BAB 7 ANALISIS BIOMEKANIK DALAM PANAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 ANALISIS PENAMPILAN TEKNIK

BAB 4 TEKNIK MEMANAH

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB 6 TECHNICAL POINT DAN SARAN DALAM MEMANAH

SOSIALISASI OLAHRAGA PANAHAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DI SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN

RUNNING SKILLS. Skill highlights

TEKNIK-TEKNIK DASAR BAGI ATLET PEMULA PANAHAN Oleh: Yudik Prasetyo Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS MEKANIKA CABANG OLAHRAGA

GULAT (WRESTLING) Sebuah pengantar: Biomekanika Dasar Untuk para Pelatih Gulat. Drs. Yadi Sunaryadi, MPd

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 8 LATIHAN MENEMBAK

TENIS MODUL 3. Pendahuluan

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul : KEJURDA PANAHAN YUNIOR SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

TEKNIK ROWING. Kegiatan Belajar 2:

MEKANIKA GERAK. Oleh: AGUS MAHENDRA FPOK UPI

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TANGAN DAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN MEMANAH JARAK 30 METER PADA ATLET PANAHAN SULAWESI SELATAN

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY)

Baseball Batting. Mekanika. Teknik

2015 PENGARUH LATIHAN WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA TAHAN OTOT LENGAN DAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER PADA CABANG OLAHRAGA PANAHAN

BAB 5 MENTAL TRAINING UNTUK ATLET PANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Rezha, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LOMPAT TINGGI. Ad 1. Tinggi CG saat take off (H1)

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI, KOORDINASI MATA DAN TANGAN DENGAN KETEPATAN JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ]

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PUKULAN OLAHRAGA WOODBALL. Putu Citra Permana Dewi

LOMPAT JANGKIT. B. Pengertian Lompat Jangkit (Triple Jump)

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

LOGO EKONOMI GERAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet PPLP Panahan Jawa Barat sebanyak 12 orang atlet.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola (SSB) di berbagai daerah yang merupakan wujud perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak disukai dan

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. matras, sehingga terjadi touché, (kemenangan mutlak). Touché untuk menyatakan

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

DESKRIPSI MATA KULIAH PELATIHAN CABANG OLAHRAGA PANAHAN (Teori dan Praktek)

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, perkembangannya mengalami kemajuan yang sangat pesat hal ini dapat dilihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. apa pun yang engkau ambil darinya pasti bermanfaat bagimu (HR. ath-

BAB I PENDAHULUAN. dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Permainan ini sangat sangat popular

SILABUS MATA KULIAH. Kompetensi Dasar Materi Pokok Strategi Perkuliahan Sumber Bahan/ Referensi 1 Kontrak Perkuliahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun

MODUL 6: BOLA VOLI Pendahuluan

Sejarah Lempar Lembing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat membanggakan. Bahkan para pemanah Indonesia Berjaya

I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan

PERBEDAAN HASIL TOLAKAN PARALLEL FEET PLACEMENT DAN STAGGERED FEET PLACEMENT PADA START BAWAH RENANG GAYA PUNGGUNG

PERMAINAN MENUJU CABANG OLAHRAGA SOFTBALL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB III METODE PENELITIAN

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

MODUL 2 ANALISIS MEKANIKA SPRINT

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PELATIHAN CABOR PANAHAN (Teori dan Praktek)

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

2016 HUBUNGAN QUICKNESS, POWER TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL DENGAN HASIL START (GRAB START) RENANG PADA SISWA CLUB RENANG CIKALAPA SWIMMING POOL

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU): Peserta menguasai dasar-dasar atletik untuk siswa Sekolah Dasar

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB l PENDAHULUAN. cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang tertutup dan hanya. pemain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

Biomekanika Olahraga

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

GOLF MODUL 5: Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODA LATIHAN BEBAN DAN LATIHAN ELASTIC TUBING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI MEMANAH JARAK 30 METER DALAM CABANG OLAHRAGA PANAHAN

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

Transkripsi:

81 BAB 7 ANALISIS BIOMEKANIK DALAM PANAHAN Pengantar Dalam olahraga panahan atau olahraga lainnya, atlet sangat dituntut untuk menampilkan penampilan terbaiknya. Nampaknya ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi atlet yang tidak terlatih, bahkan atlet yang terlatihpun seringkali mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal ini bisa dibantu dengan memahami biomekanik. Dalam bab ini, penulis akan memaparkan mengenai pengertian dan tujuan dari biomekanik, poros gerak (axis), Hukum Newton (law of motion) I, II, dan III khusus dalam pelaksanaan gerak teknik panahan. Selain itu, penulis mencoba menerapkan prinsip daya vertikal dan horizontal, prinsip eye control, prinsip follow-through, dan prinsip rileksasi. Tujuan yang diharapkan dalam bab ini adalah mahasiswa mampu memahami, menerapkan ilmu biomekanik dalam menganalisis teknik dalam olahraga panahan.

82 Pengertian Biomekanik Biomekanik adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, terutama sitem lokomotor dari tubuh (Lokomotor = kegiatan dimana seluruh tubuh bergerak karena tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya) (Hidayat, 2003). Sedangkan biomekanik menurut Hay (1985) adalah: The science that examines the internal and external forces acting on the human body and the effect produced by these forces. Biomekanika mempelajari bentuk dan macam-macam gerakan atas dasar prinsi-prinsip mekanika dan menganalisis gerakan untuk dimengerti. Tujuan mempelajari biomekanik adalah 1) Menambah pengetahuan dasar sehingga kita mempunyai cakrawala yang luas tentang gerak tubuh; 2) Kemampuan untuk mengetahui manfaat mekanis dari gerakan (memahami, meramalkan, mengontrol gerak secara kritis); 3) Mengetahui persyaratanpersyaratan teknis dari setiap tugas gerak (mengembangkan nilai-nilai yang relevan). Selain itu, tujuan menggunakan biomekanik adalah untuk meningkatkan: (1) Performance; (2) Technique; (3) Equipment; (4) Training methods; (5) Coaching technique; (6) Reduction in injury. Seorang guru, pelatih, instruktur atau siapun yang terlibat dalam pembinaan olahraga perlu mengetahui biomekanik, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk menjawab permasalahan mengenai:

83 a. Bagaimana pelaksanaan gerak yang benar? b. Apa yang salah pada gerakan itu? c. Mengapa gerakan itu salah? d. Apa yang harus diperbuat untuk memperbaikinya? Melalui biomekanik kita akan membiasakan diri untuk melakukan kegiatan atau gerak dengan cara yang efisien. Gerak yang efisien berarti: (1) Kelompok otot yang besar bekerja lebih dahulu; (2) Melakukan kegiatan/tugas dengan penuh gairah; (3) Mengeluarkan tenaga secara intelijen artinya ada koordinasi yang baik dan timing yang tepat; (4) Bergerak secara proporsional, artinya dilakukan dengan ekonomis, adanya otomatisasi. Sebaliknya gerak yang tidak efisien akan menimbulkan: (1) Penghamburan tenaga dan ketegangan yang berlebihan; (2) Kelelahan fisik dan psikis yang terlalu cepat (Hidayat, 2003). Poros Gerak dalam Panahan Teknik memanah yang benar terkait erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak. Dengan mekanika gerak akan memungkinkan terciptanya keajegan (consistency) yang baik. Mengenai keajegan (consistency), Mc Kinney (1977:17) mengatakan: In archery everything is so simple. There is no complicated motion. So, it is not very difficult for you to act the same all the time. You will be able to shoot 1440 if you repeat 144 times, this same motion exactly. Mekanika gerak yang terkait dalam olahraga panahan adalah dua poros (axis) gerak. Dua poros gerak tersebut adalah

84 poros I dan poros II. Poros I (satu) adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur (bow hand) satu garis lurus. (Perhatikan Gambar 7.1). Gambar 2.1. (Poros I dalam Panahan) Poros II (dua) adalah posisi panah dan lengan penarik (draw hand) satu garis lurus. (Perhatikan Gambar 7.2). Gambar 7.2. (Poros II dalam Panahan) Hukum Newton s (I) Hukum Newton s (I) sebagaimana dirumuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1772, dalam Hidayat, 2003:76) adalah: Setiap benda/tubuh selalu dalam keadaan diam atau selalu

85 dalam keadaan bergerak lurus beraturan, kalau terhadap benda/tubuh tersebut tak ada sebab-sebab yang mempengaruhinya. Maksud pendapat tersebut, bila suatu benda/tubuh bebas dari segala pengaruh, maka benda/tubuh tersebut tidak akan berubah keadaannya. Hukum tersebut juga disebut hukum Inertia atau hukum kekekalan. Penjelasannya adalah: Setiap benda akan berusaha mempertahankan keadaannya. Kalau benda itu diam ia akan berusaha mempertahankan keadaan diamnya, dan kalau ia bergerak akan mempertahankan keadaan bergeraknya. Bagaimana penerapan hukum Newton s (Inertia) ini dalam olahraga panahan. Satu pernyataan populer ketika mengajar pemanah pemula dalam menarik busur adalah Jangan berhenti menarik busur, sebab jika berhenti menarik maka terlalu banyak usaha/tenaga yang harus dikerahkan untuk memulainya lagi, pemanah akan hilang ketegangan dibagian punggung dan tembakan tidak mungkin berhasil. Hukum Newton s (Inertia) harus diterapkan dari mulai menarik (drawing), terutama dari sikap set-up. Sedangkan dari beberapa pemikiran mengatakan dari posisi holding tetapi hal ini jarang bisa di capai ketika pemanah menarik busur. Pemanah tidak bisa hanya menggunakan otot bagian belakang saja dalam menarik, tetapi harus menggunakan lengan atas dan tangan penarik dengan baik. Bagaimanapun, jika pemanah secara kontinu menarik berarti melepas posisi holding di mana kita butuh transfer ketegangan yang memungkinkan dari lengan atas dan tangan penarik ke otot bagian belakang. Oleh karena itu, jika

86 holding tidak tercapai tidak ada transfer ketegangan yang bisa terjadi. Selama fase transfer, otot punggung secara kontinu menggerakan scapulae ke arah tulang belakang (spine), ketika ketegangan dari lengan atas dan tangan penarik telah ditransfer. Gerakan tersebut pada scapulae sangat kecil, dan harus kontinu sepanjang ekspansi, dengan demikian hukum Inertia hanya bisa diterapkan dari posisi holding, dan bukan dari posisi set-up (tarikan awal). Siklus Menembak Set-up Setiap olahraga mempunyai posisi set-up. Seperti dalam olahraga atletik, seorang sprinter ketika siap melakukan start. Tubuh dan semua bagiannya diposisikan sedemikian rupa untuk mencapai sikap secara biomekanik benar. Untuk meninggalkan balok start dibutuhkan koordinasi syaraf otot, dan berusaha untuk mengurangi faktor antagonis yang bisa mengganggu proses tersebut. Dengan demikian setiap olahraga mempunyai posisi set-up yang memberikan keseimbangan secara dinamis. Dalam olahraga panahan, tubuh dan peralatan harus di set sedemikian rupa supaya memungkinkan memberikan posisi secara biomekanik menguntungkan. Misalnya dalam menembak (shot), tungkai harus lurus, rileks, dan berat badan ditumpu pada kedua kaki kira-kira 60-70 % pada bola kaki dan 40-30 % pada tumit. Menembak disarankan menggunakan open stance, sikap ini akan membantu dalam mencapai postur yang lebih baik yang

87 cenderung menghilangkan lengkungan pada punggung. Pada posisi set-up bahu harus lurus dengan target dan scapulae berada di belakang bawah, sampai posisi berakhir. Perputaran harus dimulai dari panggul kemudian bahu yang lurus dengan target, ini menghasilkan sedikit ketegangan hanya pada rusuk bagian bawah, dan meningkatkan keseimbangan (stability). Tulang dada (sternum) harus ditekan masuk untuk lebih memberikan ruang dan otot perut harus ditahan selama menembak untuk meningkatkan keseimbangan yang lebih baik. Sebaiknya pada posisi set-up badan sedikit condong ke depan kearah terget, untuk mencegah kecenderungan badan condong ke belakang pada saat menarik tali busur. Posisi set-up ini akan memberikan susunan secara biomekanik sangat baik. Banyak pemanah yang mengetahui hukum Inertia, tetapi salah dalam menerapkannya yaitu pada fase drawing, sehingga untuk menembakan 1 sampai 2 anak panah terlalu lama. Hukum Inertia hanya diterapkan dari posisi holding. Scapule bergerak mendekat tulang belakang yang menyebabkan dada membuka dan tidak berlebihan, ini penting supaya anak panah terjadi klik. Untuk lebih jelas di mana hukum Inertia diterapkan,perhatikan Diagram 7.1.

88 Diagram 7.1 Penerapan Hukum Inertia pada Tahapan Memanah Holding merupakan tahapan yang fundamental untuk terciptanya konsistensi. Jika pemanah menembak dengan gerak eksternal secara kontinu, pemanah tidak akan mencapai fase holding maka konsistensi juga tidak akan tercapai. Skor terjadi fluktuasi dan akan menjadi hambatan dalam mencapai tembakan pada skor tertinggi. Holding sangat krusial dan esensial, bagaikan barrel of the gun. Jika holding dilakukan tidak tepat diibaratkan sebagai barrel of the gun terlalu pendek atau tidak ada dan konsekuensinya konsistensi yang dicapai kurang baik. Oleh karena itu, metoda mengajar yang diterapkan selama ini adalah gerak eksternal yang secara kontinu salah. Ketika menarik tali sampai ke anchor point, salah satu yang harus digunakan adalah lengan atas dan otot tangan. Tali

89 tidak bisa ditarik ke belakang hanya dengan otot scapulae. Alat EMG (Electromyogram) menunjukkan tidak ada rileksasi pada otot digitorum, yang mengontrol jari-jari tangan. Oleh karena itu, terdapat ketegangan pada otot ini sehingga butuh adanya transfer ke otot yang paling besar. Transfer/loading ini secara normal kira-kira dilakukan 1.5 detik. Jadi hanya pada posisi holding hukum Inertia diberlakukan. Ini bisa dibandingkan dengan roller yang berat yang digunakan dilapangan tennis tanah liat. Hal ini tidak banyak bergerak karena banyak Inertia tetapi satu kali bergerak. Ini bisa ditarik dengan satu jari. Sama dengan fase ekspansi, jika ekspansi dihentikan jumlah energi sangat bersar dan power otot akan dibutuhkan. Ini tidak hanya melelahkan, tetapi akan mencegah tembakan yang halus dan kuat. Selanjutnya, permulaan aiming (membidik) hanya pada posisi holding. Jika aiming dilakukan terlalu awal, perhatian akan tertuju pada aiming dan memelihara penglihatan pada string allignment. Oleh karena itu, cepat masuk ke transfer/loading dan fase holding. Hukum Newton s (II) (acceleration) Percepatan (acceleration) adalah perubahan dari kecepatan dalam kesatuan waktu tertentu. Hukum percepatan disebut juga hukum Newton s II, bunyinya sebagai berikut: Percepatan yang diterima oleh sebuah benda/badan berbanding lurus dengan kekuatan yang menyebabkannya. Percepatan berbanding lurus dengan kekuatan, maksudnya makin besar

90 percepatan makin besar pula kekuatannya; makin kecil percepatan makin kecil pula kekuatannya. Hukum acceleration akan menerapkan momen dari memulai menarik. Dengan demikian, lebih baik menarik yang cepat dan dalam garis lurus kira-kira 2-3 inch di bawah dagu. Hukum Newton s III (action and reaction) Hukum Newton s III mengatakan bahwa: Jika sebuah benda mengadakan pengaruh (gaya) pada sebuah benda lain maka benda yang lain itupun sebaliknya mengadakan pengaruh juga kepada benda pertama tadi. Kedua pengaruh sama besar, berlawanan arah, dan bekerja pada satu garis lurus. Berdasarkan pengertian di atas, sangat penting untuk melakukan stance dengan menggunakan prinsip tersebut untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik. Ketika bertanya pada pemanah otot apa yang digunakan untuk menembak? Pemanah akan menjawab sangat bervariasi. Diantaranya ia menjawab: Saya mendorong dengan tangan kiri saya, Saya mendorong dengan tangan kanan saya, Saya menekan dengan sikut, Saya mendorong dengan grip (pegangan). Pada dasarnya mereka menjawab dengan apa yang pernah mereka rasakan, dengan mengabaikan keseimbangan 50/50. Selama ekspansi, pemanah dapat merasakan dorongan yang lebih dari lengan penahan busur atau pada tangan lainnya. Pemanah dapat merasakan tarikan menyamping lebih dominan. Perasaan tersebut betul, sepanjang keseimbangan itu dipertahankan diantara kedua samping (lengan penahan busur

91 dan lengan penarik), hal ini berlaku hukum Newton s III (third law of motion). Tangan kanan samping umumnya lebih dominan menyamping untuk pemanah tangan kanan. Pemanah yang menyamping tersebut, cenderung menyebabkan merubahan titik berat badan konsekwensinya hilang keseimbangan (stabilitas). Ketika sikap dominan pada tangan kanan menyamping (right hand side) dalam benaknya, ia dapat mengatakan tangan kiri samping secara proporsional lemah. Menerima bahwa tangan kiri lemah, pemanah butuh latihan untuk mempertahankan posisi selama ekspansi. Dalam hal ini pemanah dapat mengangkat busur menyamping dan menarik tali menyamping. Bagaimanapun keseimbangan harus 50/50 antara depan dan bagian belakang dan harus dipertahankan setiap waktu. Untuk koordinasi yang lebih baik, disarankan yang dominan mata kiri, menembak tangan kanan dan sebaliknya untuk pemanah tangan kiri dominan mata kanan. FITA dalam coaching manual mengatakan: Selama ini, hasil terbaik yang pernah dicapai menggunakan kriteria lain. Tangan memberikan kemudahan, control, dan kekuatan. Prinsip Gaya Horizontal dan Vertikal Sebelum kita memeriksa bagaimana prinsip ini diterapkan dalam panahan, mari kita periksa olahraga lain untuk memberikan ide yang bagus pada prinsip ini. Misalnya, pemain bola basket, untuk mampu menghasilkan jarak horizontal maksimum untuk menembak, tentunya gaya vertikal harus

92 dihasilkan. Menurut Miller, Bartlett (Kisik Lee, 2007) dalam Journal of Sport Science, kira-kira 81 % kecepatan dihasilkan oleh tubuh bagian atas (the upper body) dan 19 % dari ektensi lutut, panggul dan ankle. Meskipun hanya 19 % kecepatan bola dihasilkan dari penggunaan kedua tungkai, maka kekurangannya dibutuhkan dari otot lengan untuk melakukan tembakan. Selain itu, atlet top tolak peluru, menggabungkan dua gerakan yaitu gerak putaran dengan gaya vertikal yang kuat, yang dihasilkan dari kecepatan fleksi tungkai untuk menghasilkan power maksimum. Gabungan gaya vertikal dengan gaya horizontal yang dihasilkan oleh atlet tersebut, sangat memungkinkan untuk meningkatkan sudut lepas (angle of release) yang menutup ke sudut yang optimum. Diagram 7.2 (Horizontal Force)

93 Ilustrasi gaya vertikal dan horizontal dalam basket dan tolak peluru menandakan bahwa dalam setiap cabang olahraga gaya tersebut dibutuhkan. Dalam setiap olahraga embutuhkan keseimbangan, begitupun dalam panahan menuntut adanya keseimbangan statis yang harus dipertahankan selama menembak. Keseimbangan yang baik dalam panahan dan sesuai dengan biomekanik, dapat melakukan teknik yang baik dan sedikit upaya dari otot yang terlibat dalam gerakan tersebut. Posisi tubuh yang tepat akan menghasilkan sedikit ketegangan pada tubuh, sehingga sikap holding dan aiming dapat dicapai dalam menembak. Pendistribusian berat badan merupakan komponen sangat penting pada pendistribusian gaya vertikal dan horizontal. Karena banyak pemanah barat berdiri yang lebih tekanan pada tumit sehingga tidak bisa mencapai stabilitas yang optimum. Hubungan langsung dan secara proporsional antara gaya vertikal dan horizontal dalam panahan tidak dapat ditunjukkan dengan menggunakan gaya yang tepat. Bagaimanapun dengan postur yang benar dan seimbang, kita bisa lebih kuat mengembangkan gaya yang lebih bermanfaat, sehingga bisa mencapai stabilitas yan lebih baik. Analisis gaya yang tepat ditunjukkan pada gerak titik berat badan ini sangat baik pada pemanah ditingkat rendah dibandingkan dengan atlet elit. Ini khususnya menjadi fakta pada saat release, atlet elit menunjukkan peningkatan stabilitas selama beberapa detik selama release, sedangkan pada atlet level bawah menunjukkan

94 perbedaan signifikan dalam parameter keseimbangan 4-6 detik sebelum dan setelah release. Prinsip Mengontrol Mata Lihat baseball, pemukul tidak hanya memukul bola tetapi juga mencoba untuk fokus pada jahitan bola. Mereka ingin melihat bola dengan jelas, dan dipertahankan sampai pada fokus yang lebih sempit. Dalam panahan, fokus akhir harus pada target bukan pada visir dan bukan pada panah. Mata harus fokus pada target hingga panah nancap ditarget. Banyak pemanah mencoba melihat panah dan mereka hilang kontrol pada tembakan. Alasan lain mengapa banyak pemanah gagal melakukan bidikan selama kondisi angin. Pertahankan mata tetap fokus pada target hingga panah menancap di target, dengan demikian kita bisa katakan sebagai: eye contol. Prinsip Follow Through Ketika lari 100 meter, sprinter harus mempertahankan larinya sampai 110 meter, jika pelari hanya lari 100 meter sprinter akan memperlambat larinya hingga garis finish. Dalam panahan, pemanah butuh mempertahankan arah (direction) dan ketegangan selama follow through. Rangkuman Analisis biomekanik sangat penting untuk terciptanya gerakan yang efisien, terutama dalam melakukan teknik memanah. Poros gerak (axis) dalam panahan sangat menentukan

95 keajegan dan konsistensi dalam gerak memanah. Poros gerak yang tepat dalam panahan adalah poros gerak I dan II. Poros I (sikap bahu dan sikap lengan penahan busur satu garis lurus). Poros II (sikap bahu dan sikap lengan penarik busur satu garis lurus). Selain poros gerak, hukum yang tepat diterapkan dalam menganalisis teknik panahan adalah hukum Newton I, II, dan III. Hukum Newton I diterapkan pada fase holding, Newton II diterapkan ketika adanya momen pada saat mulai menarik, sedangkan Hukum Newton III diterapkan pada saat melakukan tarikan penuh, hukum ini berlaku pada lengan penahan busur dan lengan penarik. Soal-soal Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan biomekanik? 2. Apa tujuan mempelajari biomekanik? 3. Mengapa analisis biomekanik penting dikuasai oleh para guru atau pelatih panahan? 4. Poros gerak sangat penting dalam olahraga panahan, jelaskan poros gerak tersebut? 5. Berikan penjelasan mengenai pendapat McKinney mengenai konsistensi dalam panahan? 6. Bagaimana penerapan hukum Newton I dalam olahraga panahan? 7. Bagaimana penerapan hukum Newton II dalam olahraga panahan? 8. Bagaimana penerapan hukum Newton III dalam olahraga panahan?

96 9. Apakah prinsip vertikal dan horizontal memberikan banyak kontribusi untuk olahraga panahan? 10. Selain yang sudah disebutkan di atas, hukum apa saja yang menurut anda memberikan kontribusi dalam mermperbaiki penampilan memanah?