KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

KEPUTUSAN DIREKTUR NOMOR : 004/SK-DIR/RSHDM/VIII/2012 TENTANG PENUNJUKAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT HERMINA DAAN MOGOT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :33.A 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33.A TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit. karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

Berdo a terlebih dahulu And Don t forget Keep smile

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam.

SISTEM DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI. Heru Sasongko, S.Farm., Apt.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1197/MENKES/SK/X/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik digunakan pada hewan maupun manusia (Mutschler, 1991), menurut

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

Elemen Regulasi Ket Regulasi D O S W

PANITIA FARMASI TERAPI. Formularium

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PIO DI UNIT PIO RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR SULAWESI SELATAN. RAHMAH MUSTARIN S.

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DIREKTUR RS BAPTIS BATU MENIMBANG

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

SOAL PILIHAN GANDA PENGANTAR ILMU FARMASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Transkripsi:

KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT

STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi. Ketua adalah Dokter spesialis (memenuhi kriteria) Anggota dokter yang mewakili spesialis (Ka. Staf medis fungsional) Kepala Instalasi Farmasi atau yang mewakili Instalasi Farmasi serta tenaga medis lainnya.

STRUKTUR ORGANISASI PFT DIREKTUR RUMAH SAKIT KOMITE MEDIK PANITIA FARMASI DAN TERAPI SUB PANITIA YANG ADA DI RUMAH SAKIT

TUJUAN Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya. Menerbitkan standard Melengkapi kebutuhan staf profesional dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan.

Susunan organisasi Susunan kepanitiaan Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 dokter semua staf medis fungsional.

Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada dalam kepanitiaan dan mempunyai ahli farmakologi klinik dan sekretaris adalah Ka IFRS atau apoteker yang ditunjuk. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 kali sebulan Untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sekali sebulan. Mengundang pakar yang dapat memberikan masukan untuk pengelolaan PFT.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat (persiapan dan hasil rapat) diatur oleh sekretaris. Membina hubungan kerja dengan panitia dalam rumah sakit yang sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat. Fungsi dan Ruang Lingkup Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi obat, kelompok dan produk obat yang sama.

Panitia farmasi dan terapi harus mengevaluasi dan menyetujui atau menolak obat yang akan diusulkan (formulir usulan obat formularium) Membantu IFRS mengembangkan tinjauan kebijakan penggunaan obat di RS Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat dengan mengkaji medical record pasien (audit medik), mengumpulkan dan meninjau laporan MESO, menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat ke staf medis dan perawat.

KEWAJIBAN PFT 1. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional 2. Mengkordinir pembuatan standard diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dll 3. Melaksanakan pendidikan pengelolaan obat kepada pihak terkait, pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan umpan balik atas pengkajian.

Panitia Farmasi dan Terapi Membuat formularium dan mengatur tatacara perjalanan obat investigasi di rumah sakit. Administrasi obat investigasi harus di IFRS Apabila obat investigasi (penelitian) sudah selesai harus membuat laporan ke panitia farmasi dan terapi. PFT membuat rekomendasi apakah obat tsb masuk atau tidak ke formularium.

Peran ksusus PFT 1. Penghentian otomatis obat berbahaya 2. Membuat daftar obat emergency 3. Membuat program pemantauan /pelaporan ESO/EPO/ROM

FORMULIR PENGUMPULAN DATA ROM 1. Jenis reaksi/alergi/muali terjadi 2. Latar belakang 3. Riwayat penyakit terdahulu 4. Riwayat obat terdahulu 5. Nama/umur/kelamin 6. alamat 7. Identitas pasien 8. Ruangan 9. Dokter yang merawat 10.Diagnosis 11.Hasil pemeriksaan penunjang 12.Obat yang sedang dikomsumsi/dicurigai 13.Apoteker yang mengkaji PELAPORAN OBAT YANG MERUGIKAN (ROM) semua reaksi obat yang merugikan, dilaporkan oleh dokter penanggung jawab pasien ke dokter yang bertugas di PFT pelaporan meliputi : 1. Obat yang terlibat dan dicurigai 2. Jenis reaksi 3. Terapi 4. Umur pasien 5. Kelamin 6. Suku 7. Sumber obatlaporan ditandatangani dokter pelapor.

Tugas dan fungsi, kewajiban, tanggung jawab, wewenang dan hak PFT tertuang jelas dalam SK Direktur Rumah Sakit, juga trcantum dalam anggaran rumah tangga/anggaran dasar.

PERAN APOTEKER DALAM PFT Untuk melaksanakan tugas sebagai anggota atau sekretaris di PFT Apoteker harus dibekali ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmakoepidemiologi, farmakoekonomi dan ilmu lain yang diperlukan untuk mempermudah hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit

TUGAS APOTEKER Anggota/sekretaris Menetapkan jadwal rapat Mengajukan materi rapat Menyiapkan informasi yang berkaitan dengan materi rapat Mencatat hasil rapat mengarsiapkan dan mendistribusikan Melaksanakan keputusan yang disepakati Menunjang pembuatan PDT, FRS, PPA, PPO kelas terapi lain, Diklat, pengkajian penggunaan obat, melaksnakan umpan balik pengkajian penggunaan obat.

TERIMAKASIH

FORMULARIUM RUMAH SAKIT Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh PFT untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap bata waktu yang ditentukan Komposisi Formularium Halaman judul Daftar nama anggota PFT Daftar isi

PEDOMAN PENGGUNAAN FORMULARIUM Membuat kesepakatan antara staf medis berbagai disiplin ilmu dengan PFT untuk menentukan tugas dan fungsi, serta tujuan organisasi Staf medis harus menerima kebijakan dan prosedur, harus menyesuaikan sistim yang berlaku dengan kebutuhan tiap institusi. Nama obat tercantum adalah nama obat generik

Membatasi jumlah produk obat yang tersedia Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian Apoteker bertanggung jawab menentukan jenis obat generik yang sama untuk disalurkan ke dokter sesuai produk asli yang diminta. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan pertimbangan farmakologi dan terapi

Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas dan sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.

Mekanisme rekapitulasi obat formularium 1. Menyebarluaskan usulan obat formularium ke semua anggota panitia farmasi dan terapi. 2. Merekapitulasi obat usulan formularium menjadi draf formularium (CD) 3. Menyebarluaskan draf formularium (CD) keanggota panitia farmasi dan terapi untuk diperiksa kembali apakah obat usulannya sudah masuk 4. Mengumpulakan draf formularium (CD) 5. Memeriksa kembali kemuadian di buat bentuk buku dan disyahkan oleh Ketua panitia farmasi dan terapi serta direktur.

Obat formularium adalah obat generik, obat paten yang tidak ada obat generiknya, dan obat tambahan (obat paten) obat yang digunakan di rumah sakit. Obat formularium mengadopsi atau berpedoman kepada daftar obat essensial Indonesia (DOEN).

Mekanisme pelaporan efek samping obat 1. Menyebarluaskan formulir efek samping obat ke anggota panitia farmasi dan terapi, dan farmasi klinis 2. Melaporkan efek samping obat ke tim MESO nasional pusat Jakarta 3. Mengarsipkan 4. Menerima feedback laporan meso, mengarsipkan dan menyebarluaskan ke anggota panitia farmasi dan terapi 5. Tidak memasukkan obat yang mempunyai meso berbahaya ke revisi formularium berikutnya.

PANITIA TERKAIT TUGAS PFT Apoteker juga berperan dalam TIM/Panitia yang menyangkut pengobatan antara lain: Tim penanggulangan AIDS Tim PKMRS Tim pengendalian Tim paliatif kanker Tim paliatif dan bebas nyeri Tim audit medik Tim keselamatan pasien (patient savety) Dll.

RAPAT KOMISI FARMASI DAN TERAPI

Sisim distribusi obat adalah penyampaian obat yang telah didispensing IFRS dan informasi kepada penderita rawat tinggal (rawat inap) atau ke daerah tempat perawatan penderita dengan tepat obat, tepat penderita, tepat waktu, tanggal, interval, tepat metode pemberian, tepat personel pemberi obat serta keutuhan mutu obat

Sistim distribusi obat tergantung kepada kebijakan rumah sakit Kondisi rumah sakit Fasilitas fisik Personel Tata ruang rumah sakit

Sistim distribusi obat penderita rawat Tinggal Resep individu sentralisasi Resep individu desentralisasi Obat tersedia lengkap di ruangan Kombinasi resep individu dan obat tersedia di ruangan (sentralisasi) Kombinasi resep individu dan obat tersedia di ruangan (desentralisasi) Dosis unit sentralisasi Dosis unit desentralisasi

dokter IFRS Pasien di rawat SDO resep individual sentralisasi resep No keuntungan keterbatasan 1 Resep dikaji apoteker Obat terlambat 2 Ada interaksi Personel meningkat 3 Pengendalian baik jlh/waktu perawat banyak 4 Penagihan baik Kurang pemeriksaan

Obat tersedia di ruangan IFRS (obat) Ruangan (obat) Kecuali mahal Jarang digunakan Pasien di rawatr Dokter (resep)

no keuntungan keterbatasan 1 Segera tersedia Kesalahan meningkat 2 Tidak ada obat kembali Persediaan, pencurian, kerusakan, kerugian 3 Tidak ada salinan resep, personel sedikit dan Investasi meningkat Waktu perawat banyak

Kombinasi resep dan obat tersedia di ruangan IFRS (obat) Resep sentralisasi Obat (resep) Obat diruangan (floor stck dll) dokter Pasien di rawat Obat resep dikaji apoteker, ada interaksi, obat diruangan segera tersedia, beban IFRS berkurabg Obat resep lambat, kesalahan obat di ruangana terjadi.

Sistim distribusi unit dosis dispensing Pemberian dalam dosis tunggal sekali makan apotik (obat) dokter resep IFRS (obat) Pasien dirawat satelit (obat) dokter resep

No keuntungan keterbatasan 1 Obat segera tersedia,dikendalikan, akuntabilitas 2 Inetraksi, pengkajian rasionalitas orientasi pasien, pio 3 Perawat banyak waktu untuk pasien Apoteker profesional, pelayanan klinik Pengendalian inventaris lebih rumit Komunikasi antar staf IFRS sulit 4 Spesialisasi apoteker Banyak sarana/prasaran 5 Penelitian klinik Jumlah kegiatan melebihi kapasitas