KORELASI TIMBAL BALIK ANTARA GOOD GOVERMENT DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE MENUJU PERTUMBUHAN EKONOMI YANG DINAMIS 1 Hardiwinoto

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

Pendidikan Kewarganegaraan

Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) LATAR BELAKANG, KONSEP KEPEMERINTAHA, KONSEP GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Konsep Good Governance (Tata- kelola Pemerintahan yang baik)

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

PENERAPAN ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. dari keberadaan isu Corporate Governance (Swasembada, edisi: 09/XXI/28 april-

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di

REVIEW ILMU ADM NEGARA

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP GOVERNANCE ASAL MUASAL

ihsan bermakna bahwa pembangunan kota Bekasi dalam kurun waktu diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang ihsan. ihsan berarti nil

Volume 12, Nomor 2, Hal ISSN Juli Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB II URAIAN TEORITIS. materil maupun spiritual (GBHN), pembangunan yang sedang dilaksanakan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. governance, tetapi juga di sektor-sektor lain. Good governance sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

Dr. Samodra Wibawa. Diklatpim Tingkat IV Angkatan XXIX Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta 14 Mei 2011

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar bisnisnya tetap bertahan di dunia

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

What is Governance? Good Governance Paradigma Administrasi Publik berbasis Governance

IMPLEMENTASI KONSEP GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padanan kata governance dalam bahasa Indonesia adalah penadbiran, yang berarti

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah menjadi sangat penting. Masyarakat berharap bahwa

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. daerah, tetapi keberadaan RSD masih dipandang sebelah mata oleh. masyarakat. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA)

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

GOOD GOVERNANCE. Udjiani Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

Peran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

KORELASI TIMBAL BALIK ANTARA GOOD GOVERMENT DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE MENUJU PERTUMBUHAN EKONOMI YANG DINAMIS 1 Hardiwinoto Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan urusan publik. World Bank menekankan bagaimana cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP pada aspek politik, ekonomi, dan administrasi dalam pengelolaan negara. Dari kedua definisi tersebut Governance didefinisikan bagaimana proses pembuatan kebijaksanaan (policy/ strategy/formulation) dan proses pembuatan keputusan dibidang ekonomi, yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Good goverment governance adalah bentuk aplikasi dari prinsip-prinsip good governance di bidang perlakuan pemerintahan (goverment actions) secara luas di semua level. Ada kesamaan pandangan antara UNDP dan World Bank dalam pandangan atas good goverment governance yaitu antara lain: partisipasi, efisiensi dan efektifitas, keadilan, akuntabilitas, transparansi, responsitas, kesamaan, kepastian hukum dan profesionalisme. Kata Kunci : Good Governance, Good Corporate Governance PENDAHULUAN Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan urusan publik. World Bank memberikan definisi governance sebagai the way state power is used in managing economic and social resources for development of society. Sedangkan United Nation Development Program (UNDP) mendifinisikan governance sebagai the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation s affair at all levels. World Bank menekankan bagaimana cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP pada 1 Makalah pernah disampaikan pada Seminar Nasional Fraud Audit sebagai Langkah Pemberantasan Tindak Korupsi Menuju Pemerintahan yang Bersih Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, 7 Juli 2005 VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 1

aspek politik, ekonomi, dan administrasi dalam pengelolaan negara. Dari kedua definisi tersebut Governance didefinisikan bagaimana proses pembuatan kebijaksanaan (policy/ strategy/formulation) dan proses pembuatan keputusan dibidang ekonomi, yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Dengan demikian World Bank berorientasi pada pembangunan sektor publik dalam menciptakan good governance. Yang diartikan sebagai ke-pemerintah-an yang baik, serta penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Sementara itu UNDP berorientasi meliputi participation, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif pada antara ain: 1. Rule of law, terdapatnya dalam kehidupan kepastian hukum dan kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, 2. Transparancy, adanya kebebasan memperoleh informasi untuk kepentingan publik. 3. Responsiveness, Lembaga lembaga publik harus cepat tanggap dalam melayani stakeholder, yang berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. 4. Equity, setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. 5. Efficiency and Effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (afisien) dan berhasil guna (efektif). 6. Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. 7. Strategic vision, peyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan. VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 2

TIGA PILAR UTAMA GOOD GOVERNANCE Selain definisi governance penekanan pada fungsi governing yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga aktor-aktor lain yaitu, civil society, pasar, masyarakat atau agen-agen lainnya sehingga pemerintah mungkin akan menjadi salah satu institusi yang menjalankan fungsi governing. Maka tidak mengherankan jika kemudian istilah governance tidak hanya dipakai terbatas dalam good goverment governance, tetapi juga dipakai didalam konteks yang berbeda seperti environmental governance dan corporate governance. Governance, selain sebagai praktik dari kekuasaan politik, administrative dan ekonomi yang digunakan untuk mengelola masalah-masalah nasional, juga merupakan sebuah bentuk mekanisme, proses hubungan dan jaringan institusi yang komplek, dalam mana warga negara dan kelompok-kelompok yang ada mengartikulasikan kepentingan mereka. Hal ini mempunyai implikasi bahwasannya hampir semua organisasi, asosiasi, atau lembaga dalam masyarakat mempunyai pengaruh dan juga dipengaruhi oleh fungsifungsi governance. Keterkaitan berbagai sektor, organisasi dan mekanisme yang melaksanakan governance, akan membentuk apa yang dinamakan oleh UNDP sebagai system of governance. System governance meliputi keseluruhan proses dan struktur dalam masyarakat yang mengarahkan relasi-relasi politik dan sosio ekonomis untuk melindungi nilai-nilai yang dipegang teguh, kebudayaan, agama-agama, dan menciptakan sebuah kondisi yang sehat, bebas, dan aman, yang memberikan jaminan kepada setiap orang untuk mengembangkan kapasitas individu yang akan membawa perbaikan kualitas hidup bagi manusia. Dalam mencapai tujuan tersebut, system of governance dibentuk oleh tiga elemen yang merupakan pilar-pilar dari governance, yaitu: political governance, administrative governance, dan economic governance. Gambar berikut setidaknya memberikan visualisasi dari ketiga elemen ini. VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 3

Good Gorvernance Administrative Governance Political Governance Economic Governance Dari skema tersebut diatas bahwa good governance tidak bisa secara parsial terkondisi melainkan harus secara komprehensip disemua sektor dan lini. Artinya semua stakeholder dan semua pihak yang berkepentingan. Baik lembaga swasta, pemerintah maupun lembaga politik. GOOD GOVERMENT GOVERNANCE Good goverment governance adalah bentuk aplikasi dari prinsip-prinsip good governance di bidang perlakuan pemerintahan (goverment actions) secara luas di semua level. Ada kesamaan pandangan antara UNDP dan World Bank dalam pandangan atas good goverment governance yaitu antara lain: partisipasi, efisiensi dan efektifitas, keadilan, akuntabilitas, transparansi, responsitas, kesamaan, kepastian hukum dan profesionalisme. Dari berbagai prinsip-prinsip diatas dapat dalam satu rangkuman kalimat yaitu pelaksanaan public service secara baik dan benar sehingga tidak terjadi adanya high cost economic, sehingga tercapai hasil pembangunan yang efisien. CORPORATE GOVERNANCE Good Corporate Governance merupakan istilah yang relatif baru dikenal dan dikembangkan, yang merupakan pinjaman dari peristilahan pemerintah atau sebaliknya. Namun demikian substansinya telah dilaksanakan sejak lama, terutama bertalian dengan teori fiduciary duties of directors and commissioners pada perseroan terbatas dan teori pengendalian managemen. Istilah corporate governance digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1976 oleh Tricker dalam buku The Independent Director. Tricker VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 4

juga yang kemudian menulis buku tentang corporate governance pada tahun 1984 sehingga ia dianggap sebagai father of corporate governance. Corporate Governance awalnya berupa nasional code yang masing-masing mempunyai kekhususan sesuai dengan hukum dan kondisi masing-masing negara, kemudian dirasakan perlu untuk dikembangkan secara internasional. Salah satu alasan dari perkembangan tersebut adalah ketika era globalisasi, investasi dan perdagangan bebas tidak lagi dapat dibatasi dalam satu negara karena batas antar negara menjadi tidak ada lagi. Sehingga beberapa lembaga internasional seperti Organization for Economic Cooperation and Develepment (OECD) dan Basel Committee juga mengeluarkan pedoman good corporate governance. OECD mengeluarkan Principles of Corporate Governance pada bulan Mei 1999. Basel Committee mengeluarkan paper dengan judul Enhancing Corporate. Dengan demikian istilah good corporate governance swasta atau pemerintah yang lebih awal memperkenakan dan melaksanakan? Penulis lebih memilih tetap mempergunakan istilah aslinya untuk mempermudah menggali subtansi dari konsep good governance agar diperoleh pemahaman yang lebih pas tanpa adanya distorsi pemahaman. Dalam Webster s New Word College Dictionary, Third Edition (1996), kata governance diberi makna the act, manner, function, or power of goverment kemudian diperluas menjadi, the exercise of authority over a state, district, organization, or institution, system of rulling or controlling, juga the right, function, or power of governing, dan all people or agencies that administer or control the affairs of a nation, state, institution etc. Berangkat dari pemaknaan tersebut, maka bisa disimpulkan governance tidak hanya eksklusif bagi pemerintahan, tetapi bisa saja merujuk juga pada penggunaan kekuasaan pada institusi atau organisasi di luar pemerintah. Institusi di luar pemerintah tersebut memiliki fungsi governing tentunya aktor-aktor lain yaitu masyarakat atau agenagen lainnya sehingga pemerintah hanya menjadi salah satu institusi yang menjalankan fungsi governing. Maka tidak mengherankan jika kemudian istilah governance dipakai di dalam konteks yang berbeda seperti environmental governance dan juga corporate governance. VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 5

Apabila definisi governance dikaitkan dengan konsep pluralisme kontemporer, maka pengertian governance masuk didalamnya stakeholders, yaitu, partai politik, badanbadan legislatife, yudikatif dan kelompok-kelompok kepentingan, seperti intermediaris, klien, media, supplier (vendor) dan sebagainya. Sehingga governance akan sangat baik untuk menjelaskan kompleksitas tinggi yang terdapat dalam proses perumusan sampai dengan implementasi kebijakan (Frederickson, 1997). PERAN LEMBAGA PEMERINTAH Ada tiga peran lembaga pemerintah yaitu : 1. Aspek reguasi 2. Aspek Dinamisasi 3. Aspek Proteksi Peran pada aspek regulasi adalah bagaimana lembaga pemerintah menciptakan, pelaksanaan dan penegakkan peraturan peraturan atau perundang-undangan harus sejalan dengan prinsip-prinsip terciptanya good governance. Artinya peran legislatif, eksekutif dan yudikatif bermuara pada terciptanya good governance bukan sebaliknya yaitu terkondisinya praktik-praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN). Sehingga terjadinya budaya KKN berjamaah. Terciptanya good governance sejalan dengan kerangka negara hukum. Peran pada aspek Dinamisasi adalah bagaimana lembaga pemerintah menciptakan, pelaksanaan dan penegakkan kebijakan-kebijakan (policy) harus sejalan dengan prinsip-prinsip terciptanya good governance. Artinya peran legislatif, eksekutif dan yudikatif tidak secara parsial. Tercapainya good governance sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Peran pada aspek proteksi adalah bagaimana lembaga pemerintah melindungi semua sektor dan level dalam kaitannya penciptaan public service serta birokrasi yang efisien dan efektif. Dengan tegaknya good governance masyarakat merasa nyaman berusaha tanpa rasa gundah karena terdapatnya bentuk premanisme dan tanpa kepastian pengamanan. Lembaga pemerintah dalam menentukan policy tentunya berfikir bagaimana melindungi produsen maupun konsumen dalam negeri menyangkut kebijakan kredit, VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 6

investasi, ekspor maupun impor. Termasuk penanaman modal asing, hutang luar negeri dan franchise. Juga bagaimana mengatur tata ruang kota, lingkungan dan pengaturan sektor informal. Karena semua bermuara pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat. Good Governance State: Penciptaan kondisi politik dan hukum yang kondusif Civil Society: Penciptaan partisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik Private Sector: Penciptaan pekerjaan dan pendapatan Dalam konteks ini governance, bermula dari proses formulasi sampai dengan implementasi stakeholder yang ada, karena disinilah manifestasi dari network akan dijalankan. Economic Governance mengacu pada proses pembuatan keputusan dibidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Administrative Governance mengacu pada system implementasi kebijakan. Good Governance sebagai, aktivitas memerintah yang memenuhi serangkaian aspek sebagai berikut, yaitu : 1. Keadilan sosial: yang meliputi penghormatan terhadap HAM, peradilan yang independen; kebebasan berpendapat dimana didalamnya termasuk pers yang independen. 2. Kebebasan ekonomi: pada aspek ini mencakup perlindungan terhadap kekayaan pribadi; mengusahakan pemerataan hasil pertumbuhan ekonomi secara lebih merata, 3. Kemajemukan politik: adanya jaminan hak rakyat untuk berpartisipasi; desentralisasi kekuasaan; dan prinsip kesamaan (equality) dalam ajaran demokrasi VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 7

4. Akuntabilitas pemerintah, semua kegiatan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan. FRAUD AUDITING BAGI PENYELENGGARA NEGARA Fraud adalah suatu perbuatan melawan/melanggar hukum yang dilakukan oleh orang per orang dari dalam dan atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung atau tidak merugikan pihak lain. Singkatnya fraud adalah bentuk kecurangan yang disengaja dan bisa jadi terorganisasi (terkelola). Jack Bologne menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mendorong terjadinya kecurangan meliputi: - Greeds (keserakahan) - Opportunity (kesempatan) - Need (kebutuhan) - Exposure (pengungkapan) Jika tiga pilar institusi Good Governance diatas mengorganisasi diri mereka untuk melakukan korupsi otomatis mengamankan tindakan korupsi mereka, maka tindakan audit sulit dilaksanakan. Lembaga hukum dan politik mengamankan lewat regulasiregulasi yang diciptakan, lembaga eksekutif mengamankan lewat birokrasi dan lembaga ekonomi lewat motivasi keuntungan yang diharapkan. Jika demikian maka akan sulit diurai fraud yang terjadi. Pemberantasan korupsi harus lewat lembaga-lembaga tersebut secara komprehensip. Pelaku hanyalah akibat dari sistem organized coruption. Tentunya perlunya instrumen-instrumen bagaimana manajemen pengelolaan keuangan tidak menyebabkan terjadinya organizized coruption maka intrumen-intrumen tersebut harus termanajemen secara baik. Instrumen-instrumen tersebut antara lain: Kelompok Instrumen Keuangan Daerah 1 Instrumen Perencanaan - Tersedianya dokumen perencanaan anggaran - Tersedianya dokumen untuk proses penyusunan anggaran (tahunan) - Peran DPRD pada tahap perencanaan 2 Instrumen Pelaksanaan - Tersedianya pedoman sistem akuntansi keuangan VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 8

- Tersedianya indikator kinerja dan non keuangan - Adanya proses pengawasan (monitoring) dari masing-masing kepala dinas dan peran Badan Pengawas Keuangan - Peran DPRD pada tahap pelaksanaan 3 Instrumen Pelaporan - Tersedianya laporan keuangan dari hasil SAKD - Tersedianya laporan tambahan - Tersedianya lampiran atas laporan keuangan 4 Instrumen Pertanggungjawaban dan Evaluasi - Dilakukannya audit oleh auditor ekternal (BPK) threaded laporan keuangan - Hubungan antara auditor internal dan eksternal - Peran DPRD pada tahap pertanggungjawaban dan evaluasi - Partisipasi elemen masyarakat sebagai kontrol sosial Sumber : Mardiasmo PERTUMBUHAN EKONOMI Dengan tercapainya Good Governance baik di sektor pemerintahan, civil society maupun swasta (private sector). Akan tercapai proses pembangunan yang baik tidak pernah mengalami high cost economic baik karena birokrasi yang tidak beres maupun karena korupsi yang tak mudah terdeteksi. Hal demikian akan tercapai korelasi simultan, saling pengaruh mempengaruhi. Tata pemerintahan yang baik tentu akan mempengaruhi sektor swasta kondusif dan terbangunnya masyarakat yang baik juga. Jika prinsip-prinsip Good Governance tercapai akan menjamin terciptanya pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Meskipun demikian tercapainya memerlukan keterlibatan semua pihak (stakeholder). Oleh karena itu UNDP dan World Bank sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip Good Governance karena berkepentingan atas pelaksanaan pembangunan di negaranegara berkembang. Hal ini sangat berkaitan erat dengan kepentingannya dalam pembiayaan oleh kedua lembaga tersebut dalam pembangunan baik infrastruktur maupun yang non riil di negara berkembang. DAFTAR PUSTAKA Budi Setiyono, Birokrasi Dalam Perspektif Politik dan Administrasi, Pusat Kajian Otonomi Daerah dan Kebijakan Publik (PUSKODAK), FISIP Undip, 2004 VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 9

Chusnan, Pemeriksaan Khusus Kasus Tindak Pidana Korupsi Oleh Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, 1997 Diklat Penjejangan Auditor Ketua Tim, Fraud Auditing, Pusat Pendidikan dan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2000. Eddi Wibowo, Tomo, Hessel Nogi, Tngkilisan, Memahami Good Government Governance dan Good Corporate Governance, YPAPI, 2004 Frederickson, H. George, Comparing the Reinventing Government Movement with the New Public Administration Review, Vol. 56, No. 3, 1997. Hamid Basyaib, Richard Holloway, Nono Anwar Makarim, Mencuri Uang Rakyat 16 Kajian Korupsi di Indonesia, Pesta Tentara, Hakim, Bankir dan Pegawai Negeri, Yayasan Aksara, 2002. Mardiasmo, Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berkelanjutan, Populi, Newsletter, Edisi 3 Mei Juni 2005. Peter M. Blau, Marshall W. Meyer, Birokrasi Dalam Masyarakat Modern, UI Press, 1987 VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 10