Quantity 3.2.3.1 Perhitungan OBQ dengan potensial user 75% Perhitungan OBQ dengan potensial user 75% dari persamaan (6) adalah sebagai berikut : OBQ = Ct x C(u;t) x P x Rb (service) x B x H Dengan Ct : 0,75 dari C(u;t) : 50. Tabel 2. Perhitungan OBQ dengan potensial user 75% OBQ Type Total Kbit OBQ Downlink 181852,7548 OBQ Uplink 14508,0825 OBQ Total 196360,8373 3.2.3.2 Perhitungan OBQ dengan potensial user 100% Perhitungan OBQ dengan potensial user 100% dari persamaan (6) adalah sebagai berikut : OBQ = Ct x C(u;t) x P x Rb (service) x B x H Dengan Ct : 1 dari C(u;t) : 50. Tabel 3. Perhitungan OBQ dengan potensial user 100% OBQ Type Total Kbit OBQ Downlink 242470,3398 OBQ Uplink 19344,11 OBQ Total 261814,4498 3.2.4 Capacity Planning Berdasarkan Perhitungan Link Budget Dalam menentukan panjang jari-jari dari coverage sebuah access point perlu diketahui nilai ML (Maximum Allowed Path Lost) yaitu nilai propagasi maksimum yang diperbolehkan agar hubungan user dengan access point dapat berjalan baik 3.2.4.1 Model Propagasi COST 231 Multiwall Perhitungan model propagasi COST 231 Multiwall pada persamaan (8) adalah sebagai berikut: 5

PL PL k L Lf x n W ( d ) FSL i1 Wi Wi PL FSl = 4 r 20log 0,125 PL FSL= 12,56 xr 20log 0,125 ( n2) b ( n1) r = 7,8 m Dari hasil tersebut kita dapat menghitung Luas sel dengan rumus beikut : L = 2,6 x r 2 L = 2,6 x (7,8) 2 L = 158,18 m 2 3.2.5 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan Jumlah Bandwith Per User 3.2.5.1 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan Jumlah Bandwith Per User pada persamaan (3) : BWuser x user x % Activity % Efficiency x rate association 3.2.5.2 Perhitungan Coverage Planning Dengan Bandwith 2,0 Mbps Pada Potensial User 75% Perhitungan Coverage Planning User Dengan Bandwith 2,0 Mbps Pada Potensial User 75% berdasarkan persamaan (3) adalah sebagai berikut : 3.2.5.3 Perhitungan Coverage Planning Dengan Bandwith 1,5 Mbps Pada Potensial User 100% Perhitungan Coverage Planning User Dengan Bandwith 1,5 Mbps Pada Potensial User 100% berdasarkan persamaan (3) adalah sebagai berikut : 3.2.6 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan OBQ 3.2.6.1 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan OBQ pada persamaan (7) adalah sebagai berikut : OBQTotal Peak Data Rate 3.2.6.2 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan OBQ Dengan Persentase Potensial user 75% Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan OBQ Dengan Persentase Potensial user 75% berdasarkan persamaan (7) adalah sebagai berikut : 3.2.6.3 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan OBQ Dengan Persentase Potensial user 100% Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan OBQ Dengan Persentase Potensial user 100% berdasarkan persamaan (7) adalah sebagai berikut : 3.2.7 Perhitungan Coverage Planning Berdasarkan Perhitungan Link Budget Perhitungan Jumlah Access Point pada persamaan (5) adalah sebagai berikut: C Total C Access Point 6

4 Hasil Simulasi Dan Analisis 4.1 Hasil simulasi dan analisis percobaan 1 Access Point Percobaan Tabel 4 Hasil simulasi dan analisis percobaan 1 Access Point Posisi Access Point Coverage Plot Best Server Plot Signal To Interference Ratio Dari hasil simulasi dan analisis percobaan 1 access point dapat diketahui hasil coverage paling baik adalah pada percobaan II. Pada percobaan II, posisi access point diletakkan pada titik 10,0 m, kursi 7 (ditengah kereta). Hasil coverage plot yaitu 95% kereta ter-cover dengan received signal level diatas -72 dbm Delay Spread Angular Spread I 3,00 m 70% 1-0 ns 0,0 deg II 10,00 m 95% 1-0 ns 0,0 deg III 17,00 m 70% 1-0 ns 0,0 deg Gambar 3 Coverage Plot 2D Pada Percobaan II Gambar 4 Coverage Plot 3D Pada Percobaan II 4.2 Hasil simulasi dan analisis percobaan 2 Access Point Tabel 5 Hasil simulasi dan analisis percobaan 2 Access Point Percobaan Posisi Access Point Coverage Plot Best Server Plot Signal To Interference Ratio Delay Spread Angular Spread 1 3,00 m dan 17,00 m 98% 2 30% 0 ns 0,0 deg Dari hasil simulasi dan analisis percobaan 2 access point dapat diketahui hasil coverage yaitu 98% kereta ter-cover dengan signal received diatas -72 dbm dengan posisi access point diletakkan pada titik 3,0 m dan titik 17,0 (diantara kursi 1 dan diantara kursi 13). Meskipun 98% area ter-cover dengan baik tetapi signal to interference yang dihasilkan dibawah 25 db, yaitu sebesar 30%. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan channel frekuensi dan transmit power untuk mengatasi interferensi antar 2 access point pada gerbong kereta penumpang. Gambar 5 Coverage Plot 2D Pada Percobaan 2 Access Point 7

Gambar 6 Coverage Plot 2D Pada Percobaan 2 Access Point Gambar 7 Percobaan Pengaturan Dengan Menurunkan Dan Membedakan Power Transmit Access Point (15 dbm dan 5 dbm) Untuk Mengurangi Interferensi Pada Posisi Access Point Sejajar 4.3 Alokasi Channel WiFi Frekuensi 2,4 GHz Pemilihan alokasi channel bertujuan agar dapat mengurangi interferensi atar sel yang masuk kedalam range interferensi lainnya. 4.4 Pengaturan Power Transmit Pada Access Point Terhadap Radius Sel Pengaturan power transmit pada access point dilakukan untuk memperhitungkan radius sel yang dihasilkan. Pengaturan ini dilakukan dengan cara mengurangi power transmit pada access point. 5 Kesimpulan dan Saran Penempatan access point terbaik pada kereta penumpang dengan menggunakan 1 access point adalah pada bagian tengah kereta dengan access point diletakkan pada titik 10,0 m dengan hasil coverage plot yaitu 95% kereta ter-cover dengan received signal level diatas -72 db. Penempatan access point menggunakan 2 access point adalah pada titik 3,0 m dan 17,0 m dengan hasil coverage yaitu 98% kereta ter-cover dengan signal received diatas -72 dbm. Meskipun 98% area ter-cover dengan baik tetapi signal to interference yang dihasilkan dibawah 25 db cukup tinggi, yaitu sebesar 30%. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan frekuensi channel dan pengaturan transmit power untuk menurunkan dan membedakan nilai masing-masing access point dalam mengatasi interferensi antar 2 access point pada gerbong kereta penumpang. Daftar Pustaka : [1] Andrede,C.B.(n.d.). IEEE 802.11 WLA :A comparison on indoor coverage models. [2] Azhar,M.(n.d).IEEE 802.11n.Yogyakarta:UGM. [3] Dhias, Gasi.2016. Perancangan Dan Analisis Coverage Area Jaringan WiFi Pada Kapal Laut. Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom.Bandung. [4] Hashemi.1999. The Indoor Radio Propagation Channel.IEEE Journal. [Online] Available at: www.ieeejournal.com.[accessed 30 Mei 2015]. [5] Huawei Technologies Co.Ltd..2010. LTE Radio etwork Capacity Dimensioning. Shenzen : Huawei. [6] Huawei Technologies Co.Ltd..2010. LTE Radio etwork Coverage Dimensioning. Shenzen : Huawei [7] etwork.,trapeze.2003.designing Enterprise Wireless Lans for Capacity vs Coverage.White Paper. [8] Sandi,M. (2013). Lebih Dekat Mengenal Wi-Fi. [9] Santoso, Puji Edriany. 2013. Analisis Perencanaan Coverage Area WiFi 802.11g di Dalam Pesawat Udara Boeing 737-900ER. Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom. Bandung. 8