ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Keyword: subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

: work temperature, acclimatization status, heat stress, street vendor

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Taufiq Abdullah J

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANA DI BAGIAN PENGEPAKAN DAN PELINTINGAN DI PT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

BAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.

SKRIPSI SYLVIA ANJANI NIM. D

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJAAN PENGUKURAN TANAH MENGGUNAKAN ALAT TEODOLIT

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

FAKTOR DOMINAN YANG BERPENGARUH TERHADAP MUNCULNYA KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT TEKANAN PANAS PADA TENAGA KERJA DI PT. IGLAS (PERSERO) TAHUN 2013

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KONSUMSI AIR MINUM DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT TEKANAN PANAS PADA PEKERJA PANDAI BESI DI DESA BANTARAN PROBOLINGGO

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

ANALISIS HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA DI CATERING HIKMAH FOOD SURABAYA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitan Manfaat. Penelitian...

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA KARYAWAN TERPAPAR IKLIM KERJA MELEBIHI NAB ( STOCK YARD

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG TAHUN 2013

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

KORELASI IKLIM KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK BATI-BATI KALIMANTAN SELATAN

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Keywords: subjective complain, respiratory, RPU, air quality

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN PEMBAKARAN DI PEMBUATAN BATU BATA KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG 2015 Adityo Totok Endargo* ), Eko Hartini** ) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No 5-11 Semarang Email : aditlucu0207@gmail.com ABSTRACT Background: Heat pressure can be explained as combination of heat produce by workers body, work weather which combination of temperature, humidity, air changing, and radiation of heat. Based on the initial survey to the worker exposed by heat pressure in burning bricks of Penggaron Kidul village complained that exhausted, dehydration, produce more sweat, headache and queasy. The study purposed to analyze factors correlated to subjective grievance on burning bricks workers in Penggaron Kidul village sub-district of Pedurungan Semarang. Method:The study used survey method by cross sectional approach and measured of heat pressure by quest temp. This study was explanatory research with sample was 34 respondents. Result: Result showed that heat pressure was 32 Celsius degree with work pressure medium category to high pressure category, average of the respondents has normal body index, acclimatization by drunk one glass of water every 20 to 30 minutes, average ages was 40 years old, has no consume hypertension medicine and health condition was good. There was correlation between heated pressured, acclimatization to subjective grievance on burning bricks workers. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every 20-30 minutes after drink mineral water. Keywords : heat pressure, subjective grievance, bricks, ISBB

PENDAHULUAN Lingkungan kerja sering sangat tidak membantu untuk upaya mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Suhu, kelembaban, dan ventilasi udara di tempat kerja menyebabkan suhu efektif berada diluar zona yang biasa untuk memfasilitasi kemudahan dan kenyamanan kerja bahkan merupakan tekanan panas sebagai beban tambahan yang berat bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Tekanan panas diartikan gabungan dari produksi panas oleh tubuh tenaga kerja itu sendiri, iklim (cuaca) kerja yang merupakan kombinasi dari suhu, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi. 1 Pengaruh suhu panas dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti: heat cramps (kejang panas), heat syncope, heat exhaustion (penat panas), heat strok (pukulan panas), dan miliaria. 1 Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada 6 pemilik usaha pembuatan batu bata diketahui Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang merupakan sentra pembuatan batu bata. Pekerja di industri batu bata merupakan warga sekitar terdiri dari laki-laki dan perempuan. Proses bekerja dimulai pada pukul 07.00 16.00 WIB. Di setiap industri memiliki luas ruangan kurang lebih lebar 4 meter, panjang 12 meter, untuk kapasitas produksi batu bata rata-rata berjumlah 250-2.000 biji per/hari. Proses pembuatan batu bata terdiri dari 3 bagian, yaitu pengambilan bahan, pencetakan batu bata, dan pembakaran batu bata. Hasil pengukuran suhu ruang pada saat proses pembakaran di salah satu industri dengan menggunakan thermometer ruang diketahui suhu lingkungan 37 o C. Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) Permenaker Nomor Per- 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja untuk iklim kerja dengan pengaturan kerja 75% kerja dan 25% istirahat dengan beban kerja sedang sebesar 28 o C, maka suhu ruang pada saat proses pembakaran melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). 2 Dari 6 orang pekerja mengeluhkan timbulnya kelelahan kerja, banyak mengeluarkan keringat, mudah haus, pusing, mual. Keluhan yang dialami oleh pekerja semata - mata tidak hanya disebabkan oleh tekanan panas, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor - faktor yang berkaitan dengan respon tubuh terhadap panas yaitu IMT, aklimatisasi, usia, penggunaan obat hipetensi serta kondisi kesehatan. 3

METODE PENELITIAN Jenis penelitian Explanatory Research dengan pendekatan cross sectional. 4,5 Menggunakan metode survei dan pengukuran tekanan panas menggunakan questemp, sampel adalah total populasi berjumlah 34 orang. Uji statstik yang digunakan adalah Pearson Correlation dan Rank Spearman. 6,7 HASIL PENELITIAN 1. Pengukuran Iklim Kerja. Pengukuran iklim kerja menggunakan alat Questempt di enam lokasi pembakaran dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa ISBB tertinggi dari 6 enam tempat pembakaran yaitu 36.1 0 C dan ISBB terendah 32.0 0 C. NAB sesuai Permenaker Nomor Per- 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja, untuk ISBB iklim kerja dengan kategori beban kerja sedang dan berat menggunakan suhu nyaman kerja dengan pengaturan waktu kerja 75-100%. 2. Penilaian Beban Kerja. Beban kerja pekerja tertinggi yaitu 218 Kkal dan beban kerja terendah yaitu 1142 Kkal dapat dilihat pada tabel 2. Standar penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi menetapkan prinsip penilaian, peralatan penilaian dan prosedur kerja penilaian, pengukuran berat badan, pengamatan aktivitas tenaga kerja dan perhitungan beban kerja tenaga kerja di tempat kerja panas. Pengukuran beban kerja ini sesuai standar SNI 2009 tentang Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi. 8 3. Karakteristik Responden. Tabel 3 menunjukkan bahwa Rata-rata IMT responden adalah 22.79, IMT tertinggi 32.87 dan IMT terendah 17.31. Dari 34 responden sebagian besar minum 1 gelas air mineral setiap 20-30 menit (73.5 %). Rata-rata umur responden adalah 40 tahun, umur responden tertinggi 70 tahun,dan umur responden terendah 21 tahun. Responden tidak menggunakan obat hipertensi dan semua responden dalam keadaan sehat saat bekerja (tidak menderita sakit (flu,pilek,batuk).

4. Keluhan Subyektif Responden. Tabel 4 menunjukkan bahwa keluhan subyektif yang banyak dialami 34 responden yaitu merasa lelah berlebihan (91.2%), mengeluarkan keringat berlebih (82.4%), jumlah keringat yang dihasilkan banyak (82.4%), ada gejala kulit pucat (76.5%), merasa lemah (73.5%), mengalami panas oleh karena lingkungan kerja yang panas (73.5%), timbul gejala kejang pada kaki dan tangan (55.9%), mengalami rasa nyeri pada kaki dan tangan (52.9%). 5. Hasil Uji Statistik Dari tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji statistik terhadap 34 responden pembakaran batu bata yaitu ada hubungan antara tekanan panas (p-value 0.024), dan aklimatisasi (p-value 0.028) terhadap keluhan subyektif responden di bagian pembakaran pembuatan batu bata. Tabel 1. Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang No Lokasi Hasil Pengukuran ISBB ( C) Beban Kerja NAB 1 Lokasi I 34 Sedang 28.0 2 Lokasi II 36.1 Berat 26.0 3 Lokasi III 33.5 Berat 26.0 4 Lokasi IV 32 Berat 26.0 5 Lokasi V 34.4 Berat 26.0 6 Lokasi VI 32.1 Berat 26.0 Tabel 2. Hasil Penentuan Beban Kerja di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Mean Median Minimum Maksimum Beban kerja 577.2 Kkal 508 Kkal 218 Kkal 1142 Kkal Tabel 3. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang No Karakterisitik Deskriptif Responden 1 IMT Mean = 22.79 Minimum = 17.31 Maximum = 32.87 2 Aklimatisasi 1. MInum 1 gelas air isotonik setiap 20-30 menit 2. Minum 1 gelas air mineral setiap 20-30 menit = 5 (14.7%) = 25 (73.5%)

Tabel 3. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang (Lanjutan) No Karakterisitik Responden 3 Usia Mean = 40 Minimun = 21 Maximum = 70 4 Penggunaan Obat Hipertensi 5 Kondisi Kesehatan Deskriptif 3. Minum 1 gelas air mineral setiap 20-30 menit dan minum 1 gelas air istonik setiap 20-30 menit 1. Menggunakan 2. Tidak Menggunakan 1. Tidak Sehat, jika menderita sakit (flu,pilek,batuk) 2. Sehat, jika tidak menderita sakit (flu,pilek,batuk) = 4 (11.8%) = 0 = 34 (100%) = 0 = 34 (100%) Tabel 4. Hasil Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Responden di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang No Keluhan Subyektif Jawaban Responden Kadangkadang Sering Tidak Pernah (1) Total (2) (3) F % f % f % f 1 Gejala pusing 32 94.1 2 5.9 0 0 34 2 Mengeluarkan keringat 0 0 6 17.6 28 82.4 34 berlebih 3 Merasa mual 26 76.5 6 17.6 2 5.9 34 4 Detak jantung cepat 23 67.6 3 8.8 8 23.5 34 5 Jumlah keringat yang 0 0 6 17.6 28 82.4 34 dihasilkan banyak 6 Merasa lemah 4 11.8 5 14.7 25 73.5 34 7 Merasa lelah berlebihan 1 2.9 2 5.9 31 91.2 34 8 Gejala sakit kepala 32 94.1 2 5.9 0 0 34 9 Mengalami dehidrasi 26 76.5 6 17.6 2 5.9 34 10 Ada gejala kulit pucat 4 11.8 4 11.8 26 76.5 34 11 Mengalami rasa nyeri pada kaki 6 17.6 10 29.4 18 52.9 34

Tabel 4. Hasil Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Responden di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang No Keluhan Subyektif Jawaban Responden Kadangkadang Sering Tidak Pernah (1) Total (2) (3) F % f % f % f 12 Timbul gejala kejang 9 26.5 6 17.6 1 55.9 34 pada kaki dan tangan 13 Merasakan kulit kering 7 20.6 12 35.3 15 44.1 34 14 Merassakan kulit 19 55.9 4 11.8 11 32.4 34 kemerahan 15 Mengalami panas oleh karena lingkungan kerja panas 4 11.8 5 14.7 25 73.5 34 Tabel 5. Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Tekanan Panas, IMT, Aklimatisasi, Usia Terhadap Keluhan Subyektif Responden di Bagian Pembakaran Batu Bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang Variabel Bebas Variabel Terikat p-value Keterangan Tekanan Panas Keluhan Subyektif 0.024* Ada hubungan IMT Keluhan Subyektif 0.106** Tidak Ada Hubungan Aklimatisasi Keluhan Subyektif 0.028* Ada Hubungan Usia Keluhan Subyektif 0.590* Tidak Ada Hubungan PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pembakaran Pembuatan Batu Bata Reaksi fisiologis oleh karena peningkatan temperatur udara yaitu vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperature kulit meningkat, suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat. Selanjutnya apabila paparan panas tersebut meningkat maka beresiko terjadinya gangguan kesehatan juga meningkat. Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat berupa gangguan perilaku dan performansi kerja, seperti terjadinya kelelahan, dehidrasi, heat rash. heat cramps, heat syncope, heat exhaustion. 9 Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pada pekerja, hal ini dikarenakan proses kerja yang sama di setiap pembakaran batu bata, mulai dari memotong kayu di dekat linggan pembakaran, memasukkan kayu ke linggan

pembakaran, mengangkat beban (sekam padi, kayu) dan menaikkan sekam padi ke atas linggan pembakaran. Selain itu, keadaan lingkungan panas di sebabkan dua sumber yaitu dari linggan pembakaran dan panas matahari pada waktu siang hari. 2. Hubungan Antara IMT dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pembakaran Pembuatan Batu Bata Hasil penelitian ini, tidak ada hubungan antara IMT dengan keluhan subyektif. Menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja mempunyai IMT normal, artinya IMT normal lebih tahan panas dan tidak mudah haus saat bekerja di tempat yang panas. IMT kurus tidak tahan panas dan mudah haus, sedangkan IMT gemuk lebih mudah tahan panas tapi lebih mudah haus saat bekerja di tempat yang panas. 3. Hubungan Antara Aklimatisasi dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pembakaran Pembuatan Batu Bata Aklimatisasi adalah suatu proses yang mengizinkan seseorang tenaga kerja menjadi terbiasa terhadap tekanan panas (penyesuaian tubuh terhadap panas), setelah aklimatisasi tercapai tenaga kerja memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bekerja di lingkungan tempat kerja panas. 10,11 Berdasarkan pada penelitian ini, ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif. Sebagai cara penyesuaian diri terhadap lingkungan panas pekerja bagian pembakaran pembuatan batu bata memilih minum 1 gelas air setiap 20-30 menit, cara pekerja minum air sedikit demi sedikit sampai akhirnya habis akan tetapi cara tersebut masih muncul keluhan-keluhan subyektif yang dialami pekerja. Hal ini disebabkan oleh karena kegiatan proses kerja pembakaran batu bata yang berbeda setiap pekerjanya untuk terpapar langsung dengan panas, hal ini berpengaruh terhadap jumlah konsumsi air oleh pekerja dalam satu hari. 4. Hubungan Antara Usia dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pembakaran Pembuatan Batu bata Berdasarkan pada penelitian ini, tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan subyektif. Hal ini menunjukkan peluang mengalami keluhan akibat tekanan panas sama besar untuk setiap rentang usia baik usia <40 tahun maupun >40 tahun karena proses kerjanya sama di pembakaran batu bata. Artinya, keluhan yang terjadi pada pekerja yang berada disetiap rentang usia tetapi tidak disebabkan oleh usianya, melainkan faktor lain seperti tekanan panas pada suhu ruangan yang tinggi di pembakaran, penyesuaian tubuh pekerja yang baru terbentuk sehingga rentan mengalami keluhan akibat terpapar tekanan panas

dan juga lama paparan tehadap panas yang berbeda di karenakan proses kerja yang tidak sama. SIMPULAN 1. Tekanan panas melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 32 0 C pada ISBB iklim kerja dengan kategori beban kerja sedang-berat dengan pengaturan waktu kerja 75%- 100%. 2. Hasil penentuan beban kerja pekerja menurut kebutuhan kalori, beban kerja terendah (218) kategori sedang dan beban kerja tertinggi (1142) kategori berat. 3. Rata-rata IMT pekerja (22.79%), penyesuaian diri pekerja dengan cara minum 1 gelas air setiap 20-30 menit (73.5%) dan usia pekerja rata-rata berusia 40 tahun, tidak menggunakan obat hipertensi (100%), kondisi kesehatan responden dalam keadaan sehat (100%). 4. Keluhan subyektif terbanyak yaitu merasa lelah berlebihan (91.2%), 5. Berdasarkan uji hubungan diketahui bahwa: a. Ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pekerja bagian pembakaran pembuatan batu bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang. b. Tidak ada hubungan IMT dengan keluhan subyektif pekerja bagian pembakaran pembuatan batu bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang. c. Ada hubungan aklimatisasi dengan keluhan subyektif pekerja bagian pembakaran pembuatan batu bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang. d. Tidak ada hubungan usia dengan keluhan subyektif pekerja bagian pembakaran pembuatan batu bata Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang. SARAN a. Saran untuk pemilik industri, Menyediakan air putih di dalam ruang pembakaran batu bata yang mudah di jangkau pekerja, menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan yang tebal guna melindungi tangan dari panas saat memasukkan kayu ke lubang pembakaran batu bata dan mengangkat sekam ke atas pembakaran batu

bata, penyediaan masker guna melindungi pernapasan dari asap pembakaran dan sekam padi. b. Saran untuk pekerja industri, menggunakan masker dan sarung tangan saat melakukan pembakaran batu bata, lebih peka terhadap gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan dari tekanan panas yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. Suma mur P.K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Sagung Seto. Jakarta. 2009 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NOMOR PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. 3. Heru Subaris, Haryono. Hygiene Lingkungan Kerja. Mitra Cendikia Press. Jogjakarta. 2008. 4. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian. Gadjah Mada University. Press. Yogyakarta. 2006 5. Bambang P. Lina M J. Metode penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo persada. Jakarta. 2008 6. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2007 7. Dahlan, Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskrptif, Bivariat dan Multivariat.5 th ed. Salemba Medika. 2010 8. BSN. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran energi. SNI : 2009 9. Tarwaka, Sollichul HA.Bakri.Lilik Sudiajeng. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta. UNIBA Press. 2004 10. Heru Subaris, Haryono. Hygiene Lingkungan Kerja. Mitra Cendikia Press. Jogjakarta. 2008. 11. Soeripto M. Higiene Industri. FK UI. Jakarta. 2008.

RIWAYAT HIDUP Nama : Adityo Totok Endargo Tempat, tanggal lahir : Kendawangan, 27 April 1993 Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : BTN Gerbang Permata Blok J 02 Ketapang, Kalimantan Barat Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 30 Ketapang,2000 2006 2. SMP Negeri 3 Ketapang, 2006 2008 3. MA Negeri 1 Ketapang, 2008 2011 4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011