Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih Jarak 10 meter antara tangki septic (septic tank) dan sumur telah menjadi pengetahuan umum dan populer di masyarakat. Alasannya, agar air sumur tidak terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Alasan demikian tentu tidak salah. Hanya, dalam kenyataannya jarak 10 meter, terutama pada rumah-rumah padat penduduk, jarak sejauh itu sangat sulit diperoleh. Bisa saja terjadi antara sumur dan tangki septic di suatu rumah berjarak 10 meter, tetapi dengan tangki septic tetangga sebelah jaraknya kurang dari10meter. Munculnya kemestian jarak 10 meter sumur dan tangki septic bermula dari bakteri E-coli patogen (bersifat anaerob) yang biasanya mempunyai usia harapan hidup selama tiga hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter per hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau jawa 3 meter/hari), sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur sejauh 3 meter per hari x 3 hari = 9 meter. Akan tetapi, mengapa harus dibuat 10 meter? Dari hasil perhitungan, jarak tempuh bakteri selama 3 hari hanya 9 meter. Adapun angka 10 meter setelah ditambah satu meter sebagai jarak pengaman. Itulah sekilas kisah angka 10 untuk jarak antara sumur dengan tangki septic. Bagaimana jika kurang dari 10 meter? Apabila ingin membuat tangki septic, sementara jarak antara sumur dan tangki septic yang ingin dibuat kurang dari 10 meter, tidak perlu bingung. Ketahuilah dulu arah aliran air tanah yaitu dengan cara melihat sumur tetangga. Cara dan langkah-langkahnya sbb.:
1. Ukurlah kedalaman sumur-sumur tetangga, cukup 3 rumah saja. 2. Buatlah gambar garis segitiga yang menghubungkan ketiga titik sumur tetangga tersebut di atas kertas. 3. Masing-masing titik sumur diberi notasi kedalamannya (perhitungan kedalaman diukur dari muka air hingga ke permukaan tanah). 4. Dari gambar dapat diketahui, sumur yang paling dangkal menunjukkan arah aliran menuju ke sumur tersebut. Dari cara tersebut dapat diketahui bahwa jarak sumur yang kurang dari 10 meter tidaklah masalah, asalkan kita mengetahui arah aliran air tanah dengan cara seperti di atas. Dengan demikian, yang harus kita lakukan adalah meletakkan tangki septic di mana arah alirannya tidak mengarah ke sumur, berarti harus sebaliknya. Lebih baik lagi apabila arah aliran air tanah tersebut berasal dari sumur menuju ke tangki septic, tetapi jangan sebaliknya. Di samping arah aliran air tanah yang perlu kita ketahui, kecepatan aliran air tanah tidak kalah pentingnya. Walaupun berdasarkan pengalaman kecepatan aliran air tanah di pulau Jawa rata-rata 3 meter/hari, tidak menutup kemungkinan masing-masing daerah di Pulau Jawa pun mempunyai kecepatan aliran air tanah yang berbeda. Hal ini tergantung dari formasi batuan pada daerah tersebut. Walaupun arah aliran dari tangki septic menuju ke sumur, kecepatan aliran air tanah hanya 1 meter/hari, maka jarak ideal antara sumur dan tangkiseptichanya4meter. Ringkasnya, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua daerah harus membuat tangki septic berjarak 10 meter dari sumur. Perlu diperhatikan arah aliran air tanah pada saat membuat tangki septic. Kecepatan aliran air tanah pada masing-masing
daerah sangat berlainan, sehingga memunculkan jarak ideal yang berbeda-beda antara sumur dan septic tank. Hal itu sangat tergantung dari formasi batuan dan kondisi geografispadamasing-masingdaerahtersebut. Dengan demikian, angka 10 meter untuk jarak tangki septic dan sumur bukan harga mati. Hal lain yang juga harus perhatikan, juga penting bagi kesehatan bahwa sumber pencemaran air bukan sekadar jarak antara tangki septic dan sumur. Kebersihan dan sistem sanitasi lingkungan tak kalah dominan berpengaruh pada kesehatan. (Cecep Sukmara/dari berbagai sumber) Salah satu sarana terpenting dalam rumah tinggal adalah sanitasi, lebih spesifik lagi septic tank. Rumah baru dan bagus belum tentu ideal apabila tidak memiliki sanitasi yang memadai. Terkadang penempatan septic tank tidak begitu diperhatikan, asal dipasang dan dapat menanpung kotoran dari WC rumah. Mungkin awalnya tidak terpikirkan oleh kita bahwa pemasangan dan pembuatan septic tank yang asal-asalan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Saat ini banyak sumur milik warga Perkotaan di Indonesia tercemar e-coli. Bakteri tersebut berasal dari jamban yang berdekatan dengan sumur. Sumur tersebut terdapat di kawasan perumahan-perumahan yang berlahan sempit, kumuh, dan lingkungannya tidak sehat serta sulit mendapatkan air bersih dari Perusahaan Air Minum. Sumur di kawasan seperti ini baik yang dibuat pengembang perumahan itu atau pribadi oleh warga pada umumnya tidak memperhatikan jarak antara septik tank dan sumur. Bahkan banyak ditemukan septik tank dan sumur antara rumah yang bertetangga saling berdekatan.
Ada standar dalam instalasi septic tank. Standar ini mencangkup sistem, ukuran, dan prosedur pembuatannya. Dalam SNI, ukuran dimensi septic tank yang diperlukan sebuah rumah tergantung dari jumlah penghuni rumah. Untuk rumah dengan lima penghuni, dibutuhkan paling tidak sebuah septic tank dengan volume ruang basah 1,2 meter kubik, ruang lumpur 0,45 meter kubik, dan ruang ambang batas bebas 0,4 meter kubik. Dimensi ukuran panjang, lebar, serta tingginya 1,6 meter, 0,8 meter, dan 1,6 meter. Dengan ukuran ini, paling tidak septic tank dapat bertahan selama tiga tahun tanpa pengurasan. Kita pun sebaiknya mencermati kekuatan tangki septic tank. Tangki harus kuat terhadap asam dan kedap air. Rembesan dari tangki dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Bahan tangki yang dapat kita pilih adalah batu kali, bata merah, batako, atau beton. Bisa juga menggunakan tangki dari keramik, PVC, plastik, atau besi. Jarak tangki septic tank dengan bangunan rumah atau sumur juga memiliki ketentuan tersendiri. Jarak tangki ke bangunan 1,5 meter, sedangkan jarak tangki ke sumur air bersih 10 meter. Selain itu dibutuhkan 5 meter jarak tangki ke sumur resapan air hujan. Septic tank berstandar Indonesia terdapat bak pembagi di dalamnya. Jadi, tidak seperti septic tankbiasa, air kotor tidak langsung dibuang ke saluran pembuangan. Jarak antara bangunan rumah dengan rumah lain semakin sempit. Maka tak heran, potensi pencemaran bakteri Coli dalam air tanah semakin tinggi.
Bakteri Coli yang berada dalam feses manusia akan mencemari sumur yang dekat dengan septic tank. Bakteri Coli adalah penyebab terjadinya infeksi melalui air seperti diare, tifus, kolera dan hepatitis. E.Coli akan mencemari sumur yang dekat dengan toilet (septic tank). Pergerakan bakteri ini dari toilet ke sumur mencapai empat sampai 11 meter dengan lebar dua meter, ujar Pakar Kesehatan Lingkungan FKM UI, Dr. Sumengen Sutomo, MPH dalam seminar pencemaran air di FKM UI, Depok. Tak hanya itu, Sumengen menegaskan, bisa terjadi polusi kimia dimana jaraknya lebih luas 95 meter dengan lebar sembilan meter. Menurutnya, air yang aman (safe), bebas, dan gratis tidak ada, karena air tanah sudah tercemar. Sumengen menjelaskan, sumber pencemar air ada dua, yakni sumber tertutup (point source) seperti rumah tangga, industri, pemotongan hewan, dan sumber terbuka (non point source) seperti pertanian dan pertambangan. Hal itu akan berdampak pada kesehatan, penularan melalui air minum (water borne disease) tercemar feses manusia. Selain itu terjadi penularan melalui air kebersihan perorangan seperti infeksi kulit, mata, scabies, trachoma, lanjut dosen FKM UI ini. Sedangkan pencemar atau polutan dalam air ada emapat macam yakni mikrobiologi, kimia (organik dan inorganik), pestisida, radioaktif. Air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan bakteriologis.