PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh : Nama : Eko Agus Wibowo NIM : J

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TODDLER DI KARTASURA

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : WHISNU BRATA PRASETYA J

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Journal of Health Education

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI POST NATAL TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI DI DESA KETOYAN KECAMATAN WONOSEGORO BOYOLALI

PENGARUH PENYULUHAN PERAWAT TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN MASKER PADA KARYAWAN DI PT. INDONESIA TRI SEMBILAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

PENGARUH LATIHAN SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BERKEMIH PADA LANSIA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

Analisis Media Audio terhadap Perubahan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Petugas Laboratorium Kesehatan Kota Banjar

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA DEWASA MUDA DI KARTASURA. Oleh :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Di Puskesmas Amurang Kabupaten Minahasa Selatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA MUHAMMADIYAH 4 KARTASURA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

SKRIPSI. Oleh : BERNADETTA BR TARIGAN NIM

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENGENAI ASUPAN GIZI PADA USIA TODDLER DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM DETEKSI DINI KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK

ARTIKEL PENELITIAN. yang berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PARA ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN COTRIMOXAZOL SUSPENSI PADA ANAK DI PUSKESMAS KAYU TANGI BANJARMASIN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Nurlathifah N. Yusuf

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1


Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

SUSI ARYATI A

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

MELALUI HIV-AIDS DI SMA. Disusun oleh : AGUNG TRIANTO J PROGRAM FAKULTAS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Ardiansah Eko Prasetyo J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN DAYA TERIMA SISWI DI SMK SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

Skripsi. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. DisusunOleh: Firma Ayu Juwitaningtyas J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT TINEA PEDIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA PETANI DESA JEMBUNGAN NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT KUSTA DI BOJONEGORO NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN LANSIA BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA DESA MAYUNGAN KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PAUD DENGAN KEIKUTSERTAAN ANAK PADA PAUD DI DESA KARANGBANGUN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

DIRI (APD) Memenuhi Salah Satu. Syarat. Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya * Abstrak

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PANGKALAN KARANGRAYUNG GROBOGAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : EKO AGUS WIBOWO J210100030 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN FAKULTAS KESEHATAN ILMU TERHADAP KESEHATAN PERUBAHAN PENGGUNAAN Jln. A. Yani, ALAT Tromol PELINDUNG Pos I Pabelan, DIRI Kartasura. (APD) Telp. DI (0271) DESA 717417 Surakarta 57102 PANGKALAN KARANGRAYUNG Website: http://www.ums.ac.id GROBOGAN Email: ums@ums.ac.id SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Pembimbing I Nama : Abi Muhlisin, SKM, M.Kep Pembimbing II Nama : Sri Enawati, S.Kp, M.Kes. Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : Eko Agus Widodo NIM : J 210100030 Program Studi : Keperawatan S-1 Fakultas : Ilmu Kesehatan Judul Skripsi : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI DESA PANGKALAN KARANGRAYUNG GROBOGAN Naskah ariktel ilmiah tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya. Surakarta, 10 Februari 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PANGKALAN KARANGRAYUNG GROBOGAN Asbtrak Petani merupakan salah satu pekerjaan sektor informal, dimana orang-orang yang bekerja di sektor informal pengetahuan akan pentingnya alat pelindung diri masih kurang dibanding orang yang bekerja di sektor formal. Ketersediaan dan pemakaian alat pelindung diri juga berbeda, pekerjaan formal seperti di industri, pihak perusahaan sudah menyiapkan dan ada pengawasan oleh pihak-pihak tertentu seperti Dinas Tenaga Kerja, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja sektor formal lebih terjamin. Sedangkan petani dengan kondisi yang cukup terbatas biasanya hanya menggunakan alat pelindung diri seadanya, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja jauh tidak terjamin dibandingkan sektor formal. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap petani tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) di Desa Pangkalan, Karangrayung, Grobogan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pretest posttest control group design. Populasi yaitu 406 petani di Desa Pangkalan, pengeambilan sampel purposive sampling yaitu 40 petani, 10% dari 406 petani yang sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat. Hasil Penelitian: Ada perubahan tingkat pengetahuan dan sikap petani pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan alat pelindung diri menjadi meningkat. Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam penggunaan alat pelindung diri di desa Pangkalan, Karangrayung, Grobogan. Hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet dan power point pada pengetahuan menunjukkan bahwa nilai t = 4,773 dan = 0,0001. Hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet dan power point pada sikap menunjukkan bahwa nilai t = 9,140 dan = 0,0001. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan dan Sikap, Alat Pelindung Diri

EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON CHANGE OF KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF FARMERS ABOUT THE USE OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT IN PANGKALAN VILLAGE, KARANGRAYUNG, GROBOGAN Abstrack Background: Farmer is a job of informal sector and people who work in informal sector are usually having lesser knowledge about importance of personal protective equipment than those who work in formal sector. Availability and the use of personal protective equipment are also different. In formal jobs such as industry, personal protective equipment is provided by companies and it is supervised by certain parties such as Labor Office so that occupational health and safety in formal sector is more secured. While farmers with their limited conditions are usually using simple personal protective equipment, so their occupational health and safety is very not secured as in formal sector. Purpose of the Research: Purpose of the research is to know effect of health education on change of knowledge level and attitude of farmers about the use of personal protective equipment in Pangkalan Village, Karangrayung, Grobogan. Method: The research is experimental one with pretest-posttest control group design. Population of the research was 406 farmers of Pangkalan Village, Karangrayung, Grobogan. Sample was taken by purposive random sampling, namely 40 farmers or 10% of 406 individuals who were suitable with inclusion criteria. Data of the research was examined by using univariate and bivariate statistical tests. Results of the Research: Change of knowledge level and attitude of farmers was found to be higher in treatment group after provision of health education about the use of personal protective equipment. Effect of health education by using leaflet and power point media was found on knowledge level and attitude of farmers about the use of personal protective equipment in Pangkalan Village, Karangrayung, Grobogan. Results of the research effect of health education by using leaflet and power point media on knowledge indicates that the value t = 4,773 and = 0,0001. Results of the research effect of health education by using leaflet and power point media on attitudes indicates that the value t = 9,140 and = 0,0001. Keywords: Health education, knowledge and attitude, personal protective equipment

PENDAHULUAN Latar Belakang Petani merupakan salah satu pekerjaan sektor informal, dimana orang-orang yang bekerja di sektor informal pengetahuan akan pentingnya alat pelindung diri masih kurang dibanding orang yang bekerja di sektor formal. Ketersediaan dan pemakaian alat pelindung diri juga berbeda, pekerjaan formal seperti di industri, pihak perusahaan sudah menyiapkan dan ada pengawasan oleh pihak-pihak tertentu seperti Dinas Tenaga Kerja, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja sektor formal lebih terjamin. Sedangkan petani dengan kondisi yang cukup terbatas biasanya hanya menggunakan alat pelindung diri seadanya, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja jauh tidak terjamin dibandingkan sektor formal (Widianto, 2002). Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani yang diderita oleh petani seperti sakit pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis), gangguan kulit akibat sinar ultraviolet dan gangguan agrokimia. Penggunaan agrokimia khususnya pestisida merupaka faktor risiko penyakit yang paling sering dibicarakan. Kondisi kesehatan awal petani berpengaruh terhadap penyakitpenyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Seperti, penderita anemia karena kekurangan gizi disebabkan kecacingan di sawah atau perkebunan maupun kurang pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk dengan keracunan organofospat. Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan pekerjaan, termasuk penyakit infeksi yang diakibatkan bakteri, virus, maupun parasit. Misalnya penyakit malaria, selain dianggap sebagai penyakit yang merupakan bagian dari kapasitas kerja atau modal awal untuk bekerja, juga dapat dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Di Indonesia banyak terjadi kasus keracunan antara lain di Kulon Progo Jawa Tengah (2008) 210 kasus keracunan dengan pemeriksaan fisik dan klinis, 50 orang diantaranya diperiksa laboratorium dengan hasil 15 orang (30%) keracunan. Di Kabupaten Sleman dilaporkan dari 30 orang petugas pemberantas hama 14 orang (46,66 %) mengalami gejala keracunan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan terhadap dampak negatif akibat penggunaan pestisida, perlu adanya upaya pengawasan pengamanan pestisida. Upaya pengamanan pestisida ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif penggunaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan melalui usahausaha pengawasan terhadap penggunaan pestisida dan pengendalian terhadap pencemaran dan keracunan pestisida. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2001) bekerjasama dengan Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman Indonesia (AIPTI), terjadi 50% kasus keracunan pada petani Brebes yang menggunakan pestisida, 71% petani dikota Metro Propinsi Lampung keracunan pestisida, 71,02% petani penyemprot di desa Sukamulya Lampung Selatan keracunan pestisida, 28,71% petani bawang merah di desa Sisalam keracunan pestisida. Hasil survei pendahuluan di Desa Pangkalan, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani

yang berjumlah 416 orang, dari jumlah 953 orang. Dari pekerjaan masyarakat yang sebagai petani tersebut, terlihat yang pada saat melakukan aktivitas disawah seperti membajak, menyemprot tanaman dengan menggunakan pestisida, memanen, tidak pernah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) meliputi pakaian tertutup (pakaian panjang), masker, sarung tangan, alas kaki (sepatu boots), dan topi (caping). Dari hasil wawancara kepada beberapa petani atau masyarakat di desa tersebut juga belum pernah dilakukan penyuluhan kesehatan dari petugas pertanian atau petugas kesehatan tentang alat pelindung diri. Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Karangrayung Tahun 2014, dalam waktu 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus, masyarakat Desa Pangkalan yang paling banyak daftar kunjungan atau berobat ke puskesmas dengan keluhan, gangguan pernapasan 114 orang, berobat dengan gangguan pencernaan 73 orang, berobat dengan keluhan pusing atau sakit kepala 70 orang, kemudian yang datang berobat dengan gangguan kulit 65 orang. Dari data puskesmas yang sudah peneliti ambil, dimana masyarkat Desa Pangkalan tersebut banyak yang pekerjaannya yaitu petani. Tujuan Penelitian Mengetahui perubahan tingkat pengetahuan dan sikap petani tentang Alat Pelindung Diri (APD) setelah diberikan pendidikan kesehatan LANDASAN TEORI Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dilakukan atau dijalankan untuk merubah dan meningkatkan kemampuan individu dan masyarakat tentang memelihara dan meningkatkan kesehatannya ke arah yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang telah direncanakan dan disusun sehingga setelah diberikan kepada masyarakat dan kelompok akan berdampak pada perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dan positif (Machfoedz, 2007). Pengetahuan Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

dari pendidikan formal saja, tetapi pengetahuan dapat diperoleh dari pendidkan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dari kedua aspek tersebut yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahuai maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang tertutup terhadap obyek atau stimulus (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan respon yang tertutup pada seseorang pada stimulus atau obyek, serta melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan baik itu senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya. Alat Pelindung Diri Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration), personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Alat Pelindung Diri (APD) berperan penting terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu dilakukan upaya-upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakann lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak kepada perokonomian nasional (Anizar, 2009). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pretest posttest control group design. Populasi yaitu 406 petani di Desa Pangkalan, pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu 40 petani, 10% dari 406 petani yang sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat. Dalam analisis bivariat langkah pertama dilakukan uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov test dan mendapatkan hasil data yang normal, sehingga langkah berikutnya yang penulis lakukan adalah melakukan uji analisis paired t-test untuk membandingkan pretest dan posttest, serta melakukan uji analisis independent sample t-test untuk membandingkan kelompok kontol dan kelompok eksperimen.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Pengetahuan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pre dan Post kelompok Eksperimen Pengetahuan Pre Post F % F % Kurang 12 60 3 15 Cukup 7 35 10 50 Baik 1 5 7 35 Jumlah 20 100 20 100 Tabel di atas memperlihatkan kelompok eksperimen pengetahuan pre baik yaitu 5%, sedangkan pada pengetahuan post baik yaitu 35%, sehingga pada kelompok eksperimen terjadi kenaikan pengetahuan baik dari pre ke post. Nilai rata-rata pre pengetahuan kelompok eksperimen sebesar 6,60 nilai rata-rata post naik menjadi 10,00, sehingga terjadi kenaikan rata-rata sebesar 3,40. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pre Dan Post Kelompok Kontrol Pengetahuan Pre Post F % F % Kurang 14 70 13 65 Cukup 4 20 5 25 Baik 2 10 2 10 Jumlah 20 100 20 100 Tabel di atas, memperlihatkan kelompok kontrol pengetahuan pre baik yaitu 10%, sedangkan pada pengetahuan post baik yaitu 10%, sehingga terjadi kenaikan pengetahuan baik dari pre ke post. Nilai rata-rata pre pengetahuan kelompok kontrol sebesar 6,55 nilai rata-rata post naik menjadi 6,60, sehingga terjadi kenaikan ratarata sebesar 0,05. 2. Sikap Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Pre Dan Post Kelompok Eksperimen Pre Post Sikap F % F % Tidak Setuju 6 30 0 0 Setuju 14 70 16 80 Sangat Setuju 0 0 4 20 Jumlah 20 100 20 100 Tabel di atas, memperlihatkan sikap pre responden kelompok eksperimen sangat setuju yaitu 0%, sedangkan pada sikap post sangat setuju yaitu 20%, sehingga terjadi kenaikan sikap dari pre ke post. Nilai rata-rata pre sikap kelompok eksperimen sebesar 36,30 nilai rata-rata post naik menjadi 45,85, sehingga terjadi kenaikan rata-rata sebesar 9,55. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Pre dan Post Kelompok Kontrol Pre Post Sikap F % F % Tidak Setuju 7 35 5 25 Setuju 13 65 15 75 Jumlah 20 100 20 100 Tabel di atas, memperlihatkan sikap pre responden kelompok kontrol setuju yaitu 65%, sedangkan pada sikap post setuju yaitu 75%, sehingga terjadi kenaikan sikap dari pre ke post. Nilai rata-rata pre sikap kelompok kontrol sebesar 36,40 naik menjadi 36,90 pada post, sehingga terjadi kenaikan ratarata sebesar 0,500. Analisis Bivariat 1. Perbedaan Rata-rata Pengetahuan antara Pre dengan Post pada Kelompok Eksperimen

Tabel 5. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pengetahuan Nilai Pre dengan Post pada Kelompok Eksperimen Mean SD T Pre Pengetahuan 6,60 2,137-15,286 0,000 Post Pengetahuan 10,00 1,947 Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa nilai t = -15,286 dan = 0,000, maka diambil keputusan menolak Ho dan menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan pre dengan post pada kelompok eksperimen. 2. Perbedaan Rata-rata Sikap antara Pre dengan Post pada Kelompok Eksperimen Tabel 6. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Sikap Nilai Pre dengan Post Pada Kelompok Eksperimen Variabel Mean SD t Pre Sikap 36,30 2,993-18,001 0,000 Post Sikap 45,85 2,796 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t = -18,001 dan = 0,000, maka diambil keputusan menolak Ho dan menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap pre dengan post pada kelompok eksperimen. 3. Perbedaan Rata-rata Pengetahuan antara Pre dengan Post pada Kelompok Kontrol Tabel 7. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pengetahuan Nilai Pre dengan Post Pada Kelompok Kontrol Variabel Mean SD t Pre Pengetahuan 6,55 2,564-0,224 0,825 Post Pengetahuan 6,60 2,521 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t = -0,224 dan = 0,825, maka diambil keputusan menerima Ho dan menolak Ha, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan pre dengan post pada kelompok kontrol. 4. Perbedaan Rata-rata Sikap antara Pre dengan Post pada Kelompok Kontrol Tabel 8. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Sikap Nilai Pre dengan Post Pada Kelompok Kontrol Variabel Mean SD t Pre Sikap 36,40 3,119-1,876 0,076 Post Sikap 36,90 3,370 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t = -1,876 dan = 0,076, maka diambil keputusan menerima Ho dan menolak Ha, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap pre dengan post pada kelompok kontrol. 5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflet dan Power Point terhadap Pengetahuan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Tabel 9. Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Model Leaflet dan Power Point terhadap Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pengetahuan Mean SD t Post Eksperimen 10,00 1,947 4,773 0,000 Post Kontrol 6,60 2,521 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t = 4,773 dan = 0,000, maka diambil keputusan menolak Ho dan menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri. 6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Leaflet dan Power Point terhadap Sikap tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri

Tabel 10. Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Model Leaflet dan Power Point terhadap Sikap Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Sikap Mean SD T Post Eksperimen 45,85 2,796 Post Kontrol 36,90 3,370 9,140 0,000 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t = 9,140 dan = 0,000, maka diambil keputusan Ho ditolak atau menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap sikap tentang penggunaan alat pelindung diri. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Hasil uji univariat menunjukkan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen tingkat pengetahuan responden masuk dalam kategori kurang, ini karena responden kelompok eksperimen belum mengetahui arti dari penggunaan alat pelindung diri. Setelah diberikan perlakuan pendidikan kesehatan tentang penggunaan alat pelindung diri pada responden kelompok eksperimen distribusi frekuensi pengetahuan pre responden kelompok eksperimen baik terdapat 5% meningkat menjadi 35% pada post, sehingga pada kelompok eksperimen terjadi kenaikan pengetahuan dari pre ke post. Sedangkan pada kelompok kontrol pengetahuan pre yang baik terdapat 10% tidak meningkat atau tetap 10%. Hasil di atas menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen, sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet dan power point terhadap peningkatan pengetahuan petani tentang penggunaan alat pelindung diri di desa Pangkalan, Karangrayung, Grobogan. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi pengetahuan dapat diperoleh dari pendidkan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dari kedua aspek tersebut yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahuai maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu. 2. Sikap Hasil uji univariat menunjukkan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen tingkat perubahan sikap responden masuk dalam kategori tidak baik, ini karena responden kelompok eksperimen belum mengerti pentingnya penggunaan alat pelindung diri. Setelah diberikan perlakuan pendidikan kesehatan tentang penggunaan alat pelindung diri pada responden kelompok eksperimen distribusi frekuensi sikap pre kelompok eksperimen sangat setuju 0% meningkat menjadi 20% pada post, sehingga pada kelompok eksperimen terjadi kenaikan sikap dari pre ke post. Sedangkan pada kelompok kontrol setuju sebanyak 65% menjadi 75%. Hal ini mengindikasikan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan sikap responden tentang penggunaan alat pelindung diri. Sikap merupakan reaksi atau respon yang tertutup terhadap obyek atau stimulus (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan respon yang tertutup pada seseorang pada stimulus atau obyek, serta melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan baik itu senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya. 3. Perbedaan Rata-rata Pengetahuan antara Pre dengan Post pada Kelompok Eksperimen Adanya perbedaan pengetahuan responden kelompok eksperimen dapat ditinjau dari nilai rata-rata sebesar 6,60 meningkat menjadi 10,00, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point tentang penggunaan alat pelindung diri pengetahuan responden meningkat. Materi pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan power point menjadikan responden semakin mudah mengerti dari materi yang diberikan. Proses pemberian dengan metode ceramah memungkinkan adanya komunikasi dua arah yaitu antara pemberi pendidikan kesehatan dan adanya pertanyaan dari responden menjadikan pengetahuan yang diberikan mudah dicerna. Oleh karena itu adanya peningkatan nilai kuisioner dari responden menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan antara pre dan post. Perbedaan pengetahuan juga dapat diketahui dari hasil uji statistik dengan menggunakan Paired Samples T-Test dengan diperolehnya nilai t = - 15,286 dan p = 0,0001, dan diperolehnya nilai mean sebesar -3,400. sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan pre dengan post pada kelompok eksperimen. Nilai mean sebesar -3,400 menunjukkan kemampuan pendidikan kesehatan menaikkan pengetahuan responden sebesar -3,400, sedangkan tanda negatif dapat disimpulkan bahwa mean pre lebih kecil dibandingkan mean post. 4. Perbedaan Rata-rata Sikap antara Pre dengan Post pada Kelompok Eksperimen Adanya perbedaan sikap responden kelompok eksperimen dapat ditinjau nilai rata-rata sebesar 36,30 menjadi 45,85, hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leafleat dan power point tentang penggunaan alat pelindung diri sikap responden meningkat.

Perbedaan sikap ini diperoleh setelah responden mendapatkan pendidikan kesehatan. Responden mengetahui pengetahuan yang baik dan benar kemudian oleh responden dipahami dan kemudian responden membandingkan dengan materi pendidikan kesehatan dengan di lapangan. Responden yang belum menggunakan alat pelindung secara baik dan benar, mulai timbul kesadaran untuk bersikap setuju menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar, keputusan ini diambil setelah membandingkan baik dan buruk dan kejadian di lapangan. Perbedaan sikap juga dapat diketahui dari hasil uji statistik dengan menggunakan Paired Samples T-Test dengan diperolehnya nilai t = -18,001 dan = 0,0001, maka diambil keputusan menolak Ho dan menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap pre dengan post pada kelompok eksperimen. Nilai mean sebesar -9,550 menunjukkan kemampuan pendidikan kesehatan meningkatkan sikap responden sebesar -9,550, sedangkan tanda negatif dapat disimpulkan bahwa mean pre lebih kecil dibandingkan mean post. 5. Perbedaan Rata-rata Pengetahuan antara Pre dengan Post pada Kelompok Kontrol Nilai rata-rata pengetahuan pada kelompok kontrol pre diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,55. Walaupun terdapat perbedaan nilai rata-rata pengetahuan antara pre dan post, namun hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre dan post pengetahuan, hal dibuktikan dengan diperolehnya nilai t sebesar -0,224 dan nilai sebesar 0,825. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian kemungkinan tidak terdapat perbedaan antara pre dan post pada kelompok kontrol disebabkan memang tidak diberikannya pendidikan kesehatan, sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pre dan post pengetahuan pada kelompok kontrol. Tanpa adanya pendidikan kesehatan membuat pengetahuan responden tentang penggunaan alat pelindung diri kurang atau rendah, mereka belum mengetahui cara menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar bahkan sebagian besar tidak menggunakan alat pelindung diri. 6. Perbedaan Rata-rata Sikap antara Pre dengan Post pada Kelompok Kontrol Nilai rata-rata sikap pada kelompok kontrol pre diperoleh nilai rata-rata sebesar 36,40. Walaupun terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap antara pre dan post, namun hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre dan post sikap, dibuktikan dengan diperolehnya nilai t sebesar -1,876 dan nilai sebesar 0,076. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian tidak terdapat perbedaan antara pre dan post pada kelompok kontrol disebabkan sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperolehnya, karena pada kelompok kontrol pendidikan kesehatan tentang penggunaan alat pelindung diri tidak diterapkan, menyebabkan tidak terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dari responden. 7. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Leaflet dan Power Point terhadap

Pengetahuan tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Uji pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t = 4,773 dan p = 0,0001, maka diambil keputusan menolak Ho dan menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri. Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sungkar, dkk (2010), diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan, sebanyak 64,2% warga memiliki pengetahuan yang kurang dan hanya 11,3% yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan warga meningkat tingkat pengetahuan baik menjadi 46,3% sedangkan tingkat pengetahuan kurang turun menjadi 13,7%. Uji statistik juga menunjukkan terdapat pengaruh secara bermakna (p = 0,0001) yang berarti pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan warga mengenai penggunaan alat pelindung diri. 8. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Leaflet dan Power Point terhadap Sikap tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Uji pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap sikap tentang penggunaan alat pelindung diri menggunakan Independent Sample T- Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t = 9,140 dan p = 0,0001, maka diambil keputusan Ho ditolak atau menerima Ha, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri. Menurut Azwar (2007) terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya ditandai norma-norma sebelumnya, sehingga norma tersebut berserta pengalaman dimasa lalu akan membentuk suatu sikap, bahkan bertindak. Dengan demikian sikap terbentuk setelah individu mengadakan internalisasi dari hasil. Seseorang menentukan sikap berdasarkan perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dianggap yang lebih berpengalaman, lebih ahli dan sebagainya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sungkar, dkk (2010), diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan, sebanyak 20 orang (57,2%) warga memiliki sikap kurang setuju dan hanya 4 orang (11,4)% yang setuju. Setelah diberikan penyuluhan sikap warga berubah menjadi setuju sebanyak 17 orang (48,6%), sikap kurang setuju turun menjadi 3 orang (8,6%). Uji statistik juga menunjukkan terdapat pengaruh secara bermakna (p = 0,0001) yang berarti pendidikan kesehatan dapat meningkatkan sikap

warga mengenai penggunaan alat pelindung diri. Simpulan 1. Ada perubahan tingkat pengetahuan dan sikap petani pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan alat pelindung diri menjadi meningkat. 2. Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan power point terhadap tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam penggunaan alat pelindung diri di desa Pangkalan, Karangrayung, Grobogan. Saran 1. Bagi masyarakat Hendaknya selalu mengikuti segala bentuk penyuluhan maupun pendidikan kesehatan yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan. Agar pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dapat meningkat sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Institusi pendidikan keperawatan, hendaknya membekali pula mahasiswanya dengan kemampuan menyampaikan materi kesehatan kepada masyarakat, sehingga kemampuan calon perawat yang nantinya menjadi nara sumber kesehatan di masyarakat dapat diemban dengan baik. 3. Bagi Peneliti Lain a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penggunaan alat pelindung diri. b. Dalam penelitian mengenai pengetahuan dan sikap, selain menggunakan instrumen kuesioner sebaiknya juga dilakukan observasi secara langsung terhadap responden supaya data yang didapat lebih akurat. 4. Bagi Profesi Keperawatan Dimasukkannya materi penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada penyuluhan kesehatan terutama bagi kelompok petani pada pengembangan asuhan keperawatan komunitas. DAFTAR PUSTAKA Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Azwar, S.A. 2008. Sikap dan Pengukurannya. Jakarta: Binarupa Aksaara. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 : Semarang. Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Kumala Sari, S. 1998. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Alat Pelindung Diri Pada Petani Penyemprot Hama di Desa Banjaranyar Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro. Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mubarak. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. bandung: Alfabeta. Tarwaka. 2008. Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Wudianto, R. 2002. Kampusskripsi. blogspot.com/2010/02/pengaruhpemakaian-alat-pelindung.html diakses pada 10 Mei 2014 pukul 21.45 WIB. Eko Agus Wibowo*: Mahasiswa S-1 Keperawatan FIK UMS Abi Muhlisin**: Dosen FIK UMS Sri Enawati**: Dosen FIK UMS