VIII. PENINGKATAN MUTU MELALUI PENERAPAN SISTEM HACCP

dokumen-dokumen yang mirip
VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A.

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN I-1

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TUGAS MATA KULIAH HACCP PENYUSUNAN HACCP PLAN PADA PROSES PENGALENGAN IKAN SARDEN DALAM KALENG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

Pemilik. Komisaris. Direktur. Internal Audit. Office. Gudang. Timbangan. Personalia. Umum. Keamanan

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

IV. METODOLOGI PENELITIAN

HANS PUTRA KELANA F

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

2013, No.217 8

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SARI BUAH

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

MODEL RENCANA HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) INDUSTRI SAUS CABE

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit

BAB I LATAR BELAKANG

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

Transkripsi:

VIII. PENINGKATAN MUTU MELALUI PENERAPAN SISTEM HACCP Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya saing kompetitif. Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan banyak industri pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena meningkatnya kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri akan keamanan pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh permintaan konsumen terutama dari negara pengimpor. Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan yaitu, telah diterapkannya Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP). Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi CAC tersebut dan menuangkannya dalam acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik-Titik Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu Pedoman BSN 1004/2002. 90

Sistem yang penerapannya masih bersifat sukarela ini telah digunakan pula oleh Departemen Pertanian RI dalam menyusun Pedoman Umun Penyusunan Rencana Kerja Jaminan Mutu Berdasarkan HACCP atau Pedoman Mutu Nomor 5. 8.1. Pembentukan Tim HACCP Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industri yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/ engineer, ahli kimia, dan lain sebagainya sehingga dapat melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan. Tugas Ketua Tim HACCP : 1. Menentukan dan mengontrol lingkup HACCP yang akan digunakan. 2. Mengarahkan disain dan implementasi Sistem HACCP dalam pabrik. 3. Mengkoordinasi dan mengetuai pertemuan-pertemuan Tim. 4. Menentukan apakah sistem HACCP yang dibentuk telah memenuhi ketentuan Codex, memperhatikan pemenuhan sistem terhadap peraturan-peraturan atau standar yang berlaku dan kefektivitas dari sistem HACCP yang akan dibuat. 5. Memelihara dokumentasi atau rekaman HACCP. 6. Memelihara dan mengimplementasi hasil-hasil audit internal sistem HACCP. 7. Karena ketua Tim merupakan ahli HACCP diperusahaan/pabrik, maka harus mempunyai keahlian komunikasi dan kepemimpinan, serta mempunyai perhatian yang tinggi terhadap jenis usaha yang dijalankan. Tugas Anggota Tim HACCP : 1. Mengorganisasi dan mendokumentasikan studi HACCP dalam pabrik yang bersangkutan. 2. Mengadakan kaji ulang (pengkajian) terhadap semua penyimpangan dari batas kritis. 3. Melakukan internal audit HACCP Plan (Rencana HACCP atau Rencana Kerja Jaminan Mutu). 4. Mengkomunikasikan operasional HACCP. 91

PT SARI ADITYA LOKA 1 Kantor pusat : Jl. Pulo Ayang Raya Blok OR-1, Kawasan Industri Pulogadung, JAKARTA 13930 Telp (021) 4616555 hunting), Fax. (021) 4616548 Kebun : Desa Muara delang Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin, Jambi Mail Box : PO BOX 70, Bangko Jambi. Telp. 08127401456 Menimbang : SURAT KEPUTUSAN 03/12/2009/HACCP/SAL-1 1. Bahwa di dalam sistem perdagangan global, persaingan produk telah menuntut pemberlakuan sejumlah standar dan persyaratan internasional, termasuk di dalamnya adalah syarat keamanan pangan. 2. Bahwa sistem manajemen Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) adalah salah satu sistem manajemen keamanan pangan yang sangat populer dan diakui secara luas di dunia Internasional. 3. Bahwa telah berkomitmen untuk menerapkan sistem manajemen HACCP tersebut, sehingga diperlukan Tim Kerja yang memiliki kualifikasi untuk mensukseskan penerapannya. 4. Bahwa untuk keperluan tersebut di atas, perlu disusun keputusan direksi yang mengikat. Mengingat : 1. Rapat Internal tanggal 24 November 2009 2. Saran dan usulan yang bersesuaian untuk itu. Menetapkan. I. Organisasi PT. SARI ADITYA LOKA 1 dengan struktur organisasi sebagai berikut : KETUA TEAM HACCP ADMINISTRATUR WAKIL TEAM HACCP KEPALA PABRIK SEKRETARIAT (Document Control) / SHE INTI 1 INTI 2 PLASMA HU KEPALA TATA KEPALA TEHNIK KEPALA PABRIK CDO SHE KA AFDELING OA, OB KA AFDELING OC, OD KA AFDELING OC, OD KA AFDELING OG KA AFDELING OH, OI AI, F1, F2 BI, CI, EI, JI, KI IA, IB, HI JK KK KABAG HRGA KABAG GUDANG KABAG KEUANGAN OPERASIONAL PROSES 1 PROSES 2 PROSES 3 PROSES KA LAB CDO 92

II. Keanggotaan dan ruang lingkup kerja Tim HACCP sebagaimana diatur dengan ketentuan pasal demi pasal sebagai berikut: Pasal 1. Umum 1. Tim Hazard Analysis Critical Control Points atau selanjutnya disebut Tim HACCP adalah tim yang dibentuk untuk mempersiapkan, menyelenggarakan, memantau, memvalidasi, dan memverifikasi sistem manajemen keamanan pangan Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP). 2. Tim HACCP bertugas di lingkungan pabrik - PT SAL 1 3. Masa kerja Tim HACCP tidak terbatas, namun keanggotaannya dapat diperbaharui sesuai kebutuhan perusahaan. Pasal 2. Struktur Tim 1. Tim HACCP di terdiri dari empat kelompok kerja masing-masing: a. Sekretariat HACCP b. Tim Perancangan Sistem HACCP c. Tim Auditor Internal 2. a. Susunan lengkap Tim HACCP disajikan pada Lampiran 1. b. Susunan lengkap Tim Audit Internal disajikan pada Lampiran 2. c. Lampiran 1 dan 2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini. 3. Penunjukan Tim HACCP sebagaimana Pasal 2 ayat 1 dan 2 tersebut di atas tidak membebaskan personalia yang bersangkutan dari tugas dan tanggung jawab kegiatan rutin keseharian yang bersangkutan. Pasal 3. Tugas, Wewenang, dan Tanggung jawab 1. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Sekertariat HACCP: a. Melaksanakan pembuatan revisi, distribusi, penarikan, pemusnahan dokumen dan rekaman. b. Mengelola rekaman penerapan sistem HACCP di seluruh bagian pabrik. c. Melayani surat-menyurat kepala bagian HACCP untuk penerapan HACCP. d. Membuat publikasi internal mengenai penerapan HACCP. e. Menjadi sumber informasi mengenai penerapan HACCP di perusahaan. 93

2. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Tim Perancangan Sistem HACCP: a. Bertugas untuk melakukan analisa bahaya dan menyusun rencana HACCP. b. Bertugas untuk merancang sistem HACCP. c. Bertanggung jawab terhadap penyusunan dan penerapan sistem HACCP. d. Berwenang untuk mensosialisasikan sistem HACCP. 3. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Tim Auditor Internal: a. Menyusun rencana audit. b. Menyelenggarakan kegiatan audit internal. c. Menyusun rencana kalibrasi peralatan. d. Memastikan pelaksanaan kalibrasi peralatan e. Membuat laporan hasil audit dan kalibrasi. Ditetapkan di Jambi Pada tanggal 1 Desember 2009 Cahyo Kurniawan W., SP Administratur Tembusan : - HRD 94

LAMPIRAN 1. TIM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) Tim Kerja HACCP sebagai berikut: I. Ketua Tim HACCP : Cahyo Kurniawan W., SP II. Wakil Ketua HACCP III.Sekertariat HACCP : Sudi Haryanto : Hadi Sukoco IV.Tim Perancangan Sistem HACCP : 1. Sudi Haryanto 2. Hadi Sukoco 3. Fransiskus Purba 4. Sugito 5. Jonet Budiarto 6. Soleh 7. Enda Suhenda V. Anggota Tim HACCP : 1. Endro Sasono 2. Wildan MY 3. Imron Rosadi 4. Wahidi 5. Paijan 6. Laksono Heri Yulianto 7. Usmadi 8. Hendi Wijayanto 9. Rachmat Fachnani Siregar 10. Kusno 11. Azwir Zein 12. Khairudin 13. Fachrurrazi 14. Irsyad Lampiran 2. TIM AUDITOR INTERNAL 1. Hadi Sukoco 2. Hendi Wijayanto 3. Azwir Zein 4. Imron Rosadi 5. Irsyad 95

8.2. Deskripsi Produk Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk, komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif. Deskripsi produk PT ASL secara lengkap dapat dilhat pada Tabel 28. Tabel 28. Deskripsi produk No. Spesifikasi Uraian Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil = CPO) 1. Nama Produk Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil = PKO) 2. Bahan Baku Tandan buah sawit segar (TBS) Kebun Inti 3. Sumber Bahan Baku Koperasi Bahan 4. Air penunjang/pembantu 5. Proses penerimaan bahan baku 6. Tahapan proses pengolahan TBS diangkut ke pabrik pengolah dengan menggunakan truk, kemudian dilakukan penimbangan, sortasi dan penuangan di loading ramp Bahan baku (TBS) dilakukan penimbangan saat memasuki pabrik pengolahan kemudian dilakukan sortasi. Buah yang tidak memenuhi standar dikembalikan kepada petani. Buah yang sesuai dengan standar dimasukkan ke dalam loading ramp. Buah selanjutnya dimasukkan ke dalam lori dan dilakukan perebusan di sterilizer. Dengan menggunakan hoisting crane buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam autofeeder untuk dilakukan pemisahan antara buah dan janjang di tresher. Janjang kosong selanjutnya diteruskan ke empty bunch dengan menggunakan conveyor yang selanjutnya ditampung dengan dump truck untuk diaplikasikan ke lahan sebagai mulsa (mulching). Buah hasil pemisahan selanjutnya dilumatkan di digester dan di kempa pada screw presss untuk memperoleh minyak. Ampas hasil proses pengepresan diproses lanjut di kernel station untuk mendapatkan kernel. Minyak yang diperoleh disaring dengan menggunakan vibrating screen kemudian proses pemisahan antara fraksi minyak dengan sludge di tangki clarifer. Minyak selanjutnya ditampung pada wet oil tank untuk dilakukan pemurnian kadar kotoran di purifier. Tahap selanjutnya melakukan pengurangan kadar air dengan tehnik vacuum drier. Minyak yang dihasilkan disimpan di storage tank 96

Tabel 28. Deskripsi produk (lanjutan) No. Spesifikasi Uraian 7. Jenis Kemasan Dijual dalam bentuk curah 8. Umur simpan 6 (enam) bulan 9. Syarat Penyimpanan Penyimpanan dalam tangki penyimpanan, tanpa ada ketentuan/persyaratan khusus. 10. Pemasaran Sabagai bahan baku untuk perusahaan lokal dan perusahaan luar negeri yang dilakukan oleh kantor pusat Jakarta 11. Distribusi Dari pabrik, CPO diangkut dan didistribusikan menggunakan truk tangki, tertutup, tidak bocor dan bersih. Pendistribusian CPO terbagi menjadi 2 (dua) yaitu disimpan di tempat penyimpanan akhir di pelabuhan dan beberapa didistribusikan langsung ke perusahaan pengolah CPO. CPO yang disimpan di tangki penyimpanan pelabuhan, selanjutnya didistribusikan menggunakan kapal tangki dan didistribusikan kepada pembeli lokal dan luar negeri. 12. Cara Penggunaan CPO merupakan bahan baku pembuatan produk pangan dan non pangan. CPO bukan produk yang dikonsumsi langsung oleh konsumen. 8.3. Identifikasi Pengguna Produk Peruntukan penggunaan harus didasarkan kepada kegunaan yang diharapkan dari produk oleh pengguna akhir atau konsumen. Tujuan penggunaan ini harus didasarkan kepada manfaat yang diharapkan dari produk oleh pengguna atau konsumen. Pengelompokan konsumen penting dilakukan untuk menentukan tingkat resiko dari setiap produk. Tujuan penggunaan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi apakah produk tersebut dapat didistribusikan kepada semua populasi atau hanya populasi khusus yang sensitif (balita, manula, orang sakit dan lain-lain). Pengguna akhir dari CPO adalah industri, dan tidak digunakan secara langsung kepada konsumen. Sedangkan pengguna akhir dari minyak goreng adalah seluruh konsumen umum. 8.4. Penyusunan Bagan Alir Diagram alir harus disusun oleh tim HACCP. Penyusunan diagram alir proses pembuatan produk dilakukan dengan mencatat seluruh proses sejak diterimanya bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk jadi untuk disimpan. Pada beberapa jenis produk, terkadang disusun diagram alir proses sampai dengan cara pendistribusian produk tersebut. Hal tersebut tentu saja akan memperbesar pekerjaan pelaksanaan HACCP, akan tetapi pada produk-produk yang mungkin mengalami abuse (suhu dan sebagainya) selama distribusi, 97

maka tindakan pencegahan ini menjadi amat penting. Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya. Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam proses secara jelas mengenai: Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi, penyimpanan dan penundaan dalam proses, Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam proses seperti bahan baku, pengemasan, air dan bahan kimia, Keluaran dan proses seperti limbah: pengemasan, bahan baku, product-in-progress, produk rework, dan produk yang dibuang (ditolak). 8.5. Verifikasi Bagan Alir Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan. 8.6. Analisa Bahaya Bahaya adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen secara negatif yang meliputi bahan biologis, kimia atau fisik di dalam, atau kondisi dari, makanan dengan potensi untuk menyebabkan dampak merugikan kesehatan. Langkah ke enam ini merupakan penjabaran dari prinsip pertama dari HACCP, yang mencakup identifikasi semua potensi bahaya, analisa bahaya, dan pengembangan tindakan pencegahan. a. Identifikasi bahaya Tim HACCP dalam melakukan identifikasi HACCP harus mendaftar semua bahaya potensial yang terkait dengan setiap tahap dan sedapat mungkin mengindentifikasi tindakan pencegahannya. Terdapat beberapa jenis bahaya dalam bisnis pangan yang dapat mempengaruhi secara negatif atau membahayakan konsumen, yaitu bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik. 98

b. Penetapan Bahaya Tim HACCP berikutnya mendefinisikan dan menganalisa setiap bahaya. Untuk pencantuman didalam daftar, bahaya harus bersifat jelas sehingga untuk menghilangkan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima adalah penting dalam produksi pangan yang aman, secara lengkap disajikan pada Tabel 29 dan 30. 99

Tabel 29. Penentuan bahaya potensial nyata proses produksi CPO BAHAN BAKU/ TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS PEMANTAUAN APA DIMANA BAGAIMANA KAPAN SIAPA TINDAKAN PENCEGAHAN 1. Tandan Buah Segar (TBS) Kimia : Solar Kontaminasi solar pada TBS yang dikirim ke pabrik dpaat terjadi jika truk yang sama yang digunakan untuk mengangkut TBS digunakan juga untuk mengangkut solar ZERO Cemaran solar Di loading ramp saat penerimaan Pengamatan secara visual Setiap truck yang masuk Petugas sortasi Jika terdapat cemaran, buah dikembalikan Meletakkan drum bekas solar yang sudah kosong diatas TBS pada saat pengiriman TBS ke pabrik Cemaran solar Di loading ramp saat penerimaan Pengamatan secara visual Setiap truck yang masuk Petugas sortasi Jika terdapat cemaran, buah dikembalikan Pupuk Kontaminasi pupuk pada TBS yang dikirim ke pabrik jika truk yang digunakan terkontaminasi pupuk Cemaran pupuk Di loading ramp saat penerimaan Pengamatan secara visual Setiap truck yang masuk Petugas sortasi Jika terdapat cemaran, buah dikembalikan 2. Oil Despatch Kimia : Solar Kontaminasi solar pada CPO yang akan dijual dari tangki minyak yang digunakan juga untuk mengangkut solar ZERO Cemaran solar Di tangki CPO Pemeriksaan truck Setiap CPO yang akan muat Satpam dan QC oil despatch Jika terdapat indikasi cemaran, truck ditolak 100

Tabel 30. Penentuan bahaya potensial nyata proses produksi minyak goreng BAHAN BAKU/ TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS PEMANTAUAN APA DIMANA BAGAIMANA KAPAN SIAPA TINDAKAN PENCEGAHAN 1. Filling Fisik : Potongan plastik Potongan/serpihan plastik yang berasal dari kemasan plastik yang digunakan ZERO Cemaran plastik Proses pengisian Pengamatan secara visual Setiap pengisian Petugas sortasi Jika terdapat cemaran, produk diisolasi dan dilakukan pengecekan ulang oleh QC 101