BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. oleh situasi politik di wilayah kerajaan-kerajaan yang didatangi (I G.N. Anom,

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Kp. Cibogo 02/07 desa Bobojong Kecamatan Mande Cianjur Tlp: /

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masjid Agung Madani Islamic Center Pasir Pangaraian mulai dibangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 1. Kotinuitas Elemen Pembentuk Ruang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

Software Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

AKULTURASI BUDAYA PADA INTERIOR MASJID INDRAPURI DI ACEH BESAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan kesenian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI. transformatif nilai-nilai religi dan budaya dalam pendidikan sejarah di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan motif hias yang terdapat pada hasil karya sebagai wujud dari kebudayaan yang melambangkan gagasan tentang alam yang hidup dilingkungan masyarakat. Ketika kebudayaan Islam mulai menyusun bentuknya, sejumlah ciri khas Islam mulai diposisikan baik yang mengadopsi dari kebudayaan lain maupun original. Bentuk-bentuk lengkungan, dan kubah menjadi corak Islam serta di kombinasikan dengan dekorasi flora, geometrik dan kaligrafi. Islam sebagai agama dan kebudayaan yang berkembang pesat di Indonesia memberikan warna tersendiri pada karya seni rupa yang mempunyai persamaan dan perbedaan dengan negara-negara lainnya. Kebudayaan Islam memiliki banyak sekali wujud yang menjadi ciri khasnya. Di antaranya seperti karya arsitektur yang tersebar di seluruh jagat raya ini, yaitu masjid. Masjid merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur Islam yang berpedoman pada ketentuan Allah SWT sebagai tempat beribadah. Membaca karya arsitektur, sebagai artefak budaya menuntut ketelitian memperhatikan detail disetiap elemen bangunan (Fanani, 2009, hlm. 132). Oleh karena itu dalam mendirikan bangunan masjid tak lepas dari aturan-aturan yang telah ditentukan oleh-nya melalui ajaran Islam, termasuk penataan ruang beserta elemen-elemen penghiasnya. Seni hias Islam merupakan salah satu unsur penting dalam penampilan akhir sebuah masjid. Dengan elemen penghias, masjid akan terlihat sempurna keindahannya. Indonesia yang mayoritas penduduknya Islam, tentu memiliki banyak sekali Masjid yang indah dan megah. Salah satunya yaitu terdapat di Banten. Banten terletak di ujung Barat pulau Jawa. Banten merupakan provinsi pecahan dari provinsi Jawa Barat sejak tahun 2000. memiliki salah satu wujud dari kebudayaan Islam tersebut, yaitu masjid Al-Bantani yang berada di Kawasan Pusat Pemerintahan (KP3B) tepatnya di daerah Palima kecamatan Curug kota Serang. 1 Analisis penerapan motif pada interior Masjid al-bantani di kawasan pusat pemerintahan provinsi banten

2 Menurut Muqoddas Syuhada (37) yaitu sebagai arsitek Masjid Al-Bantani, penamaannya merujuk kepada nama ulama Banten yang terkenal, menjadi imam di Masjid Al-Haram, Mekah, Saudi Arabia yaitu Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali Al-Jawi Al-Bantani (Syaikh Nawawi Al-Bantani). Hal ini sebagai penghormatan kepada beliau. Masjid ini digunakan sebagai pusat kegiatan Islam, kegiatan sosial dan tempat kegiatan penyelenggaraan Pendidikan. Dalam hal hiasan pada masjid, tidak lepas dari hukum Islam tertuang dalam hadis dan Al-Quran khususnya yang berkaitan dengan seni. Seni terkait langsung dengan keindahan, dapat diartikan sebagai segala sesuatu ciptaan manusia yang membuat orang senang karena keindahannya (Sumalyo, 2000, hlm.8). Di berbagai daerah di Indonesia,masyarakatnya mengembangkan kebudayaan daerah sebagai kebudayaan Nusantara. Baik itu menciptakan suatu karya maupun melestarikan budaya lokalnya. Dalam waktu yang lama tiap suku bangsa di daerah mampu memadukan apa yang datang dari luar dengan yang telah dimiliki tetapi tidak menghilangkan identitasnya. Salah satu wujud pelestarian budaya yaitu menerapkan motif lokal dan mengkombinasikannya dengan kebudayaan dari luar. Hal ini menambah keberagaman motif hias yang ada di wilayah Nusantara. Masjid Al-Bantani termasuk masjid termegah di dengan luas keseluruhan area sekitar 28.415 m 2 yang terdiri dari luas bangunan 13.685 m 2, basement 5440 m 2, mezanine 805 m 2, serta 4 buah menara dengan ketinggian 46 m dan daya tampung jemaah sekitar 10.000 orang. Masjid ini diresmikan oleh Gubernur Banten, Hj. Ratu Atut Chosiyah pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010 bertepatan dengan ulang tahun yang ke sepuluh. Proses pembangunan dimulai sejak Januari 2008. Pembangunan masjid termegah ini menghabiskan dana senilai 94,3 milyar. Pembangunan Masjid dilaksanakan dengan sistem multi years yaitu selama 630 hari kalender melalui sumber dana APBD selama tiga tahun anggaran. Total anggaran sebesar Rp. 94,3 miliar dengan perincian, pada tahun pertama sebesar Rp. 8 miliar pada 2007, kedua

3 sebesar Rp 58 miliar masing-masing Rp. 43 miliar dan Rp. 15 miliar pada 2008, serta Rp. 28 miliar pada tahun 2009. Untuk mempercepat proses pembangunan, pekerjaan fisik masjid dilaksanakan siang dan malam, mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB dengan melibatkan sedikitnya 300 pekerja. Pendirian Masjid di Kawasan Pusat Pemerintahan ini diawali sekaligus terinspirasi oleh gagasan Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah, tempat yang mula-mula di dirikan adalah masjid, dan masjid juga dijadikan sebagai tempat kegiatan umat. Melalui symbol masjid yang berada di tengah pusat pemerintahan ini diharapkan mampu memancarkan sinar religius bagi para pegawai pemerintahan yang ada di, sekaligus symbol bagi Banten sebagai wilayah yang agamis. Selain itu gagasan pembangunan masjid juga diawal dengan kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur an (MTQ) tingkat Nasional pada tahun 2008, tujuannya adalah ketika kegiatan MTQ selesai, maka atribut perlengkapan dan hiasan bisa terus digunakan sampai kedepannya. Masjid Al-Bantani memiliki bentuk atap limas susun ganjil, sesuai dengan masjid-masjid yang ada di Jawa. Pada umumnya masjid ini menggabungkan betuk masjid-masjid tradisional yang ada di wilayah Banten. Dilihat dari bentuk kubah, menara dan atap mengambil dari bentuk bangunan masjid Agung Banten lama dan masjid tradisional yang ada di wilayah banten. Dari segi layout sekilas bangunan tidak menghadap kiblat, tetapi ketika shalat menghadap ke arah kiblat. Hal ini sempat menimbulkan kontroversi dengan pihak terkait. Pembangunan masjid ini menggunakan konsep yang telah direncanakan. Hanya saja karena alasan-alasan tertentu yaitu menyesuaikan dengan lokasi Kawasan Pusat Pemerintahan (KP3B), dalam perancangan bangunan masjid ini memiliki keterbatasan dalam mendesain. Di antaranya keberadaan pohon besar yang tidak boleh ditebang oleh masyarakat setempat, setelah dilakukan penggalian ternyata terdapat mata air. Menurut tetua adat disana pohon tersebut merupakan petunjuk pada musim panen. Sampai saat ini, mata air tersebut tetap dijaga dengan cara diberi dinding pada sekelilingnya dan sumber air yang ada di masjid berasal dari mata air tersebut.

4 Pada dasarnya masjid Al-Bantani memiliki pola sama dengan tata kota yang ada di zaman kesultanan, yaitu berada disekitar pusat pemerintahan. Terdapat lapangan, masjid dan keraton. Kelebihan lain yang dimiliki masjid ini yaitu terdapat lapangan upacara dan kolam yang berbentuk segi delapan, melambangkan petunjuk arah mata angin. Masjid Al-Bantani kaya akan motif yang memperindah bentuk arsitekturnya. Seperti motif segitiga pada tiang, lengkungan dan motif-motif geometris lainnya. Motif pada mimbar didatangkan dari Jawa, mengikuti motif sunan (Wali Songo). Begitu juga dengan bedug, yang dibuat dari kayu trembesi dan dipesan khusus sesuai bentuk yang diinginkan. Pada dinding ditempatkan kaligrafi yang dibuat dari lempeng kuningan. Ayatayat Al-Qur an dengan motif khas Banten seperti pada Mushaf Al-Bantani. Masjid yang megah dan kokoh, tidak menggunakan tiang pada ruangan dalamnya, kecuali tiang penyangga lantai mezanine karena ini ada sedikit perbedaan dengan masjid Agung Banten lama. Metode konstruksi yang digunakan yaitu menggunakan metode konstruksi sarang laba-laba, sehingga pada ruangan dalam tidak menggunakan tiang penyangga. Selain itu hal ini bertujuan untuk menambah keleluasaan ketika jemaah berada di dalamnya. Tentu saja untuk menahan bangunan yang megah, menggunakan beton yang berkwalitas sangat tinggi. Melihat banyaknya motif yang memperkaya keindahan pada masjid Al- Bantani seperti motif pada bagian interior masjid ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis penerapan motif tersebut. Motif hias dipilih sebagai fokus penelitian karena merupakan bagian penting dalam penampilan masjid. Masjid Al-Bantani dipilih sebagai obyek yang akan diteliti karena kelayakannya sebagai masjid termegah di, meskipun tergolong masjid baru tetapi dengan melakukan penelitian di masjid Al-Bantani peneliti sekaligus mengetahui keberagaman warisan budaya Islam yang ada di wilayah, yaitu masjid-masjid Tradisionalnya. Penerapan gaya arsitektur lokal Banten, gaya Nusantara dan motif khas Jawa serta memadukannya dengan gaya arsitektur luar pada Masjid Al-Bantani merupakan bentuk dari pelestarian Budaya. Adapun

5 judul yang penulis tetapkan yaitu Analisis Penerapan Motif pada Interior Masjid Al-Bantani di Kawasan Pusat Pemerintahan. B. Identifikasi Masalah Penelitian Identifikasi masalah bertujuan untuk mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian. Dengan mengidentifikasi masalah, penulis dapat menentukan batasan permasalahan yang akan diteliti sehingga akan terfokus sesuai judul yang ditentukn. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah tentang Penerapan motif pada Interior masjid Dengan demikian peneliti akan menganalisis tentang Penerapan Motif pada Interior Masjid Al-Bantani di Kawasan Pusat Pemerintahan. C. Rumusan Masalah Penelitian Masjid Al-Bantani kaya akan motif yang menghiasi keindahannya. Keberagaman motif yang ada Inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang Masjid Al-Bantani. Adapun rumusan masalah yang sudah difokuskan oleh penulis yaitu : 1. Jenis motif apakah yang diterapkan pada interior masjid Al-Bantani di kawasan Pusat pemerintahan? 2. Makna apa yang terkandung dalam motif yang digunakan? D. Tujuan Penelitian Dibawah ini merupakan beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui proses pengerjaan Skripsi Penelitian ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui jenis motif apa saja yang diterapkan pada Interior mesjid Al-Bantani di kawasan Pusat Pemerintahan. 2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam motif yang digunakan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk Jurusan

6 a. Mengetahui jenis-jenis motif yang digunakan pada Interior mesjid Al- Bantani. b. Mengetahui teknik pembuatan motif yang diterapkan pada Interior mesjid Al- Bantani. 2. Manfaat untuk Universitas a. Menambah bahan keterangan berwujud data otentik mengenai keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia khususnya di Banten. b. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap seni dan budaya wisata daerah, sehingga pihak-pihak tertentu berminat melakukan penelitian yang akhirnya ikut serta membina daerah tersebut. 3. Manfaat untuk penulis a. Menambah pengetahuan tentang teknik pengolahan data yang berhubungan dengan penganalisaan data. b. Memberikan pengetahuan baru bagi penulis untuk mengaetahui lebih jauh tentang Penerapannya motif dalam bidang arsitektur. Khususnya interior mesjid Al-Bantani. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif (naturalistik) karena permasalahan masih bersifat remang-remang, kompleks, dan dinamis. Masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Penelitian ini dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu dengan pendekatan kualitatif akan cenderung bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan analisis melalui pendekatan Induktif. Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan sedangkan metodelogi lebih pada uraian teoritisnya. 2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

7 Pada tahapan ini penulis melakukan beberapa langkah yang dijadikan sebagai pedoman penelitian, Di antaranya yaitu : a. Observasi Langsung ke lapangan Teknik observasi langsung yaitu peneliti sebagai pengamat meneliti langsung ke tempat penelitian. b. Wawancara Pengumpulan data dapat juga dilakukan melalui teknik wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui keseluruhan tentang arsitektur masjid Al-Bantani dan penerapan motif pada masjid Al-Bantani. c. Studi dokumentasi Dokumen atau teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan adalah dengan cara mencari dokumen-dokumen tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu mengenai sejarah, jenis motif apa yang digunakan, teknik penerapan dan makna dari motif yang digunakan. d. Triangulasi (gabungan dari ketiga teknik pengumpulan data di atas) Teknik pengumpulan data, triangulasi yaitu teknik pengumulan data yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data. 3. Metode dan Teknik Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data, kemudian mengelompokannya. Pengolahan data juga menghubungkan antara data sebelum di lapangan dan data selama di lapangan. Selain itu peneliti juga melakukan relevansi dengan dokumen-dokumen yang sudah ada untuk memperoleh pemahaman dan kesimpulan yang benar tentang penelitian. Tahap analisis data merupakan proses dalam mencari Jawaban atas masalah-masalah penelitian yang tampak dipermukaan. Model analisis yang digunakan yaitu :

8 a. Data Reduction (Reduksi Data) Jika data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting lalu dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas. b. Data Display (penyajian data) Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian (deskriptif). c. Conclusion Drawing/verification Tahap ini merupakan tahap menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data yang dicari. a. Kerangka pertanyaan wawancara Pertanyaan ini dibuat untuk digunakan sebagai pedoman dalam melakukan wawancara. b. Catatan, Kamera, dan Perekam Suara Catatan digunakan untuk mengumpulkan data tertulis dari nara sumber, kamera sebagai alat bantu untuk mendokumentasikan data berupa foto, dan perekam suara untuk merekam ketika kegiatan wawancara berlangsung agar hasil lebih teruji kebenarannya. 5. Metode dan Teknik Penyajian Data Hasil analisis disajikan secara deskriptif yaitu melalui kalimat berupa uraian dalam bentuk narasi dan mendeskripsikan yang didukung dengan penjelasan dalam bentuk gambar.

9 G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran awal mengenai isi tentang Analisis Penerapan Motif pada Interior Masjid Al-Bantani di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat uraian singkat tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan landasan-landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian, secara garis besar pembahasan bab ini meliputi: jenis-jenis motif yang digunakan, penerapan motif dan makna dari motif yang digunakan pada masjid Al-Bantani di Kawasan Pusat Pemerintahan. Dengan mempertimbangkan kajian pustaka yang mendukung dan dianggap relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen penelitian, dan teknik penyajian data. BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dengan cara mendiskusikan hasil temuan tersebut, melihat adanya keterkaitan antara teori yang ada pada bab kajian pustaka dan temuan sebelumnya. Peneliti menyajikan data berupa data serta pembahasan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Pembahasan merupakan refleksi terhadap teori yang digunakan dan dikembangkan peneliti atau peneliti sebelumnya. BAB V KESIMPULAN

10 Kesimpulan merupakan uraian hasil penelitian, hasil temuan, penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap Analisis Penerapan Motif pada Interior Masjid Al- Bantani di Kawasan Pusat Pemerintahan.

11