MATERI DAN METODA A. Fermentasi Jerami Padi Dengan Bio Starter 1. Proses pembuatan larutan bio starter Larutan Bio Starter adalah, larutan yang akan d

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.1 No.1 September 2017 ISSN:

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK

Jerami padi fermentasi yang diberikan dalam bentuk utuh dan konsentrat maupun setelah digiling dibuat menjadi pakan komplit untuk ransum kambing betin

1. Pendahuluan. 2. Pengertian

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

PENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Pemanfaatan Limbah Pasar sebagai Pakan Ruminansia

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

Cara pengawetan yang akan dilakukan dalam percobaan ini adalah dalam bentuk basah (kadar air tinggi). Salah satu masalah pengawetan dalam bentuk basah

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

SILASE DAN GROWTH PROMOTOR

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

PEMANFAATAN ISI RUMEN SEBAGAI STARTER Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

Deskripsi KONSENTRAT ASAM LEMAK OMEGA-3 UNTUK SUPLEMENTASI PAKAN SAPI POTONG DAN METODE PEMBUATANNYA

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Materi

BERBAGAI METODA PENGOLAHAN PAKAN BERSERAT Oleh : Hesty Natalia Literatur : Berbagai sumber

Pakan Sapi dari Jerami Padi hasil Amoniasi dan Fermentasi. 2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe

PEMANFAATAN SILASE HIJAUAN SEBAGAI PAKAN NUTRISI UNTUK TERNAK Yenni Yusriani

PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU

Pengaruh Pemberian Silase Jerami Jagung dan Konsentrat Pakan Murah Terhadap Kondisi Tubuh Induk Sapi Potong di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

KAJIAN INTEGRASI USAHATERNAK SAPI POTONG DALAM SISTEM USAHA PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Prosidina Temu I'eknis Nasional 1 - enaga Funesional Pertanian 2005 PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI (JPF) SEBAGAI PAKAN PENGGEMUKAN SAPI PO DI KECAMATAN BANYU RESMI KABUPATEN GARUT Htt.~~ : tu : R f)t-.nnv l "t Balni Penelitran 7~ ; it kf'obnx._'2! Bogor 16002 RI ;SGK A S. Suatu kajian teknologi pakan ternak telah dilakukan di Kecamatan Banvu Resmi Kabupaten Garut. vaitu mengenai teknologi fermentasi pada jerami padi dengan menggunakan Bio Starter. Jerami fermentasi telah diuji coba untuk penggemukan sapi P.O selarna 4 bulan di Kecamatan Bansu Resmi Kabupaten Garut. Pada percobaan dilakukan suplemetasi dengan pemberian dedak sebesar 1.5 :%a dari MIl i. Hasil percobaan adalah pencapaian PUB rata-rata 0.804 Kg.hari dengan jumlah rata-rata konsumsi jerami fermentasi sebesar 5.388 kg/hari dan suplementasi dedak scbamuk 4.25 kg/hari- Persentase karkas rata-rata adalah 49.587 a Pada daerah-- hrcrah %an, memiliki luas areal pesawahan. sangat berpeluang untuk pengembangan ternak potong. Den-an mcnutnftuukan teknologi fermentasi, jerami padi sang melimpah merupakan cadangan pakan selarna musirn kemarau pads prriodc penggemukan. Kata Kunci : Sapi P.O. Jerami Padi. Fermentasi. Pakan I crnak. Prnogemukan PENDAHUL.UAN. Ketersediaan pakan ternak selarna periode penggemukan pada ternak sapi potong, memerlukan perencanaan yang serius terutama dalam menghadapi musim kemarau. Panjangnya musim kernarau dibeberapa daerah, membuat peternak kesulitan untuk mendapatkan rumput. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak maka bahan yang diberikan seadanya sehingga kualitas ternak yang dihasilkan mengalami penurunan. Alternatif yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan limbah peranian yang melimpah seperti jerami padi. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak masih sangat rendah yaitu berkisar antara 34-39%, sedangkan sisanya dibakar atau dikembalikan ketanah sebagai kompos (Sariubang, dkk., 2000). Ketersediaan jerami padi pada masa panen, merupakan peluang untuk diupayakan penyimpanannya dan sebagai cadangan pakan selama musim kemarau. Karakteristik jerami padi ditandai dengan kandungan serat kasar, lignin dan silika yang tinggi sedangkan komponen-komponen lain yang diperlukan seperti nitrogen, kalsium dan pospor sangat rendah (Thalib,A dkk, 1995). Permasalahan pada pemanfaatan jerami padi, adalah rendahnya nilai gizi dan koefisien cerna jerami padi yang merupakan faktor pembatas dalam penggunaannya selain palatabilitas yang rendah. Ketersediaan limbah jerami padi pada saat musim panen, dapat diawetkan dan disimpan melalui proses fermentasi. Dengan proses fermentasi selain untuk pengawetan juga dapat ditingkatkan nilai gizinya dan juga untuk meningkatkan kecernaan pakan sekalioous meningkatkan palabilitasnya Proses fermentasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya dengan menggunakan Bio Starter. Fermentasi dengan Bio Starter merupakan proses termentasi aerob yang mudah dilakukan oleh peternak. TUJUAN PENULISAN Makalah ini ditulis dalam upaya melakukan diseminasi pembuatan jerami padi fermentasi (JPF), dan pemanfaatannya sebagai pakan penggemukan pada sapi P.O dengan suplementasi dedak. 26

MATERI DAN METODA A. Fermentasi Jerami Padi Dengan Bio Starter 1. Proses pembuatan larutan bio starter Larutan Bio Starter adalah, larutan yang akan digunakan dalam proses fermentasi jerami padi yang merupakan campuran berbagai bahan (Tabel I ) Tabel 1. Bahan untuk pembuatan Bio Starter. 2. Cara pembuatan Bahan Jamur Trichoderma sp Air bersih non kaporit Za, 1.5 kg TSP KCL Tepung Beras Mollasis/tetes Volume I liter 100 liter I kg 2 kg Semua bahan dimasukan dalam drum dan diaduk sampai rata. Dengan pompa sirkulasi, larutan terus menerus diaduk selama 3 hari dan larutan siap digunakan. Bio starter yang telah dicampur harus segera digunakan, oleh karena itu pembuatan larutan bio stater harus disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Proses fermentasi pada jerami padi Gambar 1. Tumpukan jerami padi yang belum dimanfaatkan (Sumber : Publikasi elektronik Puslitbang Peternakan Bogor) Pada waktu panen segera kumpulkan jerami padi yang baru dipanen dari sawah, lalu dimasukan kegudang yang terlindung dari panas dan hujan dan dilakukan pemisahan antara jerami kering ; jerami segar ; jerami layu dan jerami basah. Jerami yang telah terendam air atau yang telah diinjak-injak oleh itik, sebaiknya tidak digunakan karena akan cepat lapuk dan tumbuh jamur lain yang beracun. Setelah dipisahkan berdasarkan kondisi jerami padi, kemudian disusun dengan ketebalan 20-30 cm. Proses selanjutnya tumpukan jerami disiram atau disemprot dengan larutan bio starter. Kemudian diatasnya disusun lagi jerami dengan ketebalan yang sama dan disemprot kembali dengan larutan bio starter. Ketinggian atau ketebalan lapisan jerami dapat mencapai 2,5 meter dari dasar gudang. Dosis larutan yang disemprot tergantung dengan kondisi jerami yang akan disemprot yaitu sebagai berikut (Tabel 2). 2 7

MATERI DAN METODA A. Fermentasi Jerami Padi Dengan Bio Starter 1. Proses pembuatan larutan bio starter Larutan Bio Starter adalah, larutan yang akan digunakan dalam proses fermentasi jerami padi yang merupakan campuran berbagai bahan (label I) Tabel 1. Bahan untuk pembuatan Bio Starter. 2. Cara pembuatan Bahan Jamur Trichoderma sp Air bersih non kaporit Za, 1.5 kg TSP KCL Tepung Beras Mollasis/tetes Volume I liter 100 liter I kg 2 kg Semua bahan dimasukan dalam drum dan diaduk sampai rata. Dengan pompa sirkulasi, larutan terus menerus diaduk selama 3 hari dan larutan siap digunakan. Bio starter yang telah dicampur harus segera digunakan, oleh karena itu pembuatan larutan bio stater harus disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Proses fermentasi pada jerami padi Gambar 1. Tumpukan jerami padi yang belum dimanfaatkan (Sumber : Publikasi elektronik Puslitbang Peternakan Bogor) Pada waktu panen segera kumpulkan jerami padi yang baru dipanen dari sawah, lalu dimasukan kegudang yang terlindung dari panas dan hujan dan dilakukan pemisahan antara jerami kering ; jerami segar ; jerami layu dan jerami basah. Jerami yang telah terendam air atau yang telah diinjak-injak oleh itik, sebaiknya tidak digunakan karena akan cepat lapuk dan tumbuh jamur lain yang beracun. Setelah dipisahkan berdasarkan kondisi jerami padi, kemudian disusun dengan ketebalan 20-30 cm. Proses selanjutnya tumpukan jerami disiram atau disemprot dengan larutan bio starter. Kemudian diatasnya disusun lagi jerami dengan ketebalan yang sama dan disemprot kembali dengan larutan bio starter. Ketinggian atau ketebalan lapisan jerami dapat mencapai 2,5 meter dari dasar gudang. Dosis larutan yang disemprot tergantung dengan kondisi jerami yang akan disemprot yaitu sebagai berikut (label 2). 2 7

Tabel 2. Dosis larutan bio starter dengan jerami padi Kondisi jerami Larutan stater Air Berat Jerami/Lapisan Jerami padi segar I Liter 5 Liter 100 Kg Jerami padi layu I Liter 7,5 Liter 100 Kg Jerami padi kering I Liter 10 Liter 100 Kg Jerami padi basah 1 Liter 5 Liter 100 Kg Setelah melalui proses fermentasi dengan Bio Starter, kandungan nutrien jerarni padi meningkat tajam dan layak diberikan pada ternak untuk penggemukan (label 3). 2 8 label 3. Kandurigan nutrien jerami padi segar dan jerami fermentasi. Nutrien Jerami segar (%) Jerami Fermentasi (%) Kadar Air 6,750 9,975 Abu 19,750 1,950 Serat Kasar 27,300 9,70 Protein Kasar 4,002 9,089 Lemak 1,12 2,460 BETN 40,19 66,65 Sumber :1lasil An a Iisa Balitsa (2001) B. Uji Coba Pemanfaatan JPF Suatu kajian pemanfaatan jerami padi fermetasi dengan bio starter, untuk pakan penggemukan sapi P.O telah dilakukan di Kecamatan Banyu Resmi Kabupaten Garut yang bekerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Percobaan dilakukan selama 4 bulan, mulai tanggal 15 Juni 2001 sampai dengan 15 Oktober 2001. Uji coba pemanfaatan jerami padi fermentasi (JPF), menggunakan 9 ekor sapi P.O dengan berat awal rata-rata 232,5 kg. Sebagai pakan selama penggemukan diberikan JPF yang disuplementasi dengan dedak sebanyak 1,5 % dari BBH. Pada suplementasi dedak ditambahkan air dan garam bekas ikan tongkol. Penimbangan bobot ternak dilakukan pada awal percobaan, kemudian dilakukan setiap bulan. Jumlah konsumsi jerami padi fermentasi dicatat rataannya yaitu jumlah kumulatif setiap bulan dikurangi residu dan dirata-rata. 1. Jerami Padi Fermentasi Lama proses fermentasi jerami padi adalah 21 hari, pada hari ke 21 maka jerami siap digunakan sebagai pakan ternak. Proses fermentasi yang baik pada jerami padi adalah selama proses tidak menimbulkan panas, jika timbul panas maka hasil fermentasi akan kurang baik. Ciri-ciri jerami yang berkualitas baik adalah memiliki bentuk seperti dalam keadaan segar, memiliki tekstur yang lunak, warna coklat kekuningkuningan dan memiki aroma bau yang khas. Lama penyimpanan jerami padi fermentasi jika proses fermentasi dilakukan dengan baik, jerami fermetasi dapat bertahan selama satu tahun dengan warna, bau yang khas dan tetap disukai ternak. 2. Uji coba pemanfaatan JPF pada pengemukan sapi PO a. Pertambahan Bobot Badan HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4. Rata-Rata Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi PO Rata-rata (kg) BB Awal B13 I P13B BB 11 PBB BB III PBB BB IV PBB 15.luli Harian 15 Ags Harian 15 Sept Harian 15 Okt Harian 232,5 252,33 0.661 277,6 0,842 302,5 0.83 329,35 0,895

Pada Tabel 4 terlihat rata-rata PBB sapi PO pada bulan pertama kenaikannya belum terlalu baik yaitu sebesar 0.661 kg/hari, hal ini disebabkan pada bulan pertama merupakan waktu penyesuaian pakan karena jumkah konsumsi JPF terlihat masih sangat rendah (lihat Tabel 5). Rata-rata PBB bulan kedua terjadi peningkatan yang cukup balk yaitu 0,842 kg/hari, pada bulan kedua ternak sapi telah terbiasa mengkonsumsi JPF. Kenaikan PBB sangat nyata pada bulan keempat, hal ini diikuti oleh kanaikan konsumsi jerami fermentasi. b. Konsumsi pakan harian Tabel 5. Rata-rata konsumsi pakan harian, jerami padi fermentasi dan dedak Jenis pakan (Kg) Bin ke I Bin ke 2 Bulan ke 3 Bin ke 4 Jerami Padi Fermentasi (JPF) 3,42 5,38 6,31 7,20 Dedak 3,50 4,0 4,50 5,0 Kenaikan konsumsi dari JPF, menunjukan bahwa palatabiiitas dari dari JPF cukup baik artinya JPF sangat disukai oleh ternak. Dari pencapaian PBB yang cukup balk, menunjukan bahwa kecernaan dari JPF cukup balk dan dapat dipertirnbangkan sebagai pakan penggemukan. Tabel 6. Rata-rata PBB harian Sapi PO, konsumsi JPF dan dedak selama fase penggemukan (4 Bulan) Rata-Rata(Kg) BB Awal BB Akhir PBB Harian Konsumsi Harian JPF Dedak 232,5 329,35 0,807 5,577 4,25 Rata-rata PBB harian selama periode penggemukan sapi PO dalah sebesar 0.807 kg/hari. Data karkas yang didapat sangat bias, karena terdapat perbedaan pada karkas dari rumah potong' dengan karkas pada pemotongan sendiri. Pada pemotongan di rumah potong perolehan karkas Iebih rendah dari pada yang dipotong sendiri. Tabel 7. Prosentase karkas sapi PO yang diberi pakan JPF BBH Sapi PO (Kg) Berat Karkas (Kg) Persentase karkas (%) Keterangan 345 171 49,56 Dipotong dirumah potong 365 173 47,40 Dipotong dirumah potong 305 158 51,8 Dipotong sendiri Rata-rata 49,59 Dari hasil pengamatan pada pemotongan di rumah potong, terdapat banyak kehiiangan daging dibandingkan dengan pemotongan sendiri. Pada Tabel 7 rata-rata karkas adalah 49,59 %, dan persentase karkas tersebut dapat dikoreksi melalui cara pengkarkasan yang benar. Jika konsumsi rata-rata JPF adalah 5,577 kg/hari yang setara dengan 30-35 kg jerami segar, maka kebutuhan JPF perekor selarna fase penggemukan (120 hari) adalah 666,84 kg atau setara dengan 3,5 ton jerami segar. Satu hektar sawah dapat menghasilkan ± 10-12 Ton jerami padi, maka jumkah ternak yang dapat dihidupi adalah 3 ekor sapi potong selama periode penggemukan. 2 9

Gambar 2. Pemberian jerami padi fermentasi (Sumber Leaflet BPTP JABAR,2002) KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Jerami padi fermentasi (JPF) yang berkualitas baik adalah memiliki bentuk seperti dalam keadaan segar yaitu memiliki tekstur yang lunak, warna coklat kekuning-kuningan dan memiki aroma bau yang khas. Masa simpan JPF yang berkualitas baik dapat bertahan 6 bulan s.d 12 bulan. b. Pemberian JPF dengan suplementasi dedak padi sebanyak 1,5 % dari BBH di Kecamatan Banyu Resmi Kabupaten Garut, dapat menghasilkan pertambahan bobot badan (PBB) rata-rata 0,804 kg/hari, jumlah konsumsi JPF rata-rata 5,557 kg/hari dan suplementasai dedak rata-rata 4,25 kg/hari dengan prosentase c. karkas rata-rata sebesar 49,9 %. Pada daerah-daerah dengan areal pesawahan yang luas, sangat berpeluang untuk pengembangan usaha sapi potong karena ketersedian jerami menjamin tercukupinya kebutuhan pakan selama musim kemarau. d. Satu hektar sawah dapat menghasilkan jerami padi berkisar 10-12 Ton, yang dapat memenuhi kebutuhan 3 ekor sapi selama periode penggemukan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor, yang telah memfasilitasi tenaga fungsional non peneliti untuk melakukan kegiatan Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. DARTAR BACAAN Leaflet,2002. Fermentasi Jerami. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Sariubang.M, Daniel Pasambe, A. Nurhayu, Surya Natal dan Chalidjah, 2000. Pemanfaatan Probiotik Dalam Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Sapi Bali di Musim Kemarau. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Th 2000 Puslitbang Peternakan Bogor.Pp 219-223 Thalib,A., Y. Widiawati, H. Hamid, D. Suherman, dan J. Bestari. 1995. Efek Kombinasi Rumen Sapi-Kerbau Terhadap Kecernaan Jerami Padi. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan Bogor. Pp 617-625. 3 0

Gambar 2. Pemberian jerami padi fermentasi (Sumber Leaflet BPTP JABAR,2002) KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Jerami padi fermentasi (JPF) yang berkualitas balk adalah memiliki bentuk seperti dalam keadaan segar yaitu memiliki tekstur yang lunak, warna coklat kekuning-kuningan dan memiki aroma bau yang khas. Masa simpan JPF yang berkualitas baik dapat bertahan 6 bulan s.d 12 bulan. b. Pemberian JPF dengan suplementasi dedak padi sebanyak 1,5 % dari BBH di Kecamatan Banyu Resmi Kabupaten Garut, dapat menghasilkan pertambahan bobot badan (PBB) rata-rata 0,804 kg/hari, jumlah konsumsi JPF rata-rata 5,557 kg/hari dan suplementasai dedak rata-rata 4,25 kg/hari dengan prosentase karkas rata-rata sebesar 49,9 %, c. Pada daerah-daerah dengan areal pesawahan yang luas, sangat berpeluang untuk pengembangan usaha sapi potong karena ketersedian jerami menjamin tercukupinya kebutuhan pakan selama musim kemarau. d. Satu hektar sawah dapat menghasilkan jerami padi berkisar 10-12 Ton, yang dapat memenuhi kebutuhan 3 ekor sapi selama periode penggemukan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor, yang telah memfasilitasi tenaga fungsional non peneliti untuk melakukan kegiatan Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. DARTAR BACAAN Leaflet,2002. Fermentasi Jerami. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Sariubang.M, Daniel Pasambe, A. Nurhayu, Surya Natal dan Chalidjah, 2000. Pemanfaatan Probiotik Dalam Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Sapi Bali di Musim Kemarau. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Th 2000 Puslitbang Peternakan Bogor.Pp 219-223 Thalib,A., Y. Widiawati, H. Hamid, D. Suherman, dan J. Bestari. 1995. Efek Kombinasi Rumen Sapi-Kerbau Terhadap Kecernaan Jerami Padi. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan Bogor. Pp 617-625. 30