BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

dokumen-dokumen yang mirip
1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan. keanekaragaman budaya, suku dan agama. Hal ini terjadi sejak jaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun kolektif dalam kebudayaannya. etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya),

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Warga negara diartikan sebagai bagian dari suatu penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah. pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Papalia (2008) menganggap pernikahan sebagai tugas perkembangan

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DATA. A. Temuan Penelitian. Temuan penelitian berupa data lapangan yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Penelitian ini bermaksud mengkaji persepsi tentang diskriminasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

STUDI KASUS DESKRIPTIF PADA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA SUKU BATAK DI UNIVERSITAS TELKOM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu instansi atau organisasi Pemerintah Kota. (Kesbangpol dan Linmas) Kota Tanjungbalai memiliki tugas melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

KOMUNIKASI ANTARETNIK PADA MASYARAKAT MULTIETNIK DI KAWASAN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM KEHIDUPAN BERTETANGGA ABSTRAK

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

Holistic care and transcultural nursing

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS

I.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, sensitivitas terhadap perbedaan budaya dan perubahan demografis, memberi implikasi pada semakin pentingnya individu untuk melakukan komunikasi antarbudaya. Devito (2009: 32-33) mengemukakan bahwa kini setiap negara di dunia secara ekonomi saling bergantung satu sama lain sehingga kehidupan ekonomi kini bergantung pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang berbeda budaya. Di samping itu, munculnya sensitivitas terhadap perbedaan budaya mendorong seseorang kini cenderung untuk mengatakan hal-hal yang benar dan mengembangkan masyarakat dimana setiap budaya dapat hidup berdampingan dan memperkaya satu sama lain. Demikian juga dengan perubahan demografis, adanya perbedaan ras, suku, agama dan latar belakang sosial mendorong individu dengan kebiasaan antar pribadi yang berbeda untuk beradaptasi dan berkomunikasi tidak hanya dengan orang yang memiliki kesamaan. Indonesia merupakan negara multikultur yang memiliki populasi dengan keanekaragaman suku, agama dan budaya. Berdasarkan data hasil sensus 1

penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, Indonesia tercatat memiliki penduduk berjumlah 237.641.326 orang dan terbagi ke dalam 31 suku besar, baik suku asli Indonesia (pribumi) maupun suku pendatang (Tionghoa, Asing). Melihat data tersebut, dalam masyarakat, organisasi atau institusi, maupun kelompok, setiap individu akan menemui situasi komunikasi antarbudaya. Dalam situasi masyarakat yang majemuk ini, potensial konflik mudah muncul, sebagai contoh kasus tindakan diskriminatif yang dialami oleh etnis Tionghoa pada Mei 1998 di Jakarta. Peristiwa tersebut merenggut 1.217 nyawa (Tribun News, 23 Desember 2012). Tidak hanya merenggut nyawa, aspek paling kontroversial dari kerusuhan Mei 1998 adalah kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan etnis Tionghoa (Kompas.com, 15 Mei 2008). Munculnya konflik dalam komunikasi antarbudaya di Indonesia lebih disebabkan oleh adanya stereotipe, prasangka (prejudice), etnosentrisme dan juga kurangnya kompetensi komunikasi antarbudaya. Stereotipe merupakan bentuk kompleks dari pengelompokan yang secara mental mengatur pengalaman seseorang dan mengarahkan sikap seseorang dalam menghadapi orang tertentu (Samovar, 2010: 203). Stereotipe yang bersifat negatif menjadi penyebab munculnya konflik. Martin dan Nakayama (2008: 53) menjelaskan bahwa stereotipe negatif berkembang karena adanya pengalaman negatif antara seorang dengan orang tertentu, sehingga orang tersebut menyamaratakan ketidaknyamanannya pada semua anggota kelompok tertentu. 2

Lebih lanjut, Samovar (2010: 207-214) mendefinisikan prasangka (prejudice) sebagai perasaan negatif yang dalam terhadap kelompok tertentu dan etnosentrisme sebagai pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul daripada budaya orang lain dan pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkan standar budaya seseorang. Etnosentrisme negatif tidak hanya menganggap budayanya lebih unggul, namun juga membuat seseorang memandang rendah budaya orang lain. Di samping itu, kurangnya kompetensi komunikasi antarbudaya juga menjadi penyebab munculnya konflik. Menurut Samovar (2010: 460-461), kompetensi komunikasi antarbudaya adalah perilaku yang pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu. Motivasi untuk berkomunikasi, pengetahuan yang cukup mengenai budaya, kemampuan komunikasi yang pantas, sensitivitas dan karakter merupakan beberapa komponen kompetensi komunikasi antarbudaya mempengaruhi seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang yang berbeda budaya sehingga menghindari munculnya konflik komunikasi antarbudaya. Lewis dan Slade (dalam Darmastuti, 2013: 68-70) menambahkan bahwa perbedaan bahasa, perbedaan nilai, dan perbedaan pola perilaku budaya juga menjadi kendala dalam komunikasi antarbudaya. Perbedaan bahasa membuat perbedaan makna dari simbol yang digunakan dalam sebuah bahasa. Perbedaan nilai juga menjadi kendala, karena pada dasarnya setiap budaya memiliki nilainya masing-masing, namun terkadang nilai suatu budaya tidak dapat dimengerti dan diterima oleh budaya lain. Selain itu, ketidakmampuan masyarakat dalam 3

memahami dan menerjemahkan pola perilaku budaya yang dimiliki oleh masyarakat budaya lain juga menjadi kendala dalam komunikasi antarbudaya. Universitas Multimedia Nusantara sebagai institusi pendidikan memiliki mahasiswa yang terdiri dari komunitas yang berbeda budaya dan berbagai etnis, baik Jawa, Sunda, Padang, Manado, Papua, Tionghoa dan masih banyak lagi. Mereka hidup dengan cara-cara yang dimiliki oleh etnis mereka masing-masing yang berbeda satu sama lain. Keberagaman situasi budaya dan etnis di Universitas Multimedia Nusantara memungkinkan mahasiswa untuk tidak hanya berkomunikasi dengan mahasiswa yang memiliki budaya dan etnis yang sama. Situasi demikian kerap kali menimbulkan persoalan dalam interaksi dan komunikasi. Seperti yang telah diuraikan di atas, menurut Samovar, persoalan komunikasi antarbudaya umumnya disebabkan oleh adanya stereotipe, prasangka (prejudice), etnosentrisme dan kurangnya kompetensi komunikasi antar budaya. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh penulis, mahasiswa di Universitas Multimedia Nusantara yang memiliki keanekaragaman budaya masih mengalami persoalan-persoalan dalam komunikasi antarbudaya. Menurut penuturan beberapa mahasiswa, masih terdapat kesenjangan komunikasi khususnya antara mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa di Universitas Multimedia Nusantara. Persoalan komunikasi antarbudaya tersebut muncul karena adanya prasangka dan stereotip negatif. 4

Mahasiswa etnis non-tionghoa merasa bahwa mahasiswa etnis Tionghoa kerap kali menunjukkan rasa tidak suka pada mahasiswa etnis non-tionghoa. Perilaku mahasiswa etnis Tionghoa membuat mahasiswa etnis non-tionghoa menjadi minder dan mengambil keputusan untuk tidak terlalu berbaur dengan mahasiswa etnis Tionghoa. Di sisi yang lain, mahasiswa etnis Tionghoa masih ada yang mengakui bahwa mereka merasa lebih nyaman untuk berteman dan berkumpul dengan mahasiswa etnis Tionghoa lainnya, ada juga yang merasa bahwa mahasiswa etnis non-tionghoa lah yang kurang mau berbaur dengan mahasiswa etnis Tionghoa. Berdasarkan uraian di atas, fenomena ini penting dan menarik untuk dikaji karena persoalan komunikasi antarbudaya masih menjadi persoalan yang sangat penting dan bahwa sampai saat ini pun komunikasi dan interaksi antar etnis Tionghoa dan etnis non-tionghoa dalam segala konteks, baik dalam masyarakat, organisasi, komunitas yang kecil maupun dalam hubungan antar individu masih seringkali terjadi pergesekan-pergesekan atau konflik, khususnya yang disebabkan oleh kecemburuan sosial dan ekonomi, sensitivitas terhadap perbedaan sosial, prasangka dan stereotip, meskipun konflik tersebut tidak terlihat. Sibuarian (2010: 3) mengatakan bahwa rentetan konflik di Indonesia yang melibatkan etnis Tionghoa sebenarnya sudah dimulai sejak masa penjajahan, dekade kedua abad 20an, yaitu tahun 1912 dan 1918. Pada masa Indonesia merdeka pun kerusuhan masih sering terjadi dan melibatkan etnis Tionghoa sebagai pihak yang menjadi korban. Darini (2009: 2) menambahkan adanya sentimen anti-cina (Tionghoa) bermuara pada kekerasan yang dilakukan terhadap 5

etnis Cina (Tionghoa) di Indonesia tidak terlepas dari sentimen sosial dan kesenjangan ekonomi. Persaingan ekonomi menjadi salah satu akar ketegangan antara etnis Tionghoa dengan etnis non-tionghoa. Pergesekan juga terjadi karena adanya prasangka-prasangka yang hidup dalam masyarakat etnis non-tionghoa bahwa etnis Tionghoa hidup secara eksklusif dan memiliki sifat oportunis. Selain itu, kurang berterimanya masyarakat Indonesia untuk menempatkan etnis Tionghoa sebagai etnis yang sejajar dengan etnis asli disebabkan karena faktor kecemburuan sosial (Sibuarian, 2010: 4) Dengan melihat fenomena tersebut dan juga tuntutan akan adaptasi budaya semakin berkembang, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai strategi adaptasi komunikasi antarbudaya mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma post-positivisme untuk memaparkan dan mendeskripsikan teori yang ada, melalui paradigma postpositivisme juga peneliti diwajibkan untuk memverifikasi teori. Peneliti juga menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk meneliti sesuatu secara mendalam melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya dengan tujuan untuk mengetahui strategi adaptasi komunikasi antarbudaya mahasiswa etnis Tionghoa dan etnis non-tionghoa. 6

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa saja aspek perbedaan dalam komunikasi yang melatari proses komunikasi dan interaksi antara mahasiswa etnis Tionghoa dan non- Tionghoa? 2. Apa saja hambatan atau problematika komunikasi yang dimiliki oleh mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa? 3. Bagaimana strategi adaptasi komunikasi antarbudaya mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui aspek perbedaan dalam komunikasi yang melatari proses komunikasi dan interaksi antara mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa. 2. Untuk mengetahui hambatan atau problematika komunikasi yang dimiliki oleh mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa 3. Untuk mengetahui strategi adaptasi komunikasi antarbudaya mahasiswa etnis Tionghoa dan non-tionghoa. 7

1.4. Manfaat Penelitian Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembacanya, baik manfaat akademis maupun manfaat praktis. 1.4.1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih atau kontribusi bagi pengembangan teori komunikasi antarbudaya, khususnya kajian teori akomodasi komunikasi yang terkait dengan strategi adaptasi komunikasi antarbudaya antar etnis Tionghoa dan non-tionghoa. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan bagi mahasiswa terutama mahasiswa yang berbeda etnis dalam melakukan komunikasi antarbudaya sehingga diharapkan persoalanpersoalan komunikasi antarbudaya tidak lagi terjadi. 8