BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN KE-3 KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba.

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

cost classification) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011)

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

PERTEMUAN KE-6 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu komponen dalam laporan keuangan yang sangat mempengaruhi posisi dan kinerja perusahaan. Keakuratan biaya merupakan hal terpenting dalam penentuan pendapatan perusahaan. Terkadang banyak orang mengartikan pengertian antara biaya (cost), beban (expense) dan kerugian (loss) adalah sama. Pada umumnya biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut IAI PSAK No. 97 (207 : huruf B) mengartikan biaya sebagai : Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal FASB, Stice (2004 : 37) juga mengartikan biaya sebagai : arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainya yang merupakan kegiatan utama perusahaan Firdaus (2009:22) mengartikan biaya sebagai berikut : Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang 6

7 akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan. Dari tiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu pengeluaran atau pengorbanan yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan suatu barang, jasa ataupun aktiva. Setiap biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan akan menjadi dasar penentuan harga, baik itu harga pokok produksi, harga pokok penjualan, dan kinerja suatu perusahaan. Timbulnya Harga Pokok Produksi dikarenakan adanya tujuan dalam mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi. Apabila harga pokok produksi terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan. Pencatatan harga pokok produksi tidak akan terlihat pada rekening biaya suatu perusahaan, hal ini dikarenakan segala biaya dibebankan pada produk yang dihasilkan sehingga pada neraca dicatat sebagai persediaan. Suatu harga pokok baru akan terlihat pada laporan Laba-Rugi pada saat produk tersebut dijual, karena pada laba rugi hanya terdapat akun harga pokok penjualan. B. Klasifikasi Biaya Untuk menyajikan data biaya yang berguna bagi manajemen perusahaan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka klasifikasi biaya diperlukan dalam penyajiannya. Pengklasifikasian biaya dapat dilakukan sebagai berikut :

8 1. Objek Biaya Objek biaya (cost object) merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan perhitungan biaya. Oleh sebab itu, dalam sebuah perusahaan terdapat banyak hal yang dijadikan sebagai objek biaya. Untuk mempersempit lingkup pengklasifikasian biaya, maka diklasifikasikan biaya kedalam dua macam yaitu : a. Berdasarkan Produk Biaya berdasarkan produk seringkali dijumpai dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Dalam biaya produk terdapat tiga elemen utama biaya, yaitu : 1) Bahan langsung (direct material cost) Biaya bahan langsung merupakan biaya perolehan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi (finished goods). Selain bahan langsung, bahan tidak langsung (indirect material) juga dibutuhkan dalam proses pembuatan produk. Bahan tidak langsung merupakan semua bahan yang tidak dapat diidentifikasikan dengan mudah dan ekonomis terhadap produk jadi. 2) Tenaga kerja langsung (direct labour cost) Merupakan biaya upah dari semua tenaga kerja langsung yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untukb menghasilkan suatu produk atau barang jadi. Contoh dari biaya ini adalah operator pabrik.

9 3) Biaya Overhead pabrik Adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain dari biaya ini adalah biaya produksi tidak langsung (indirect manufacturing cost, manufacturing expense, factory burden or manyfactoring overhead). Biaya overhead ini dapat diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok: a) Bahan tidak langsung b) Tenaga kerja tidak langsung c) Biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti: asuransi peralatan pabrik, penyusutan peralatan pabrik, dan lain-lain b. Berdasarkan Departemen Pada kategori ini biaya-biaya diklasifikasikan menurut departemendepartemen atau unit-unit organisasi yang lebih kecil dari suatu pabrik di mana biaya-biaya tersebut terjadi. Pengklasifikasian biaya ini dapat digunakan manajemen dalam menentukan harga pokok produk yang lebih tepat yang secara tidak langsung akan mengakibatkan penilaian laba yang layak. Perusahaan manufaktur terdapat dua jenis departemen atau bagian, yaitu: 1) Departemen produksi, merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan manufaktur di mana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas

10 produk, baik dengan tangan maupun dengan menggunakan mesin. Biaya yang terjadi dalam departemen ini seluruhnya dibebankan secara langsung kepada produk yang bersangkutan. Jika dalam suatu departemen terdapat dua jenis mesin yang berbeda atau lebihn maka untuk menentukan biaya produk yang tepat, departemen tersebut dapat dibagi menjadi beberapa pusat biaya. 2) Departemen pendukung, merupakan unit organisasi yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi. Departemen ini memberikan jasanya kepada departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik departemen produksi maupun departemen pendukung lainnya. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, utility, perencanaan dan pengendalian produksi, SDM, akuntansi, keuangan, internal audit, dan lain-lain. Semua biaya yang terjadi dalam departemen ini diklasifikasikan sebagai biaya overhead. Berdasarkan pengelompokan biaya departemen di atas, biaya-biaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi biaya departemen langsung dan biaya departemen tidak langsung. Biaya departemen langsung adalah biayabiaya yang terjadi atau berasal dari departemen yang dapat langsung dibebankan pada masing-masing departemen baik deaprtemen produksi maupun pendukung. Biaya departemen tidak langsung adalah biaya-biaya yang terjadi dimana manfaatnya diterima secara bersamaoleh beberapa departemen, biaya tersebut tidak mempengaruhi produksi sehingga biaya tersebut tidak

11 dapat dibebankan secara langsung pada masing-masing departemen, tetapi dialokasikan dengan menggunakan basis tertentu. Contohnya adalah sewa gedung, penyusutan gedung, dan listrik. Biaya tidak langsung ini biasa disebut dengan biaya gabungan (common cost). 2. Perilaku Biaya Ditinjau dari biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau volume, maka biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu: biaya variable (variable cost), biaya tetap (fixed cost), dan biaya semi variabel (semi variable). Biaya variable adalah biaya-biaya yang dapat berubah-ubah, perubahan biaya ini dipengaruhi oleh adanya perubahan pada tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi maupun penjualan. Selain itu, biaya variable memiliki karakteristik umum yaitu biaya per unit pada biaya ini tidak mengalami perubahan. Contoh dari biaya-biaya produksi yang dapat diidentifikasikan sebagai biaya variable adalah biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, serta beberapa elemen biaya overhead pabrik dan elemen biaya penjualan.

Total Biaya Bahan Langsung 12 11,000.00 9,000.00 Total Biaya variabel 7,000.00 5,000.00 3,000.00 1,000.00 1 2 3 4 5 6 Volume produksi dalam unit produk (dalam ribuan) Gambar 2.1 Pola Perilaku Bahan Baku Langsung sebagai Biaya Variabel sumber : Blocher, Stout, Chokins, 2011 : 115 Gambar 2.1 menggambarkan pola perilaku biaya bahan langsung yang berubah secara proposional terhadap adanya perubahan tingkat kegiatan atau output tertentu. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tidak berubah dengan adanya tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu. Biaya tetap per unit akan berubah dengan adanya perubahan volume produksi. Dalam jangka panjang biaya tetap juga akan menjadi biaya variable. Gambar 2.2 menunjukkan pola perilaku biaya tetap.

BIaya Sewa Gudang 13 11,000.00 9,000.00 7,000.00 5,000.00 3,000.00 Batas Tingkat Kegiatan yang Relevan Total Biaya Tetap total biaya tetap Total Biaya tetap 1,000.00 1 2 3 4 5 6 Volume produksi dalam unit produk (dalam puluh ribuan) Sumber : Charter, 2012 : 69 Gambar 2.2 Pola Perilaku Biaya Tetap Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan memproduksi 20.000 hingga 40.000 unit perusahaan perlu mengeluarkan Rp 7.000.000 untuk biaya sewa gudang. Apabila perusahaan memproduksi kurang dari 20.000 unit, perusahaan mungkin dapat menyewa gudang yang lebih kecil dengan biaya yang lebih murah. Hal itu juga berlaku pada kebalikannya, apabila perusahaan memproduksi lebih dari 40.000 unit maka perusahaan akan membutuhkan biaya untuk sewa gudang yang lebih besar. Selain dipengaruhi oleh jumlah produksi biaya tetap ini juga dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan syarat dan ketentuan pada periode berjalan. Biaya semi variable adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung unsure tetap dan unsure variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya ini harus dipisah menjadi elemen biaya yang harus

14 dikeluarkan untuk jasa yang digunakan. Contoh biaya ini adalah pembebanan biaya listrik. 3. Periode Akuntansi Pengklasifikasian biaya berdasarkan periode dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Biaya Produk, biaya ini sama dengan biaya produksi b. Biaya Periode yaitu segala biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan periode waktu atau akuntansi. Contohnya adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi C. Sistim Akuntansi Biaya Tradisional Akuntansi biaya tradisional merupakan sistem akuntansi yang memperhitungkan biaya produknya dengan menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity driver). Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi: (Hansen dan Mowen, 2009:162). Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Unit activity drivers ini membebankan biaya overhead melalui perhitungan biaya berdasarkan fungsi: tarif keseluruhan pabrik (gambar 2.3) dan tarif departemen (gambar 2.4)

15 Biaya Overhead Pembebanan Biaya Penelusuran Langsung Kesatuan Biaya Overhead Keseluruhan Pabrik Tahap satu: Pembentukan Kelompok Biaya Pembebanan Biaya Penggerak Tingkat Unit Produk Tahap Dua: Biaya yang DIbebankan Sumber: Hansen dan Mowen, 2009 : 164 Gambar 2.3. Tarif Keseluruhan Pabrik Tarif overhead keseluruhan pabrik dihitung dengan dua tahap. Pertama, biaya overhead yang dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kelompok untuk keseluruhan pabrik (pembebanan biaya tahap pertama). Biaya overhead dibebankan secara langsung pada kelompok biaya tersebut dengan menambahkan seluruh biaya overhead yang diperkirakan muncul dalam satu tahun. Biaya-biaya tersebut secara logika dapat diartikan akan dibebankan pada aktivitas makro yang sangat luas: produksi. Setelah biaya tersebut diakumulasikan dalam kelompok biaya ini, tarif keseluruhan pabrik dihitung

16 dengan menggunakan penggerak tingkat unit (biasanya jam tenaga kerja langsung). Terakhir, biaya overhead dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan jumlah jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan oleh tiap-tiap produk. Lalu untuk menghitung overhead yang dibebankan pada produksi aktual pada titik tertentu dalam suatu waktu dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Perbedaan antara overhead aktual dan overhead yang dibebankan disebut dengan variansi overhead (overhead variance). Jika overhead aktual lebih besar daripada overhead yang dibebankan, variansi disebut overhead yang terlalu rendah dibebankan dan pada akhir tahun akan dibebankan pada harga pokok penjualan sebagai penambah. Apabila variansi overhead aktual tersebut kurang dari overhead yang dibebankan disebut dengan overhead yang terlalu tinggi dibebankan maka variansi tersebut akan mengurangi harga pokok penjualan.

17 Biaya Overhead Alokasi Penelusuran Langsung Pembebanan Biaya Penelusuran Penggerak Kelompok Biaya Departemen A Tahap Satu: Pembentukan Kelompok Biaya Kelompok Biaya Departemen A Assign Pembebanan Biaya Penggerak Tingkat Unit Pembebanan Biaya Produk Tahap Dua: Biaya yang DIbebankan Gambar 2.4. Produk Perhitungan Biaya Berdasarkan Tarif Departemen Sumber: Hansen dan Mowen, 2009 : 166 Perhitungan tarif overhead departemen memiliki kerangka konseptual dengan dua tahap. Tahap pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan dibebankan pada setiap Departemen Produksi dan membentuk kelompok biaya overhead departemen. Setelah pembebanan dilakukan, penggerak berdasarkan unit-seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin-digunakan untuk menghitung tarif departemen. Pada perhitungan ini diasumsikan bahwa produk yang diproses menggunakan daya overhead sesuai proporsi penggerak berdasarkan unit departemen. Selanjutnya pada tahap dua, overhead dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah penggerak yang digunakan departemen terkait. Jumlah overhead yang dibebankan pada produk secara sederhana adalah jumlah dari banyaknya

18 overhead yang dibebankan pada setiap departemen. Rumus untuk perhitungan tarif berdasarkan jam mesin dan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut. D. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Pada umumnya biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai biaya-biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi produksi atau tujuan-tujuan biaya. Biaya overhead terdiri dari bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan seluruh biaya yang sulit untuk diidentifikasi dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau objek biaya lain tertentu. Istilah lain untuk biaya ini adalah beban pabrik, overhead produksi, biaya produksi tidak langsung, beban produksi, overhead pabrik, beban pabrik, dan biaya manufaktur tidak langsung. Biaya overhead memiliki dua karakteristik, karakteristik pertama biaya overhead memiliki hubungan erat dengan produk atau volume produksi. Overhead pabrik berbanding terbalik dengan biaya langsung, sebagai contoh, dengan adanya otomatisasi pabrik-timbulnya biaya overhead sehingga menjadi tinggi- maka tenaga kerja langsung akan semakin berkurang.

19 Karakteristik kedua dari biaya overhead ialah biaya ini dapat menjadi biaya variabel, karena item-item yang berbeda dalam biaya ini akan berubah apabila volume produksi berubah. Biaya overhead dapat menjadi biaya tetap, variabel, ataupun semivariabel 1. Pengertian Alokasi BOP dengan Sistem Tradisional Aloksi Overhead pabrik dengan sistem tradisional pada dasarnya mengukur biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan tingkat produksi atau jumlah unit yang dihasilkan. Alokasi dalam sistem ini didasarkan oada anggaoan bahwa biaya yang terjadi akan meningkat mengikuti dengan peningkatan jumlah unit yang diproduksi perusahaan. Dalam sistem tradisional terdapat lima basis alokasi overhead yang biasa digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik. a. Jumlah unit produksi. Basis penentuan overhead pabrik dengan menghitung julah produksi adalah metode termudah. Basis ini membebankan overheadnya sama besar dengan masing-masing unit yang diproduksi. Tarif overhead pabrik dapat dihitung dengan rumus b. Baya bahan langsung. Perhitungan alokasi biaya overhead dengan basis ini digunakan bila terdapat hubungan antara biaya bahan langsung dengan overhead pabrik. Presentasi yang dihasilkan antara overhead pabrik dengan

20 tenaga kerja langsung biasanya relatif sama selama satu periode. Rumus dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik dengan basis ini adalah c. Biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan tarid biaya overhead dengan basis ini hampir sama dengan perhitungan pada basis bahan langsung, hanya saja hubungan yang dilihat adalah hubungan antara biaya tenaga kerja langsung dengan overhead pabrik. d. Jumlah jam tenaga kerja langsung. Penentuan tarif alokasi overhead pada basis ini sama halnya dengan penentuan biaya tenaga kerja langsung, tetap dalam basis ini jam tenaga kerja yang menjadi pembagi. e. Basis alokasi jumlah jam mesin. Dengan adanya otomasisasi pabrik biasanya akan timbul jam kerja mesin, oleh karena itu jumlah jam kerja mesin dpat dihitung sebagai dasar penetuan tarif alokasi overhead pabrik. Alokasi overhead dengan sistem tradisional yang hanya menggunakan lima basis penentuan tarif overhead diatas dimana hanya memperhitungkan biaya berdasarkan biaya-biaya yang bekaitan dengan produk saja, akan menghasilkan biaya produk yang tidak layak. Hal ini akan sangat mempengaruhi bila terjadi kegiatan yang berkaitan atau digunakan oleh produk tetapi tidak ada hubungannya dengan jumlah unit yang dihasilkan.

21 2. Pengertian Alokasi BOP Departementalisasi Penentuan alokasi biaya overhead pabrik dengan sistem departemen pendukung tidak seperti penentuan alokasi dengan sistim tradisional. Dalam alokasi BOP departemen pendukung alokasi hanyalah suatu cara untuk membagi sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai subunit pada perusahaan. Dalam alokasi ini biaya secara total tidak akan berkurang atau meningkat. Meskipun demikian, jumlah biaya yang dibebankan ke sub unit dapat dipengaruhi oleh prosedur alokasi yang dipilih. Hansen & Mowen (2006:306) menyatakan bahwa : Alokasi biaya departemen dilakukan dengan dua tahap. Pertama, biaya bersama dibebankan ke departemen, dan kedua ke unit produksi atau jasa. Tipe-tipe departemen ada dua macam, yaitu : 1) Departemen Produksi, merupakan departemen yang secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa ynag dijual ke pelanggan. Contoh departemen produksi adalah divisi operasi, divisi audit pada akuntan publik. 2) Departemen Pendukung, merupakan departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen tersebut, misalnya : pemeliharaan, Keuangan, dan SDM.

22 E. Tahap-Tahap Pembebanan Alokasi BOP Menurut Sistim Tradisional dan Departementalisasi 1. Alokasi BOP Menurut Sistem Tradisional Alokasi BOP pada sistem tradisional dilakukan secara langsung. Keseluruhan biaya yang dihasilkan akan langsung dibebankan kepada proses produksi. Tidak ada pembagian kontribusi pada tiap-tiap bagian untuk biaya yang dihasilkan. Dengan kata lain alokasi BOP sistem tradisional adalah metode langsung. Sebagai contoh metode langsung, Mountain View Hospital memiliki dua departemen jasa dan dua departemen operasi sebagai berikut: Biaya departemen sebelum alokasi Administrasi Rumah Sakit Tabel 2.1 Biaya Setiap Departemen Departemen Jasa Jasa Perawatan Departemen Operasi Laboratorium Perawatan Pasien Total 360,000 90,000 261,000 689,000 1,400,000 Jam kerja karyawan 12,000 6,000 18,000 30,000 66,000 Luas ruangan yang ditempati (kaki persegi) 10,000 200 5,000 45,000 60,200 Sumber : Blocher, Stout, Cokins, 2011 : 384 Biaya administrasi Rumah Sakit akan dialokasikan berdasarkan jam kerja karyawan dan biaya Jasa Perawatan akan dialokasikan berdasarkan luas ruangan yang ditempati. Metode alokasi langsung biaya departemen jasa ke departemen operasi dapat dilihat pada tabel 2.1. berdasarkan tampilan pada tabel

23 dibawah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jumlah jam kerja di Departemen Administrasi Rumah Sakit dan di Departemen Jasa Perawatan diabaikan ketika mengalokasikan biaya departemen jasa menggunakan metode langsung. Dengan menggunakan metode langsung, dasar alokasi yang berkaitan dengan departemen jasa itu sendiridiabaikan, hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan departemen operasi yang digunakan dalam alokasi. Perhatikan bahwa aturan yang sama juga digunakan pada saat mengalokasikan biaya Departemen Jasa Perawatan. Meskipun departemen Administrasi Rumah Sakit dan Jasa Perawatan menggunakan beberapa luas ruang, hal ini diabaikan pada saat biaya Jasa Perawatan dialokasikan. Lalu perhatikan bahwa setelah semua alokasi telah selesai, seluruh biaya departemen jasa dimasukkan di dua departemen operasi. Tabel 2.2. Alokasi Metode Langsung Departemen Jasa Departemen Operasi Administra si Rumah Sakit ($) Jasa Perawatan ($) Laboratoriu m ($) Perawatan ($) Biaya departemen sebelum alokasi 360,000 90,000 261,000 689,000 1,400,000 Alokasi Biaya Adiministrasi Rumah Sakit (360,000) 135,000 225,000 - (18/48, 30/48)* Biaya Jasa Perawatan (5/15, (90,000) 9,000 81,000-45/50)+ Total biaya setelah alokasi - - 405,000 995,000 1,400,000 *Berdasarkan jam kerja karyawan di dua departemen operasi, yaitu 18.000 jam + 30.000 jam = 48.000 jam +Berdasarkan luas ruang yang ditempati oleh dua departemen operasi, yaitu 5.000 kaki persegi + 45.000 kaki persegi = 50.000 kaki persegi Sumber : Edward J. Blocher, David E. Stout, Gary Cokins, 2011 : 386 Total ($)

24 Metode ini sederhana sekali, tetapi kesederhanaan pada metode ini menyebabkan ketidakakuratan pengalokasian biaya dibandingkan dengan metode lainnya. Hal ini dikarenakan, metode ini mengabaikan jasa antar departemen. 2. Alokasi BOP Menurut Sistim Departementalisasi Menurut Hansen & Mowen (2007:306) tahap-tahap alokasi biaya menurut system departementalisasi adalah : a) Pendefinisian departemen dan penentuan biaya overhead yang terjadi pada tiap-tiap departemen merupakan tahap awal dalam pengalokasian biaya overhead pabrik departemenaslisasi. b) Pengalokasian Biaya dari Departemen ke Produk, setelah perusahaan dibagi ke dalam departemen dan semua biaya overhead ditelusuri ke tiap departemen, biaya departemen pendukung dibebankan ke departemen prosuksi, dan tarif overhead dibuat untuk menentukan biaya produk.

25 Tabel 2.3 Contoh Pembagian Departemen Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Jasa PERUSAHAAN MANUFAKTUR : FURNITUR DEPARTEMEN PRODUKSI DEPARTEMEN PENDUKUNG Perakitan Bahan gudang Gaji Supervisor Gaji staf administrasi Bahan baku tidak langsung Penyusutan forklift penyusutan mesin Kafetaria Penyelesaian Makanan Ampelas Gaji koki Penyusutan alat penggosok dan Penyusutan kompor kain penggosok Pemeliharan Gaji petugas kebersihan Bahan-bahan pembersih Oli mesin dan minyak pelumas General factory Penyusutan bangunan Keamanan dan utilitas PERUSAHAAN JASA : BANK DEPARTEMEN PRODUKSI DEPARTEMEN PENDUKUNG Kredit kendaraan bermotor Drive-thru Gaji pemrosesan kredit Gaji Kasir Formulir dan perlengkapan Penyusutan peralatan Kredit Komersial Pemrosesan Data Gaji pemrosesan kredit Gaji Staf Penyusutan peralatan kantor Perangkat lunak Software untuk Penyusutan hardware Administrasi Bank Gaji CEO Gaji resepsionis Biaya Telepon Penyusutan ruang besi Sumber : Hansen & Mowen (2007 :307)

26 c) Tipe-tipe Dasar Alokasi Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung; oleh sebab itu, biaya departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas depertemen produksi. Menurut Hansen & Mowen (2009 : 308) Faktor penyebab adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa pendukung. Untuk mengilustrasikan tipe penggerak biaya yang dapat digunakan, pertimbangkanlah tiga departemen pendukung berikut, listrik, personalia dan penanganan bahan baku. Untuk listrik dapat dilihat dari jam kerja setiap departemen pada perusahaan tersebut, personalia dapat diukur dari jumlah pegawai pada tiap departemen, dan untuk bahan baku dapat dilihat dari lamanya pemrosesan bahan baku pada departemen tersebut. d) Tujuan Alokasi Tujuan alokasi biaya tersebut untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan pada tiap-tiap departemen guna efektivitas biaya. F. Alokasi Biaya Departementalisasi Dalam prakteknya pembebanan alokasi biaya departemen pendukung ke departemen lain menggunakan tarif pembebanan. Ada dua cara perhitungan tarif pembebanan dalam alokasi departementalisasi, yaitu :

27 1) Tarif pembebanan tunggal Contoh untuk tarif pembebanan tunggal pada kasus Hamilton and Berry, kantor akuntansi publik skenario pembuka. Perusahaan ini mengembangkan departemen fotokopi internal untuk melayani tiga departemen produksi (Audit, Pajak, dan Konsultasi manajemen. G. Pengertian Harga Pokok Menurut Riborn/ Kinney (2011:56) Harga Pokok merupakan total produksi biaya barangbarang yang telah selesai dikerjakan selama periode berjalan. Kemudian menurut Hansen/ Mowen (2009:60) Harga Pokok mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan pada barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Perincian dari pembebanan biaya ini diuraikan dalam daftar pendukung byang disebut sebagai laporan harga pokok produksi. Dalam suatu organisasi keluaran (output) merupakan salah satu objek penting. Ada dua jenis keluaran, yaitu produk berwujud dan jasa. Produk berwujud (tangible product) adalah barng yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan tenaga kerja dan masukan (input) modal, seperti pabrik, lahan dan mesin. Jasa (service) adalah tugas atau aktivitas yang dilakukan untuk pelanggan dengan menggunakan produk atau fasilitas organisasi.

28 Jasa berbeda dengan produk berwujud dalam empat dimensi penting : tidak berwujud (intangibility), tidak tahan lama (perishability), tidak dapat dipisahkan (inseparability) dan tidak selalu sama (heteroginity). Fitur Tidak Berwujud Tidak Tahan Lama Tidak dapat dipisahkan Tidak selalu sama Interaksi Jasa dengan Akuntansi Manajerial Dampak pada Akuntansi Sifat Turunan Manajemen - Jasa tidak dapat disimpan - Tidak ada persediaan - Tidak ada perlindungan hak paten - Tidak dapat menampilkan atau mengomunikasikan jasa - Harga sulit ditetapkan - Kode etik yang ketat - Perlu adanya pembebanan biaya yang lebih akurat - Manfaat jasa cepat kadaluarsa - Tidak ada persediaan - Perlu adanya standar dan - Jasa sering berulang untuk satu konsistensi kualitas yang tinggi - Pelanggan terlibat langsung - Biaya diperhitungkan sesuai dalam produksi jasa dengan jenis pelanggan - Produksi jasa secara masal dan tersentralisasi sulit dilakukan - Variasi yang luas sangat mungkin terjadi Sumber : Hansen dan Mowen, 2009 : 55 Tabel 2.4 - Menuntut pengukuran dan pengendalian kualitas untuk mempertahankan konsistensi - Pengukuran produktivitas dan kualitas, serta pengendalian harus dilakukan terus-menerus - Manajemen kualitas yang total adalah hal yang sangat penting H. Pengertian Efektivitas Pada umumnya efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi. Padahal suatu tujuan atau saran yang telah tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu efisien. Walaupun terjadi suatu peningkatan efektivitas dalam suatu organisasi maka belum tentu itu efisien. Jelasnya, jika sasaran atau tujuan

29 telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat dikatakan efektif. Jadi bila suatu pekerjaan itu tidak selesai sesuai waktu yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan tidak efektif. Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Sedarmayanti (2001 : 59) mengenai pengertian efektivitas kerja yaitu: Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target telah tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisien meningkat. Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna yang berkenaan dengan pencapaian tujuan.