BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Sistem Akuntansi Penjualan Pada ZMH Textile Bandung

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Piutang Dagang TRADE RECEIVABLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan

CASH and RECEIVABLES

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II KAJUAN PUSTAKA. Menurut Amin Widjaja (1995 : 83) Prosedur adalah sekumpulan bagian

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PIUTANG. Slide 4-1. Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Modul ke: Receivables. Fakultas FASILKOM. Ermian Challen, SE,Ak.,M.Ak. Program Studi Sistem Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung

BAB II LANDASAN TEORI. dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maksimal.laba yang maksimal diperoleh melalui peningkatan penjualan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

BAB XIV AKUNTANSI PIUTANG

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT ANUGERAH JASA AUTOMOTIVE DI MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuan dituntut

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi Al-Haryono Jusup (2001:4-5)

DASAR AKUNTANSI 2 ACCOUNTING FOR RECEIVABLES

BAB II KAJIAN TEORITIS. Azhar Susanto (2007:24), sistem adalah kumpulan atau grup dari sub sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicairkan menjadi kas oleh bank, dijual atau dipakai habis dalam waktu satu

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidaktidaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual barang dan jasa yang dihasilkan. Penjualan barang dan jasa dapat

Pertemuan ke-v AKUNTANSI PIUTANG AKUNTANSI PAJAK. Iwan Efriandy, SE.,M.Si.Ak.CA

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

Selain itu beliau menyoroti manajemen dari sudut pandang sebagai berikut :

Afifudin, SE., M.SA.,Ak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-unsur Pengendalian Intern. Adapun pengertian pengendalian intern yang diberikan oleh Mulyadi (2001 : 163)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada moral biaya, jika sebaliknya yaitu moral biaya atau beban lebih besar dari

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Pada Unit Bisnis Infrastruktur PT PLN Batam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

1. ACCOUNT RECEIVABLE (PIUTANG DAGANG)

PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL

Pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi :

BAB II LANDASAN TEORI. untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan aset yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Piutang usaha 1. Pengertian Piutang usaha Piutang usaha (Account Receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar penjualan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak pruduk atau jasa. adapun beberapa pengertian piutang yang lain yaitu sebagai berikut: Piutang adalah klaim terhadap pelanggan atau pihak-pihak lainnya atas uang, barang atau jasa (Kieso, dkk. 2007:318) Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang kepada pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya (Warren, dkk. 2006:404) Piutang merupakan klaim atas uang, barang dan jasa yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai (Kas) (Skousen, dkk. 2004:513) Piutang adalah penagihan yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 2011:19). Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa dalam satu siklus kegiatan normal perusahaan. 7

Menurut Mulyadi (2002 : 87) Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang pada umumnya disajikan dineraca dalam dua kelompok, piutang usaha dan piutang non usaha. Menurut Skousen (2004 : 479) secara umum, istilah piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi untuk tujuan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai atau kas. Piutang usaha pada umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal perusahaan atau entitas, yaitu penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable). Piutang usaha umumnya merupakan jumlah yang material di neraca bila dibandingkan dengan piutang non usaha. Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak ke tiga, seperti misalnya piutang kepada piutang usaha kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga. Piutang non usaha biasanya disajikan di neraca secara terpisah. Jika piutang non usaha tersebut diharapkan akan tertagih dalam jangka 8

waktu satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini di klasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Penyajian piutang di neraca menurut mulyadi (2002 : 88) a. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang di perkirakan dapat di tagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha di sajikan di dalam neraca dalam jumlah bruto di kurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang. b. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih (netto). c. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di neraca. d. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar. e. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha. 2. Akuntansi Piutang Usaha Transaksi yang mempengaruhi piutang usaha merupakan bagian dari siklus pendapatan. Siklus pendapatan tersebut adalah transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada pelanggan, transaksi retur penjualan, transaksi penerimaan kas dari debitur, dan transaksi penghapusan piutang. Transaksi-transaksi tersebut dicatat ke dalam jurnal sebagai berikut. a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada pelanggan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Piutang usaha xxx Penjualan/pendapatan jasa xxx 9

b. Transaksi retur penjualan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Retur penjualan xxx Piutang usaha xxx c. Transaksi penerimaan kas dari debitur. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah Kas xxx Piutang usaha xxx d. Transaksi penghapusan piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Cadangan piutang usaha xxx Piutang usaha xxx 3. Jenis- Jenis Piutang Banyak perusahaan melakukan penjualan secara kredit agar dapat menjual produk atau jasa, transaksi ini dapat diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Dalam prakteknya dikenal dua jenis piutang yaitu piutang dagang dan piutang wesel. Menurut Haryono Jusuf dalam bukunya Dasardasar Akuntansi menyebutkan bahwa: Uraian jenis-jenis piutang adalah sebagai berikut: a. Piutang Dagang Umumnya berjangka kurang dari satu tahun, oleh karena itu piutang dagang dalam neracadilaporkan sebagai aktiva lancar. Selain itu jumlah rupiah yang dimasukkan sebagai piutang dagang harus dapat ditagih dalam waktu normal yang tercermin dalam termin penjualan 2/30, n/30, maka piutang 10

yang timbul diharapkan akan dapat diterima dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak transaksi penjualan terjadi b. Piutang Wesel Lebih formal bila dibandingkan dengan piutang dagang, debitur (pihak yang membayar) dalam piutang wesel membuat suatu janji tertulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang dalam surat perjanjian tersebut pada waktu tertentu dimasa yang akan datang. Jangka waktu wesel bisa bermacam macam tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari. Piutang wesel yang berjangka waktu satu tahun atau kurang dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi bila jangka waktunya melebihi 1 tahun maka diperlakukan sebagai piutang jangka panjang. c. Piutang lain-lain Terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk ke dalam piutang dagang maupun piutang wesel. Dalam kategori ini termasuk didalamnya piutang terhadap karyawan perusahaan dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan. Pada umumnya piutang semacam ini termasuk piutang jangka panjang. 4. Penilaian piutang Usaha Secara teori, semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa mendatang. Oleh karena piutang usaha berjangka pendek, biasanya ditagih dalam 30 hingga 90 hari, bunganya akan relatif lebih kecil dari jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari penilaian piutang usaha pada nilai sekarang yang di diskontokan, piutang dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini berarti piutang usaha harus di catat sebagai jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih dan potongan dagang. Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benarbenar diperkirakan dapat diterima secara tunai. 11

Menurut reeves (2001 : 327) Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Metode penyisihan (allowance method) membuat beban piutang tak tertagih dimuka sebelum piutang tersebut dihapus. Prosedur lain yang dinamakan dengan metode penghapusan langsung (direct write of method), mengakui beban hanya pada saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi. 5. Pengakuan Piutang Usaha Untuk menjelaskan persepsi dari seorang pelanggan tentang piutang yang mana melibatkan harga potongan atau diskon diperlukan adanya realitas atau kenyataan dari harga pertukaran (dari jumlah tertentu dari debitur) yang dibuktikan dengan penyertaan beberapa dokumen. Menurut kieso dalam bukunya Intermediate Accounting yang diterjemahkan oleh Thompson Learning menyebutkan bahwa : Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran ( The Exchance Price) adalah jumlah yang terhutang dari debitur dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur (Invoice). Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah (1) ketersediaan diskon dan (2) lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran. Diskon dagang, biasanya dikutip sebagai harga persentase, praktek umumnya adalah mengurangi diskon dagang dari daftar harga dan kemudian menagih harga bersihnya. Sedangkan diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk istilah 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayar dalam 10 hari dalam sebulan) 6. Piutang Tak Tertagih Di samping memperoleh manfaat dari penjualan yang dilakukan secara kredit seperti meningkatnya pendapatan penjualan dan laba, 12

perusahaan juga biasanya menanggung beban operasi atas adanya piutang tak tertagih. Hal ini biasa timbul dari kegagalan perusahaan memperoleh pembayaran dari para pelanggan. Adapun tiga variabel penting dalam proses collection (penagihan) yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan, yaitu: Kemampuan membayar piutang Itikad baik untuk membayar piutang Kondisi perekonomian Dalam menentukan kapan piutang usaha menjadi tak tertagih, tidak ada satu pun ketentuan umum yang dapat digunakan. Karena pada kenyataannya seorang customer gagal untuk mambayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti utang-utang tersebut tidak tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian / seluruh piutang. Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya penagihan setelah dilakukan beberapa kali usaha. Adapun metode akuntansi untuk mencatat dan melaporkan beban piutang tak tertagih menurut Kieso &Weydgant adalah sebagai berikut: 1. Metode Penyisihan (Allowance Method) Metode ini disebut juga metode tidak langsung. Dalam metode ini perusahaan. Metode ini akan menggunakan akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang memiliki saldo normal di kredit. Akun ini merupakan contra account asset yang memperlihatkan kemungkinan klaim piutang tak tertagih di masa depan. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih ini adalah : 13

Bad Debt Expense (Dr) xxx Account Receivable (Cr) xxx Ada 2 cara untuk mengestimasi jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih, yaitu : 1. Persentase Penjualan Pendekatan ini bertujuan untuk melaporkan piutang usaha di neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan, pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan Laba / Rugi. Melalui pendekatan ini debitur telah menentukan perkiraan (melakukan estimasi ) berapa persen dari penjualan yang tidak dapat ditagih (Uncollectible Receivables). Pendekatan ini tepat digunakan jika customer memiliki sejarah yang baik mengenai kredit macet dengan penjualan kredit tahun sebelumnya. Jurnal untuk pendekatan penjualan adalah : Bad Debt Expense (Dr) xxx Allowance For Doubful Accounts (Cr) xxx 2. Persentase Piutang Pendekatan ini melihat menggunakan Analisis Umur Piutang (Aging Schedule) Salah satu cara perusahaan dalam mengontrol piutangnya dengan menggunakan aging schedule, yaitu daftar piutang usaha yang di dalammnya berisi saldo piutang usaha, nama pelanggan beserta umur piutang usaha. Dengan menggunakan cara ini, perusahaan dapat menganalisis piutangnya dan mengelompokkannya menurut lamanya piutang tersebut beredar. Semakin lama piutang 14

tersebut beredar semakin kecil kemungkinan piutang tersebut tertagih, perusahaan dapat menentukan umur piutangnya berdasarkan tanggal jatuh temponya. Estimasi persentase untuk piutang yang tidak dapat ditagih dapat berbeda-beda sesuai dengan kategori umur piutang berdasarkan pengalaman masa lalu. Biasanya umur piutang usaha di kelompokkan menurut jumlah hari dibawah 60 hari, 60 90 hari, 91 120 hari, diatas 120 hari. Jurnal untuk pendekatan piutang adalah : Bad Debt Expense (Dr) xxx Allowance For Doubful Accounts (Cr) xxx 2. Metode Langsung (Direct Write off Method) Perusahaan akan menerapkan metode langsung jika piutangnya sudah pasti tidak akan tertagih. Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan mendebet akun beban piutang tak tertagih (uncollectible account expense) dan mengkredit akun piutang usaha (account receivable). Bad Debt Expense (Dr) xxx Account Receivable (Cr) xxx Metode ini digunakan apabila : - Perusahaan kesulitan dalam mengestimasi jumlah piutang tak tertagih secara wajar. - Jumlah customer yang dimiliki perusahaan relatif kecil. 15

7. Penghapusan Piutang Metode Direct Write-off dan allowance merupakan metode yang digunakan dalam menentukan besarnya penyisihan piutang tak tertagih. Persentase atas nilai tersebut merupakan estimasi manajemen perusahaan atas kemungkinan kerugian akibat tidak terbayarnya piutang perusahaan. Bila debitur bangkrut atau dinyatakan pailit, sudah pasti piutang perusahaan tidak dapat ditagih. Untuk menangani hak tersebut, perusahaan harus menghapuskan piutang dan menghilangkan akun penyisihan piutang tak tertagih atas piutang yang jelas-jelas tidak dapat ditagih. Jurnal penghapusan piutang adalah : Allowance For Doubful Accounts (Dr) xxx Account Receivables (Cr) xxx Bila suatu ketika perusahaan menerima pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan, hal itu merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan harus memunculkan kembali piutang yang sebelumnya dihapuskan dan kemudian menghapus piutang tersebut karena telah dibayar. Jurnal atas piutang yang sebelumnya dihapuskan dan saat ini dibayar adalah : 1. Piutang Usaha (Dr) xxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Cr) xxx 2. Kas / Bank (Dr) xxx Piutang Usaha (Cr) xxx 16

8. Pengendalian Internal atas Piutang Usaha Masalah untuk meminimalkan piutang usaha tanpa harus kehilangan bisnis yang diinginkan adalah hal yang penting. Piutang seringkali tidak menghasilkan pendapatan bunga, dan biaya yang timbul dari piutang tersebut harus ditutupi oleh margin laba. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Stice, Stice, dan Skousen (2004) dikatakan bahwa semakin lama suatu piutang dimiliki tanpa adanya bunga yang dihasilkan, semakin kecil persentase pengembalian yang direalisasi atas modal yang diinvestasikan (p.487). Dari hal di atas, maka perlu ada pengendalian internal atas piutang.beberapa aspek dari pengendalian internal yang baik atas piutang menurut Firdaus A. Dunia (2005) adalah sebagai berikut : 1) Mencocokkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi penjualan (operasi) dari fungsi akuntansi untuk piutang. Dengan demikian pegawai yang menangani akuntansi untuk piutang usaha dan wesel tagih tidak boleh dilibatkan dengan aspek operasi seperti menyetujui kredit. 2) Pegawai yang menangani akuntansi piutang harus dipisahkan dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang. 3) Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan, dan penghapusan piutang harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. 4) Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (accountreceivables subsidiary ledger). Total dari saldo-saldo buku tambahan ini harus dicocokkan dengan buku besar yang 17

bersangkutan, paling tidak sebulan sekali. Di samping itu, pada akhir bulan para pelanggan (debitur) harus dikirimkan surat pernyataan piutang bulanan (monthly statement of account). 5) Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umumnya (aging schedule). Dalam Pernyataan Standar Akntansi Keuangan No.23 ruang lingkup pendapatan di bagi menjadi : 1. Penjualan Barang Barang meliputi barang yang di produksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali. 2. Penjualan Jasa Menyangkut pelaksanaan tugas yang telah disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. 3. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan pendapatan : a. Bunga yaitu pembebanan untuk menggunakan kas atau setara dengan kas atau jumlah terutang oleh entitas. b. Royalty yaitu menggunakan asset jangka panjang entitas, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan piramti lunak komputer. c. Deviden yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu. Aktivitas PT. Kencana Unggul Sukses adalah perusahaan bergerak di bidang properti atau developer yang menyebabkan jumlah piutang 18

usaha yang tinggi. Piutang usaha tersebut harus berjalan lancar, dalam hal ini dapat di tagih sesuai dengan jangka waktunya, maka piutang usaha ini harus di kelola dengan baik. Kerangka penelitian di atas menggambarkan bahwa penelolaan piutang usaha dilakukan melalui pengelolaan atas piutang usaha, sehingga di harapkan dengan adanya pengelolaan piutang usaha akan meningkatkan kinerja aktivitas perusahaan. Pengelolaan Piutang Usaha yang efektif adalah pengaturan piutang usaha menyeimbangkan antara : a. Usaha- usaha untuk mencegah piutang tak tertagih dan piutang lewat jatuh tempo guna memenuhi kecukupan kan di satu sisinya; b. Usaha- usaha untuk meningkatkan penjualan, dengan memberikan pengalaman yang nyaman bagi costumer dan menyediakan termin pembayaran yang kompetitif di lingkungan bisnis secara luas di sisi lainnya. ( JAK (Jurnal Akuntansi Keuangan) ). B. Penjualan Penjualan merupakan sesuatu (barang atau jasa) dari suatu pihak kepada pihak lainnya dengan mengharapkan ganti uang dari pihak tersebut. Penjualan juga merupakan suatu sumber pendapatan perusahaan, semakin besar penjualan maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh perusahaan. 19

1.1 Pengertian Penjualan Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan karena jika aktivitas penjualan produk maupun jasa tidak dikelola dengan baik maka secara langsung dapat merugikan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena sasaran penjualan yang diharapkan tidak tercapai dan pendapatan pun akan berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pengertian penjualan itu sendiri adalah sebagai berikut: Pengertian penjualan menurut Hendri Simamora dalam buku Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis menyatakan bahwa: Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa (Hendri Simamora, 2000 : 24) Pengertian penjualan menurut Chairul Marom dalam buku Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang menyatakan bahwa : Penjualan artinya penjualan barang dagangan sesuai usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur (Chairul Marom, 2002, 28). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati. 20

1.2 Klasifikasi Transaksi Penjualan Ada beberapa macam transaksi penjualan menurut La Midjan dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi I dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Penjualan Tunai 2. Penjualan Kredit 3. Penjualan Tender 4. Penjualan Ekspor 5. Penjualan Konsinyasi 6. Penjualan Grosir (La Midjan, 2001 : 170) Menurut pengetian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Penjualan Tunai Penjualan Tunai adalah penjualan yag bersifat cash and carry pada umumnya terjadi secara kontan dan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dianggap kontan. b. Penjualan Kredit Penjualan Kredit adalah penjualan yang tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan. c. Penjualan Tender Penjualan Tender adalah penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur. d. Penjualan Ekspor Penjualan Ekspor adalah penjualan yang dilaksanakan oleh pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang tersebut. 21

e. Penjualan Konsinyasi Penjualan Konsinyasi adalah penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli f. Penjualan Grosir Penjualan grosir adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang grosir atau eceran. Dari uraian diatas penjualan memiliki bermacam-macam transaksi penjualan yang terdiri dari : penjualan tunai, penjualan kredi, penjualan tender, penjualan konsinyasi, penjualan ekspor, serta penjualan grosir. 1.3Dokumen-Dokumen Penjualan Dokumen-dokumen menurut La Midjan dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi I antara lain sebagai berikut: 1. Order Penjualan Barang (Sales Order) 2. Nota Penjualan Barang 3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order) 4. Faktur Penjualan (Invoice) 5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Ship) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal) (La Midjan, 2001 ; 183) Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut; 1. Order Penjualan Barang (Sales Order) Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan. 2. Nota Penjualan Barang Merupakan catatan atau bukti transaksi penjualan yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokemen bagi pelanggan. 22

3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order) Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada pelanggan setelah adanya pencocokkan rangkap slip. 4. Faktur Penjualan (Invoice) Dokumen yang menunjukkan jumlahyang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukkan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya. 5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal) Dapat disimpulkan bahwa dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: Order Penjualan Barang, Nota Penjualan Barang, Perintah Penyerahan Barang, Faktur Penjualan, Surat Pengiriman Barang dan Jurnal Penjualan. 1.4 Bagian-Bagian Penjualan Menurut Krismiaji dalam bukunya Sistem Informasi Akntansi menyatakan bahwa bagian-bagian penjualan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Bagian Penjualan 2. Bagian Kredit 3. Bagian Gudang 4. Bagian Pengiriman 5. Bagian Penagihan (Krismiaji, 2002 : 275) Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 23

1. Bagian Penjualan Adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli dan membuat surat order penjualan atas dasar surat pesanan tersebut. 2. Bagian Kredit Adalah atas dasar surat pesanan dari pembeli yang diterima dibagian penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan memeriksannya ke bagian gudang. 3. Bagian Gudang Adalah bagian gudang yang bertugas untuk menyimpan persediaan baran dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim kepada pembeli. 4. Bagian Pengiriman Adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan. 5. Bagian Penagihan Adalah bagian ini bertugas untuk membuat faktur penjualan dan kemudian didistribusikan kepada: a. Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan b. Rangkap kedua diberikan kepada bagian piutang c. Rangkap ketiga diarsipkan brdasarkan nomor urut bersamaam dengan surat order penjualan 24

Dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian penjualan terdiri dari: Bagian Penjualan, Bagian Kredit, Bagian Gudang, Bagian Pengiriman, dan Bagian Penagihan. 1.5 Tujuan Penjualan Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu Swastha dalam bukunya Manajemen Penjualan, yaitu: 1. Mencapai volume penjualan tertentu. 2. Mendapat laba tertentu. 3. Menunjang pertumbuhan perusahaan. (Basu Swastha, 2005;404) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan, mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu perusahaan. 1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha dalam buku Manajemen Penjualan antara lain sebagai berikut: 25

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual 2. Kondisi pasar 3. Modal 4. Kondisi Organisasi Perusahaan 5. Faktor-Faktor Lain. (Basu Swastha, 2005;406) Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kondisi dan Kemampuan Penjual Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah: a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan b. Harga produk atau jasa c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman 2. Kondisi Pasar Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. 3. Modal Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya. 4. Kondisi Organisasi Perusahaan Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan. 26

5. Faktor-faktor lain Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain. 1.7 Proses Penjualan Menurut Basu Swastha dalam buku Manajemen Penjualan menyebutkan beberapa tahapan penjualan, yaitu: 1. Persiapan Sebelum Penjualan 2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial 3. Pendekatan Pendahuluan 4. Melakukan Penjualan 5. Pelayanan Sesudah Penjualan. (Basu Swastha, 2005;410) Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan Sebelum Penjualan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. 27

2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan. 3. Pendekatan Pendahuluan Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya. 4. Melakukan Penjualan Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli. 5. Pelayanan Sesudah Penjualan Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, 28

melakukan penjualan, dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan C. Hasil Penelitian Sebelumnya No Peneliti JudulObyek Penelitian Hasil Penelitian 1 Nasution Analisis kebijakan (2003) piutang pada PT. Perkebunan NusantaraIII (Persero) 2 Putri (2005) Pengaruh kebijakan piutang terhadap tingkat likuiditas dan rentabilitas usaha pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk divisi regional I 3 A.Musliha M (2009) Analisis sistem pengendalian piutang pada PT. PLN (Persero) Penelitian ini membuktikan bahwa dengan menggunakan aktivitas tingkat perputaran piutang usaha, efektifitas pengelolaan piutang usaha suatu perusahaan tercermin dalam angka rasio perputaran piutang usaha yang diperoleh berarti semakin baik, karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat dan tepat waktu. Menunjukkan bahwa piutang usaha berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Bahwa sudah optimal dalam menerapkan sistem pengendalian piutang 29

4 Ria Agustina (2009) wilayah sultan batara Cab. Makassar Analisis efektivitas manajemen piutang pada PT. Unitex, Tbk. untuk mengurangi jumlah piutang yang tidak tertagih. Bahwa pengelolaan kurang baik, tergambar pada hasil analisis rasio keuangan 5 Dian Hartati Analisis pengendalian (2009) intern piutang usaha pada PT. MSI Medan 6 Ilham (2011) Analisis sistem pengendalian dan efektvitas pengelolaan piutang pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cab. Makassar. Bahwa unsur pengendalian intern aktivitas pengendalian kurang efektif, sedangkan unsur lingkungan pengendalian, informasi, komunikasi, serta unsur pengawasan telah efektif. Bahwa kurang optimalnya dan efektif dalam mengelola dan mengendalikan piutang usaha. D. Kerangka Pemikiran Kerangka konseptual merupakan kelanjutan dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Ada 2 variabel dalam penelitan ini yaitu yang pertama yang menjadi variabel independen (X) adalah Pengelolaan Piutang Usaha sedangkan variabel dependen (Y) adalah Penjualan Kredit. 30

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengelolaan Piutang Usaha (X) Penjualan Kredit (Y) 31