BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN KOREKSI STATIK TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) UNTUK PEMODELAN RESISTIVITAS LAPANGAN PANAS BUMI SS.

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

Bab II Tinjauan Pustaka

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty,

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB II GEOLOGI REGIONAL

M MODEL KECEPATAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE TOMOGRAFI DATA MICROEARTHQUAKE DI LAPANGAN PANAS BUMI ALPHA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulkanik aktif yang berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi.indonesia

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Energi Panasbumi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

tatanan TEKTONIK INDONESIA

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

Note : Kenapa Lempeng bergerak?

MANIFESTASI GEOTHERMAL DI INDONESIA

Kerangka Geologi Daerah Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik - Caroline

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN GEOLOGI 2.1. Struktur Geologi Proses terjadinya sumber panas bumi di Indonesia merupakan hasil dari interaksi tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan Lempeng Eurasia, dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pertemuann tiga lempeng tektonik di Indonesia (Natawidjaja, 1994) Tumbukan ketiga lempeng tersebut memiliki peranan penting dalam terbentuknya sistem panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara Lempeng Indo-Australia di- sebelah selatan dengann Lempeng Eurasia di sebelah utara menghasilkan zona

4 subduksi pada kedalaman 160 s.d 210 km di bawah pulau Jawa - Nusatenggara dan kedalaman 100 km di bawah pulau Sumatera. Hal ini mengakibatkan proses magmatisasi pada pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan pulau Jawa- Nusatenggara. Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan lempeng samudera sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979). Sejarah tektonik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara Lempeng India - Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya dapat dilihat pada Gambar 2. Gerak Lempeng India - Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja, 1994). Perbedaan kedalaman subduksi antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa - Nusatenggara menyebabkan jenis magma yang dihasilkan juga berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar seperti di pulau Jawa, magma yang dihasilkan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang menghasilkan -

5 endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir di Pulau ulau Jawa umumnya terletak pada bagian yang lebih dalam dan menempati batuan vulkanik. Sedangkan sistem panas bumi di Sumatera memiliki magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental yang berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitikriolitis.. Dan reservoir panas bumi terdapat pada batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal. dan Gambar 2. Proses tektonik t (Anonymuos, 2006). 2.2. Sistem Panas Bumi Sistem panas bumi tersusun oleh beberapa parameter seperti, sumber panas (heat source), reservoir, batuan penudung, sumber fluida dan siklus hidrologi hidrologi yang ditunjukkan pada Gambar ambar 3.

6 Gambar 3. Sistem ppanas bumi (Anonymous, 2006). Sistem panas bumi dikontrol dikont oleh adanya (Suharno, 2010): 1. Sumber panas (heat heat source) source berupa plutonik, 2. Batuan atuan berporos atau reservoir tempat uap panas terjebak didalamnya 3. Lapisan penutup, biasanya berupa batu lempung, 4. Keberadaan srtuktur geologi (patahan, perlipatan, collapse,, rekahan dan ketidakselarasan), 5. Daerah resapan air atau aliran air bawah permukaan (recharge area)

7 Tabel 1. Klasifikasi kelompok sistem panas bumi Indonesia ( suharno, 2010). Wilayah Kriteria Manifestasi permukaan Material penyusun Struktur Sumatera Jawa,Nusatenggara Sulawesi Utara Fumarol suhu tinggi dengan steam jet, mmata air mendidih, solfatara, lumpur panas, kolam lumpur, danau asam, alterasi luas dan sangat intensif Riolitik-andesitik, produk gunung api muda, ketebalan material sekitar 1 km Sesar regional sumatera dan sesar-sesar sekunder, ketidakselarasan, kaldera Fumarol suhu tinggi, mata aiar mendidih, solfatara, kolam lumpur, alterasi intensif Andesitic-basaltik, produk gunung api muda dan sedang, ketebalan material. 2,5 km Sesar local,kaldera, ketidakselarasan Sebagian besar Sulawesi, Maluku dan Papua Fumarol dan solfatara Produk gunung api tua, sedimen Sesar local Graben Ketidakselarasan 2.3. Manifestasi Panas Bumi Berbeda dengan sistem minyak - gas, adanya suatu sumber daya panas bumi di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panas bumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panas bumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.

8 Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan (Nenny, 2010). Contoh paper penelitian data magnetotellurik dengan koreksi TDEM pada daerah Pampa Lirima, Chili Hasil inversi pada Gambar 4 menunjukkan bahwa selatan ke barat daya daerah survei ini didasari oleh lapisan dangkal konduktif (<10 ohm-m) ohm m) dalam 1000 m di bawah permukaan, yang ditafsirkan sebagai claycap (argilik) dari daerah panas bumi. Clay ini ditutup tutupi lapisan konduktif pada bagian tengah dengan zona resistivitas tinggi dapat dilihat pada Gambar 4b yang bertepatan dengan daerah kelurusan NE-SW SW ditafsirkan dari geologi daerah dan data aeromagnetik. k. Gambar 4. Hasil asil inversi magnetotelurik, menunjukkan: a) NE-SW NE SW dan b) NWNW SE bagian berorientasi di model 3D 3 (setelah Arcos et al, 2011).

9 Pada bagian barat daya dari wilayah survei, di bawah claycap lapisan konduktif atas, tubuh konduktif dalam diamati pada > 2 km kedalaman. Ini akan membedakan Pampas Lirima dari sistem vulkanik aktif khas lainnya yang merupakan sumber panas di tempat lain di lingkungan Andes dan sumber panas yang biasanya tubuh resistif dalam (Legaut,J. Lombardo, S. dkk).