BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika setiap tahunnya berkisar antara orang dari orang. terbanyak di Asia (Yayasan Stroke Indonesia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. (Misbach, 2011). Stroke merupakan salah satu sumber penyebab. gangguan otak pada usia puncak produktif dan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar & Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. American Heart Association tahun 2009 melaporkan sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Jumlah penderita stroke di Amerika Serikat tersebut tercatat sebagai serangan stroke pertama sebanyak 610.000 orang, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and Prevention, 2009). Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Prevalensi penderita stroke di Amerika pada tahun 2009 meliputi penderita stroke dengan pemulihan total sekitar 460 orang dari 100.000 penderita, 50-70% dari penderita stroke mengalami perbaikan fungsional, namun 15-30% cacat permanen, dan 20% memerlukan perawatan institusional pada 3 bulan setelah onset. Sebagian besar pasien stroke mengalami cacat tetap stabil antara 6-9 bulan dan 5 tahun setelah stroke dan sepertiganya memerlukan perawatan dan bantuan dalam aktivitas sehari-hari (Artal & Egido, 2009).

Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Jumlah penderita stroke di Indonesia mencapai 500.000 penduduk setiap tahunnya, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yayasan Stroke Indonesia, 2009). Riset Kesehatan Dasar (2013) melaporkan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8 ), diikuti DI Yogyakarta (10,3 ), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi stroke di Sumatera Utara mencapai 10, 3%. Laporan World Stroke Organization (WSO) tahun 2009, memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab utama hilangnya pekerjaan dan kualitas hidup yang buruk. Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak bagi penyandangnya, akan tetapi juga berdampak bagi anggota keluarga. Penderita stroke yang mengalami kecacatan bergantung pada dukungan emosional dan fisik dari informal caregiver yang biasanya adalah anggota keluarga (Akosile, Okoye, Nwankwo, Akosile & Mbada, 2011). Penelitian Artal dan Egido (2009) di Amerika, sebesar 38% penderita stroke mengalami depresi yang disebabkan ketidakmampuan bekerja karena cacat dan kegiatan sosial berkurang. Status fungsional dan depresi yang dialami penderita stroke diidentifikasi sebagai prediktor kualitas hidup. Kualitas hidup penderita stroke sangat bergantung pada kualitas penatalaksanaan stroke yang diberikan secara holistik oleh tenaga kesehatan dan interdisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, pasien, dan keluarga (Almborg et

al, 2009). Penanganan stroke secara umum dibagi menjadi dua tahap. Tahap akut dan tahap paska akut atau tahap pemulihan. Sasaran pengobatan dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi, pencegahan komplikasi dan terjadinya stroke berulang (National Institute of Neurological Disorder and Stroke, 2008, Harsono, 2000). Namun apabila pasien stroke ini ditangani dengan baik, maka akan dapat meminimalkan kecacatan dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam beraktifitas. Perawat mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan asuhan keperawatan dan dukungan pada pasien stroke dan keluarganya. Peran perawat dimulai dari tahap akut hingga tahap rehabilitasi, serta pencegahan terjadinya komplikasi pada pasien stroke (National Institute of Neurological Disorder and Stroke, 2008). Peran perawat pada tahap paska rehabilitasi bukan hanya dalam hal pencegahan komplikasi dan mengurangi faktor resiko terjadinya stroke berulang, tetapi juga mengidentifikasi kebutuhan akan perencanaan pulang yang sesuai dengan kebutuhan keluarga, dan memberikan informasi yang dibutuhkan, serta mendorong keluarga untuk lebih efektif dalam melaksanakan perannya dan bergerak melampaui ketidakmampuan mereka. Sedangkan peran utama perawat terhadap keluarga pasien stroke yaitu meningkatkan koping keluarga melalui penyuluhan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2002). Keluarga pasien sendiri berperan besar dalam tahap pemulihan, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan ikut terlibat pada penanganan pasien stroke. Keluarga sebagai caregiver merupakan mitra penting dalam pemberian pelayanan perawatan kesehatan yang kompleks seperti halnya selama perawatan

pasien pasca stroke. Menurut Wilkinson (2009), dengan tren penyakit kronis saat ini, seperti stroke yang menimbulkan ketidakberdayaan, kebutuhan perawatan jangka panjang dan berkurangnya masa rawat di rumah sakit, keberadaan keluarga sebagai caregiver dalam memberikan perawatan sangat berarti bagi pemulihan pasien. Informal caregiver (anggota keluarga atau teman) memberikan perawatan kepada individu dengan berbagai kondisi, seperti pada lansia, demensia dan stroke. Perhatian kesehatan lebih banyak berfokus pada penderita stroke. Keluarga pasien sebagai caregiver yang selalu setia mendampingi selama hampir 24 jam disamping pasien, memberikan perawatan dan memberikan dukungan emosional sering terlupakan untuk diteliti. Perawat menghabiskan waktu terbanyak dengan pasien selama rawat inap, akan tetapi tetap saja mempunyai waktu yang terbatas dalam interaksi dengan pasien stroke (Reinhard et al, 2008). Perhatian pada caregiver ini penting karena keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien stroke tidak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan. Informasi tentang fluktuatif kondisi pasien, tanda dan gejala, respon pasien akan pengobatan yang dijalani, hanya bisa didapatkan dari keluarga pasien yang menjadi caregiver. Given, Given & Sherwood (2011), menyatakan bahwa caregiver merupakan sumber dukungan utama individu dengan stroke dan merupakan orang pertama yang merespon perubahan status pasien selama fase perjalanan penyakitnya. Seseorang yang menjadi caregiver dalam keluarga biasanya dilihat dari kedekatan dan kesempatannya dalam menjalankan perannya. Pada pasien stroke

baik sebagai suami/istri, yang menjadi caregiver primer adalah pasangannya, sementara bagi pasien stroke lansia, anak yang sudah beranjak dewasalah yang menjadi caregiver sekunder setelah pasangan lansia tersebut. Caregiver yang sudah berusia lanjut memiliki level ketidakberdayaan lebih besar (Lowenstein & Gilbar, 2000). Given et al (2005) menguraikan bahwa caregiver usia dewasa pertengahan dan bekerja memiliki tingkat gejala depresi tertinggi daripada yang lain, memiliki perasaan seolah akan ditinggalkan pasien, dan gangguan rutinitas sehari-hari menjadi sumber konflik mereka. Beberapa penelitian tentang caregiver menunjukkan hasil bahwa caregiver merasa terbebani dalam merawat pasien stroke dan berdampak negatif terhadap kesehatannya. Sekitar 30-48% caregiver keluarga mengalami stress psikologis lebih besar dibandingkan dengan pasien yang dirawatnya. Williams (2003, dalam Smith & Liehr, 2008) mengungkapkan dalam teori keperawatannya dinamika caregiving (the dinamics of caregiving) bahwa komitmen, harapan dan hubungan caregiver dengan pasien baik di masa lalu, sekarang dan masa depan memiliki pengaruh dalam bentuk caring yang diberikan oleh caregiver. Penelitian kualitatif tentang persepsi keluarga sebagai caregiver di Tanzania, oleh Walker (2007), menunjukkan adanya dampak emosional negatif pada caregiver. Pengalaman caregiver dalam merawat pasien stroke beragam dirasakan masing-masing individu, mengingat keunikan yang ada pada diri manusia. Penelitian kualitatif digunakan dalam menggali hal tersebut. Perhatian pemerintah di beberapa negara maju terhadap caregiver sudah sangat luar biasa, dengan banyak bermunculan organisasi nasional caregiver seperti NFCA (National

Family Caregiver Association), National Alliance of caregiver di Amerika Serikat. Semenjak tahun 1997, Amerika Serikat sudah menghargai keberadaan caregiver, hak-hak caregiver dituangkan dalam a caregiver s bill of right, dan bulan November dijadikan sebagai bulan nasional caregiver keluarga (NFCA, 2012). Melihat berbagai fenomena terkait peran keluarga sebagai caregiver pasien stroke, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah. Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan fenomenologi karena masih sangat sedikit penelitian terkait pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah yang dilakukan dengan desain kualitatif. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan fenomenologi akan diperoleh informasi baru yang lebih banyak secara komprehensif dan mendalam terkait fenomena keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah yang belum tentu dapat diperoleh melalui desain penelitian lain. 1.2. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang makna pengalaman keluarga sebagai caregiver pasien stroke di rumah.

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap praktik keperawatan terkait peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik pada pasien stroke dan keluarga sebagai caregiver. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan makna pengalaman keluarga sebagai caregiver pasien stroke sehingga dapat diidentifikasi intervensi keperawatan terhadap caregiver dalam merawat pasien stroke agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien stroke yang dirawatnya di rumah serta kualitas hidup caregiver yang merawatnya, sehingga pada akhirnya akan menurunkan kejadian stroke berulang. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mengembangkan riset keperawatan. Data yang ditemukan dapat dipakai sebagai data dasar penelitian selanjutnya terkait permasalahan yang muncul pada keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pendidikan keperawatan. Peran keluarga sebagai caregiver selama mendampingi pasien sangat penting dalam pemulihan pasien stroke, sehingga penting dipelajari tentang cara meningkatkan kualitas peran dan fungsi caregiver dalam merawat pasien stroke.