KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada kehidupan sehari-hari. Pekerjaan dan segala hal yang sedang. saatnya untuk memperhatikan kesehatan mata.

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Derajat Kelainan Refraksi pada Anak di RS Mata Cicendo Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

Angka kejadian ambliopia pada usia sekolah di SD Negeri 6 Manado

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN Oleh : RAHILA

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

Pengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Miopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya

The Incidence of Refractive Disorders in Students of FK Ukrida in Connection with The Activity of Viewing Gadgets

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

Metode. Sampel yang diuji adalah 76 anak astigmatisma positif dengan derajat dan jenis astigmatisma yang tidak ditentukan secara khusus.

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

Kelainan refraksi pada siswa SMP daerah pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN ANTARA PENGGUNA TELEPON PINTAR DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR PADA SISWA SMA ST.

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012, estimasi

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS V DAN KELAS VI DI SDN 017 BUKIT RAYA PEKANBARU TAHUN

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PREVALENSI PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS 4-6 DI YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2010

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terletak pada satu titik yang tajam (Ilyas, 2006), kelainan refraksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK KELAS DUA SMP NEGERI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

Journal of Health Education

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. vision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antara

BAB 1 PENDAHULUAN. titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

DESCRIPTION OF IMPAIRED VISUAL ACUITY IN ELEMENTARY SCHOOL 5 TH DAN 6 TH GRADE AT SDN 026 PEKANBARU IN 2014

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

Penggunaan lensa kontak dan pengaruhnya terhadap dry eyes pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan. adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN MIOPIA DI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI DEPARTEMEN TEKNOLOGI

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

GAMBARAN DESKRIPTIF PASIEN KELAINAN REFRAKSI DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE JANUARI- JUNI 2015 SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

Abstrak Kata kunci: Retinopati Diabetik, Laser Fotokoagulasi, Injeksi Intravitreal Anti VEGF.

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO 1 Angelia V. Adile 2 Yamin Tongku 2 Laya M. Rares 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email : angelsvie811@gmail.com Abstract: The incidence of uncorrected refractive errors are high in school-age children. If this condition is not treated seriously will have a negative impact on the development of children's intelligence and learning process which in turn will affect the quality, creativity, and productivity of the workforce. This study aims to determine the refractive error in students at Senior High School state 7 Manado. A cross sectional was conducted with total sampling method on November to December 2015. The sample were students at grades 12 th of Senior High School state 7 Manado who have refractive errors. The visual acuity was assessed using Snellen chart. Of all respondents who have refractive errors obtained 72% were female and 28% were male sex. Based on the types of refractive errors, 72% had a myopia and 28% suffer from myopia with astigmatism. Most of the respondents was 17 years (52%). As many as 64% respondents who had family history of refractive errors. Respondents who did near work activity as much as 96% and the most frequent activity is watching television. Conclusions: There is still more research is needed to gain exposure refractive errors with the risk factors that exist. Keywords: refractive error, risk factor, near work activity, school-age children Abstrak: Angka kejadian kelainan refraksi yang tak terkoreksi cukup tinggi pada anak usia sekolah. Jika kondisi ini tidak ditangani sungguh-sungguh akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan mempengaruhi mutu, kreativitas, dan produktivitas angkatan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kelainan refraksi pada pelajar di SMA Negeri 7 Manado. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode total sampling yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015. Sampel adalah siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 7 Manado yang mengalami kelainan refraksi. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan visus menggunakan snellen chart dan kuesioner. Dari seluruh responden didapatkan 72% berjenis kelamin perempuan dan 28% berjenis kelamin lakilaki. Berdasarkan jenis kelainan refraksi didapatkan 72% menderita kelainan refraksi miopia. Paling banyak responden berumur 17 tahun (52%). Sebanyak 64% penderita memiliki riwayat keluarga inti yang menderita kelainan refraksi. Responden yang melakukan aktivitas melihat jarak dekat dan lama sebanyak 96% dan aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah menonton televisi. Kesimpulan: Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hubungan kelainan refraksi dengan faktor-faktor resiko yang ada. Kata kunci: kelainan refraksi, faktor resiko, aktivitas melihat jarak dekat dan lama, anak usia sekolah Mata merupakan organ penglihatan yang diciptakan Tuhan dan merupakan salah satu organ vital yang penting nilainya. 1 Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kesehatan mata kurang 1

diperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. Salah satu gangguan pengelihatan yang sering terjadi adalah kelainan refraksi. 2 Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak diseluruh dunia adalah kelainan refraksi (43%), Katarak (33%) dan glaukoma (2%). 3,4 Dari data tersebut, diperkirakan saat ini 19 juta anak dibawah umur 15 tahun menderita gangguan pengelihatan dan 12 juta diantaranya menderita kelainan refraksi yang tidak dikoreksi. 4 Anak-anak sering tidak menyadari visusnya menurun dan mungkin tidak mengeluh bahkan ketika mereka menderita mata lelah atau kebutaan. 5 Sepuluh persen dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) di Indonesia mengalami kelainan refraksi dan angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan. Jika kondisi ini tidak ditangani sungguh-sungguh akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan mempengaruhi mutu, kreativitas, dan produktivitas angkatan kerja. 6 Deteksi dini dan publikasi informasi mengenai angka kejadian kelainan refraksi dan faktor-faktor yang berhubungan pada anak usia sekolah masih jarang dilakukan, hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk membuat penelitian ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional menggunakan kuesioner dan pemeriksaan visus yang dilakukan pada bulan November dan Desember 2015 dengan lokasi penelitian di 3 SMA Negeri 7 Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelajar yang belajar di SMA Negeri 7 Manado yang mengalami kelainan refraksi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 7 Manado yang mengalami Kelainan Refraksi dan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa variabel antara lain: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Jenis Kelainan Refraksi 4. Riwayat Keluarga dengan kelainan refraksi 5. Aktivitas melihat jarak dekat HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan penelitian pada pelajar di SMA Negeri 7 Manado yang mengalami kelainan refraksi melalui pengambilan data primer di lokasi Jenis Kelamin Responden NTAGE (n=18) NTAGE (n=7) Laki - Laki Perempuan penelitian didapatkan sampel sebanyak 25 responden. Gambar 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin Dalam penelitian ini, prevalensi responden berjenis kelamin perempuan yang mengalami kelainan refraksi lebih banyak dibandingkan laki-laki, hal ini terlihat jelas pada gambar 1. Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelainan Refraksi

Jenis Kelainan refraksi Jumlah (n) Presentase (%) Miopia 18 72 Hipermetropia - - Astigmatisme - - Berdasarkan jenis kelainan refraksi yang diperlihatkan pada tabel 1, didapatkan bahwa kelainan refraksi yang paling banyak didapati pada responden adalah miopia. Dalam penelitian ini juga ditemukan sebanyak 28% atau 7 orang menderita miopia bersamaan dengan astigmatisme. Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Umur Umur Jumlah Presentase (%) 16 Tahun 11 44 17 Tahun 13 52 18 Tahun 1 4 T O T A L 25 100 Pada tabel 2, bisa dilihat bahwa responden dalam penelitian ini paling banyak berumur 17 tahun. Riwayat Kelainan Refraksi dalam Keluarga (n=9) NTAGE (n=16) YA TIDAK Gambar 2. Distribusi responden berdasarkan Riwayat Kelainan refraksi dalam Keluarga Dalam penelitian ini juga, peneliti mendapati lebih banyak responden memiliki riwayat keluarga yang mengalami kelainan refraksi. 14 12 10 8 6 4 2 0 Aktivitas Melihat Jarak Dekat (28%) dan Lama (48% (20%) (4%) 3 Aktivitas 2 Aktivitas 1 Aktivitas Tidak Jumlah Responden 4 Gambar 3. Distribusi responden berdasarkan Jumlah Aktivitas Melihat Jarak Dekat & Lama yang sering dilakukan Pada gambar 3, dapat dilihat bahwa 96% responden melakukan aktivitas melihat jarak dekat dan lama dan paling banyak melakukan 2 aktivitas. Jika kita melihat pada tabel 3, ditunjukan bahwa menonton televisi adalah aktivitas yang paling sering dilakukan responden. Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan Jenis Aktivitas Melihat Jarak Dekat & Lama yang sering dilakukan Kegiatan Tidak n % n % Membaca Buku 12 48 13 52 Menonton Televisi 16 64 9 36 Menggunakan Komputer 10 40 15 60 Bermain Game/PS 5 20 20 80 Menggunakan Handphone 8 32 32 68 BAHASAN Berdasarkan penelitian Komariah C dan Wahyu N di malang, didapatkan kelainan refraksi miopia dengan persentase paling banyak yaitu 43%. 7 Penelitian lainnya juga menunjukan persentasi kelainan refraksi miopia lebih banyak seperti penelitian Czepita et.al (2007) di Poland 8 dimana miopia memiliki persentasi sebanyak 68%, Usman S (2014) di Riau 9 sebanyak 56,5%, Joseph N et.al (2015) di India 10 sebanyak 97,9% dan Ratanna R et.al (2014) di Manado 2 sebanyak 71,78% juga menunjukan kelainan refraksi miopia yang paling banyak terjadi. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini didapatkan bahwa kelainan refraksi yang paling banyak diderita pada pelajar SMA Negeri 7 Manado adalah miopia (72%). Pada penelitian ini, untuk karateristik jenis kelamin ditunjukan paling banyak responden berjenis kelamin perempuan (72%). Beberapa penelitian sebelumnya

juga menunjukan hal yang serupa 2,8,9, namun ada juga penelitian yang menunjukan hasil yang berbeda seperti penelitian yang dilakukan di India 10 dimana laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan persentase sebanyak 65,9%. Dari 25 responden pada penelitian didapatkan hasil riwayat keluarga inti yang memakai kacamata sebanyak 16 penderita (64%), menurut penelitian Fachrian dkk, menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara keluarga inti yang memakai kacamata (gangguan kelainan refraksi) dengan anak yang juga mengalami kelainan refraksi karena kelainan refraksi lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan atau gaya hidup anak itu sendiri. 11 Faktor Herediter biasanya berpengaruh terhadap kebiasaan anaknya, demikian juga dengan kelainan refraksi, biasanya fakta bahwa orangtua yang suka membaca, mereka berbagi budaya mereka dengan mendorong anak-anak mereka untuk membaca juga. 12 Sebanyak 96% responden melakukan aktivitas melihat dekat dan lama. Terdapat teori yang menyatakan bahwa faktor gaya hidup yaitu aktivitas melihat dekat yang terlalu banyak, seperti membaca buku, melihat layar komputer, bermain game/playstation, menonton televisi, dapat menyebabkan lemahnya otot siliaris mata sehingga mengakibatkan ganguan otot untuk melihat jauh. Faktor gaya hidup ini didukung tingginya akses terhadap media akivitas visual. 11 Pada penelitian ini, aktivitas melihat dekat dan lama yang paling banyak dilakukan adalah menonton televisi (60%). Tingginya akses terhadap media visual ini apabila tidak diimbangi dengan pengawasan waktu dan jarak menonton anak oleh orang tua dapat meningkatkan kelainan tajam penglihatan. 11 Hal ini sejalan dengan penelitian Imam dkk di Yogyakarta 13 tentang hubungan aktivitas melihat jarak dekat dengan kejadian miopia yang walaupun tidak menunjukan beberapa perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0,05) untuk seluruh parameter yang digunakan untuk aktivitas melihat jarak 5 dekat (belajar, menonton televisi, menggunakan komputer dan aktivitas melihat dekat lain) namun kecenderungan bahwa semakin tinggi aktivitas melihat dekat makan akan semakin tinggi pertambahan miopianya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden berjenis kelamiin perempuan lebih banyak (72%), sebanyak 72% responden menderita kelainan refraksi miopia, paling banyak responden berumur 17 tahun, 64% penderita memiliki riwayat keluarga inti yang menderita kelainan refraksi dan 96% responden melakukan aktivitas melihat jarak dekat dan lama dimana aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah menonton Televisi. DAFTAR PUSTAKA 1. Kurmasela GP, Saerang JSM, Rares LM. Hubungan Waktu Penggunaan Laptop dengan Keluhan Penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. J e-biomedik (ebm). 2013 2. Rantanna RS, Rares LM, Saerang JSM. Kelainan Refraksi pada Anak di BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou. J e-clinic. 2014 3. World Health Organization. Global Data On Visual Impairments 2010. [diunduh 2015 Okt 13. Tersedia dari: http://www.who.int/blindness/glob ALDATAFINALforweb.pdf?ua=1 4. World Health Organization. Visual impairment and blindness. WHO; 2014. [diunduh 2015 Okt 13. Tersedia dari: http://www.who.int/entity/mediacentr e/factsheets/fs282/en/index.html 5. Wong, D.L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Jakarta: EGC. 2008;1

6. Mona Hutahuruk. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Orangtua Tentang Kelainan Refraksi Pada Anak. [Skripsi. Semarang: FK Universitas Diponegoro; 2009 7. Komariah C, Wahyu N. Hubungan Status Refraksi, dengan Kebiasaan Membaca, Aktivitas di Depan Komputer, dan Status Refraksi Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2014;28(2) 8. Czepita D, Mojsa A, Ustianowska M, dkk. Prevalence of refractive errors in school childern ranging from 6 to 18 years old. [Journal. 2007 9. Usman S, Nukman E, Bebasari E. Hubunugan antara faktor keturunan, aktivitas melihat dekat dan sikap pencegahan mahasiswa kedokteran universitas Riau terhadap kejadian Miopia. JOM FK. 2014;1 10. Joseph N, Nelliyani M, dkk. Proportion of refractive error and its associated factors among high school students in south India. British Journal of Medicine & Medical Research. 2015 11. Fachrian D, Rahayu AB, Nasen AP, Rerung NE, Pramesti M, Sari EA dkk. Prevalensi kelainan tajam pengelihatan pada pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur. Majalah Kedokteran Indo. 2009 12. Juneti, Bebasari E, Nukman E. Gambaran faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tajam Pengelihatan pada anak Sekolah Dasar kelas V dan kelas VI di SDN 017 Bukit Raya Pekanbaru Tahun 2014. JOM FK. 2015;2 13. Tiharyo I, Gunawan W, Suhardjo. Pertambahan Miopia pada Anak Sekolah Dasar Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. J Oftalmologi Indonesia. 2008;6(2) 6