BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Dalam dunia usaha sekarang ini sesungguhnya banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISIS PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

III. METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB II PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK BERDASARKAN PASAL 4 UNDANG-

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. hal. Dalam setiap persaingan akan terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam dinamika kehidupan manusia, karena manusia selalu mempunyai

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang

BAB III METODE PENELITIAN

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. karenanya, pada kondisi ini, para pelaku usaha berlomba-lomba untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini dunia usaha semakin dinamis dan berkembang dengan

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

Oleh Dhevi Nayasari Sastradinata Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

BAB I PENDAHULUAN. telah menghasilkan banyak kemajuan, antara lain dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Dasar hukum Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam. memutus putusan perkara nomor 05/KPPU-I/2014

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada. dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. terbitnya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU No.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam sektor ekonomi di Indonesia.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang berhak untuk melakukan suatu usaha, hal ini dilakukan untuk memenuhi suatu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka seharihari. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan menimbulkan kondisi persaingan usaha yang semakin kompetitif, secara tidak langsung juga akan meningkatkan persaingan antar para pelaku usaha. Hal ini dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dimana para pelaku usaha berlomba-lomba untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya tanpa melihat usaha yang dilakukannya itu merugikan orang lain atau tidak. Banyak pelaku usaha menggunakan praktek persaingan usaha yang tidak sehat untuk menjatuhkan pelaku usaha yang lainnya agar mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya. Persaingan bebas menciptakan situasi yang kompetitif dalam dunia usaha, memang ada segi positifnya namun disisi lain juga mempunyai aspek negatif. Pengusaha yang memiliki modal kuat, berpengalaman dan terampil akan cepat berkembang dan menguasai pasar. Hal tersebut akan menghalangi masuknya pengusaha kecil/lemah. Bila tidak ada campur tangan pemerintah melalui perangkat hukum, maka hal tersebut akan berlangsung terus dan sebagai akibatnya tidak akan ada pemerataan pendapatan. 1 115 1 Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan, Citra Aditya Bakti, Bandung,2000,hal. 1

2 Secara makro, saat ini kecenderungan banyak negara menganut pasar bebas, dimana pelaku usaha secara bebas dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan konsumen dengan memberikan produk yang beragam sekaligus efisien. Kebebasan pasar dalam system ini tidak jarang membuat pelaku melakukan perbuatan (behavior) yang membentuk struktur pasar (market structure) yang bersifat monopolistic atau oligopolistic. Dalam konteks itulah, peran negara hadir sebagai penengah dan pelurus. Hukum persaingan usaha hadir sebagai penengah antara ekonomi pasar bebas dan peran negara dalam ekonomi. 2 Untuk mencegah terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat pada tangal 5 Maret 1999 Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat. Persaingan tidak sehat dapat dipahami sebagai kondisi persaingan diantara pelaku usaha yang bejalan secara tidak fair. Undang-Undang Nomor 5 memberikan tiga indikator untuk menyatakan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat, yaitu : 1. Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur. 2. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara melawan hukum. 3. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara menghambat terjadinya persaingan di antara pelaku usaha Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak jujur dapat dilihat dari cara pelaku usaha dalam bersaing dengan pelaku usaha lain. Misalnya pada kasus penentuan rekanan asuradur yang dilakukan oleh PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk. PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 4 dan Pasal 15 ayat (2) Undang Undang Nomor 5 2 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal. 2

3 tahun 1999. Di dalam kasus ini diindikasi telah terjadi praktek oligopoli dan perjanjian tertutup yang dilakukan oleh PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk. PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk dalam melakukan penentuan rekanan asuradur. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara melawan hukum dapat dilihat dari cara pelaku usaha dalam bersaing dengan pelaku usaha lain dengan melanggar ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau peraturanperaturan yang disepakati. Kondisi ini dapat dilihat seperti pelaku usaha yang mendapatkan fasilitas-fasilitas khusus. Praktik ini telah lazim kita temukan dalam persaingan usaha sejak zaman orde baru hingga sekarang. Demikian juga dengan pelaku usaha yang dapat mengikuti persaingan dengan pelaku usaha lain dengan melanggar aturan-aturan seperti pelaku usaha yang boleh ikut bersaing, padahal tidak memenuhi persyaratan kualifikasi yang telah ditetapkan. Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara menghambat terjadinya persaingan diantara pelaku usaha melihat kondisi pasar yang tidak sehat. Dalam pasar ini mungkin tidak dapat kerugian pada pesaing lain, dan para pelaku usaha juga tidak mengalami kesulitan. Namun, perjanjian yang dilakukan pelaku usaha menjadikan pasar bersaing secara tidak kompetitif 3 Hukum persaingan usaha diciptakan untuk mendukung sistem ekonomi pasar agar persaingan antar pelaku usaha tetap hidup, persaingan antar pelaku usaha dilakukan secara sehat, dan konsumen tidak dieksploitasi oleh pelaku usaha. 3 Ibid., hal. 8

4 Adapun tujuan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, sebagaimana tercantum pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah untuk : a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. b. Untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. c. Mencegah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha: dan tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. Perundang-undangan persaingan usaha Indonesia tidak bertujuan melindungi persaingan usaha demi kepentingan persaingan itu sendiri. Ketentuan Pasal 3 tidak hanya terbatas pada tujuan utama undang-undang persaingan usaha, yaitu sistem persaingan usaha yang bebas dan adil, dimana terdapat kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha, sehingga bagi semua pelaku usaha dalam melakukan kegiatan ekonomi tersedia ruang efek yang luas. Selain itu Pasal 3 menyebukan tujuan sekunder undang undang persaingan usaha, yang ingin dicapai melalui sistem persaingan usaha yang bebas dan adil. Kesejahteraan rakyat dan suatu sistem ekonomi yang efisien sehingga seharusnya sebagai konsekuensi terakhir tujuan kebijakan ekonomi, yaitu penyediaan barang dan jasa yang optimal bagi para konsumen. Menurut teori persaingan usaha yang modern, proses persaingan usaha dapat mencapai tujuan tersebut dengan cara memaksakan alokasi faktor dengan cara ekonomis sehingga terwujudlah penggunaan paling efisien sumber daya yang terbatas, penyesuaian kapasitas produksi dengan metode produksi dan struktur permintaan serta penyesuaian penyediaan barang dan jasa dengan kepentingan konsumen (fungsi pengatur persaingan usaha), dengan menjamin pertumbuhan ekonomi yang optimal,

5 kemajuan teknologi dan tingkat harga yang stabil (fungsi pendorong persaingan usaha) serta dengan menyalurkan pendapat menurut kinerja pasar berdasarkan produktivitas marginal (fungsi distribusi). 4 Di dalam dunia usaha, persaingan usaha tidak selalu berdampak negatif ada yang dipandang sebagai hal positif. Menurut teori ilmu ekonomi, persaingan yang sempurna (Perfect Competition) merupakan kondisi pasar (market) yang ideal. Minimal setidaknya ada empat asumsi yang melandasi agar terjadinya persaingan yang sempurna pada suatu pasar tertentu yakni 5 : 1. Pelaku usaha tidak dapat menentukan secara sepihak harga atas produk atau jasa 2. Barang atau jasa yang dihasilkan pelaku usaha betul-betul sama (product homogeneity) 3. Pelaku usaha memiliki kebebasan untuk masuk ataupun keluar dari pasar 4. Konsumen dan pelaku usaha memilik informasi yang sempurna (Perfect information) tentang berbagai hal diantaranya biaya dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Namun keadaan nyata yang sering terjadi adalah persaingan yang tidak sempurna (imperfect competition) atau yang biasa dikenal dengan persaingan yang tidak sehat (unfair). Persaingan tidak sehat secara tidak langsung akan mematikan persaingan usaha itu sendiri, yang pada akhirnya memunculkan praktek monopoli yang cenderung berakibat negatif. Dalam kondisi ini, konsumen akan sangat dirugikan karena konsumen tidak mempunyai alternatif pada saat akan membeli produk atau jasa tertentu. Sedangkan disisi pelaku usaha, Monopoli akan berdampak pada inefisiensi dalam menghasilkan produk atau jasa karena tidak adanya pesaing, begitu juga inovasi atas produk atau jasa tidak akan terjadi mengingat tidak ada insentif untuk melakukan hal tersebut 4 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Antara Teks dan Konteks, hal. 17 5 Hikmahanto Juwana, Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan UU No. 5 Tahun 1999, Jurnal Magister Hukum. Vol.1.hal. 30

6 Sebelum diberlakukannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999, sering kali terjadi Praktek oligopoli dan perjanjian tertutup. Hal ini mengakibatkan pelaku usaha merasa diperlakukan tidak jujur. Sejak diberlakukannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999, para pelaku usaha harus lebih berhati hati dalam melakukan perjanjian yang berhubungan dengan adanya indikasi praktek oligopoli dan perjanjian tertutup. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik tertulis maupun tidak tertulis. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur 10 macam perjanjian yang dilarang untuk dibuat oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha yang lain, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16. Oligopoli dan perjanjian tertutup termasuk dalam kategori perjanjian yang dilarang. Oligopoli diatur dalam Pasal 4 undang-undang No. 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. "Oligopoli menurut ilmu ekonomi merupakan salah satu bentuk struktur pasar, dimana didalam pasar tersebut hanya terdapat sedikit perusahaan (few sellers) 6 Oligopoli adalah suatu bentuk pasar dimana terdapat dominasi sejumlah pemasok dan penjual. Pada kenyataannya, Sistem oligopoli yang ada, memiliki konsentrasi pasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persentase yang besar dari pasar Oligopoli ditempati oleh perusahaan-perusahaan komersial negara terkemuka. Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan perencanaan strategis untuk 6 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Op.Cit, hal. 87

7 mempertimbangkan reaksi dari pesaing lain yang ada di pasar. Oligopoli dalam praktek pasar bebas, sangat menguntungkan para pemilik modal yang banyak Sedangkan perjanjian tertutup atau exclusive dealing adalah suatu perjanjian yang terjadi antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau jasa. 7 Perjanjian tertutup merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha agar dapat menjadi sarana dan upaya bagi pelaku usaha untuk dapat melakukan pengendalian oleh pelaku usaha terhadap pelaku usaha lain secara vertikal ( Pengendalian Vertikal ), baik melalui pengendalian harga maupun melalui pengendalian nonharga. Strategi perjanjian tertutup ini pada umumnya lebih banyak dilakukan pada level distribusi produk barang dan/atau jasa. Bentuk-bentuk perjanjian tertutup yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Pasal 15 adalah: 1. Perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa hanya akan memasok barang dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan/atau di tempat tertentu (exclusive dealing). 2. Perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan pihak (pelaku usaha) lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok (tying). 3. Perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha pemasok (special discount): a. harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok, atau 7 Philip Clarke and Stephen Corones, Competition Law and Policy,Cases and Materials, (Oxford University Press, 2000),hal. 376

8 b. tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok. Perjanjian tertutup ini sangat berpotensi merugikan pelaku usaha lain dan konsumen sehingga harus dilarang dan jika hal tersebut telah terjadi, harus ditindak. Seperti pada kasus penentuan rekanan asuradur yang dilakukan oleh PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk. PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk diduga telah melakukan pelanggaran terhadap pasal 4 dan pasal 15 ayat (2) Undang Undang Nomor 5 tahun 1999. Di dalam kasus ini diindikasi telah terjadi praktek oligopoli dan perjanjian tertutup yang dilakukan oleh PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk. PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk dalam melakukan penentuan rekanan asuradur. Kasus berawal dari laporan pada 22 Agustus 2001 kepada KPPU yang pada intinya menyatakan bahwa PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membatasi penutupan asuransi jaminan kredit debitur BNI dengan hanya menunjuk 4 (empat) perusahaan asuransi sebagai rekananasuransinya. Perusahaan asuransi tersebut adalah: PT. Asuransi Tri Pakarta; PT. Asuransi Wahana Tata; PT. Maskapai Asuransi Indonesia; dan PT (persero) Jasa Asuransi Indonesia. Penunjukan tersebut menghilangkan kebebasan debitur yang mengajukan kredit pinjaman kepada BNI untuk memilih perusahaan asuransi yang akan digunakannya. Selain itu, penunjukan untuk rekanan asuransi juga mengakibatkan perusahaan asuransi yang lain tidak bisa masuk dan bersaing untuk melayani nasabah BNI yang akan mengasuransikan agunannya.

9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan mengenai latar belakang terjadinya indikasi perjanjian oligopoli dan perjanjian tertutup, maka Permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut : a. Apakah perjanjian yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melanggar Pasal 4 Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat? b. Apakah perjanjian yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melanggar Pasal 15 ayat (2) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat? 1.3 Penjelasan Judul Pada skripsi ini, berjudul Indikasi Perjanjian Oligopoli dan Perjanjian Tertutup PT. Bank Negar a Indonesia (Persero) Tbk (Studi Kasus : Putusan KPPU Nomor 10/KPPU-L/2001 ). diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan judul tersebut, yaitu : Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik tertulis maupun tidak tertulis.

10 "Oligopoli menurut ilmu ekonomi merupakan salah satu bentuk struktur pasar, dimana didalam pasar tersebut hanya terdapat sedikit perusahaan (few sellers) 8 Perjanjian tertutup atau exclusive dealing adalah suatu perjanjian yang terjadi antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses produksi atau jaringan distribusi suatu barang atau jasa. 9 Penjelasan judul secara keseluruhan dari judul skripsi Indikasi Perjanjian Oligopoli dan Perjanjian Tertutup PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (Studi Kasus : Putusan KPPU Nomor 10/KPPU-L/2001 ) adalah kerjasama antara beberapa pihak, yaitu PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan Perusahaan asuransi antara lain PT. Asuransi Tri Pakarta; PT. Asuransi Wahana Tata; PT. Maskapai Asuransi Indonesia; dan PT (persero) Jasa Asuransi Indonesia, secara diam diam atau terang terangan menciptakan persaingan semu yang sepatutnya diduga bahwa tindakan tersebut bertolak belakang dengan persaingan usaha yang sehat. 1.4 Tujuan Penulisan Pada dasarnya pelaku usaha dalam menjalankan suatu usaha adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, tetapi para pelaku usaha berlombalomba untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya tanpa melihat Usaha yang dilakukannya itu merugikan orang lain atau tidak. Banyak pelaku usaha menggunakan praktek persaingan usaha yang tidak sehat untuk menjatuhkan pelaku usaha yang lainnya. 8 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Loc.Cit. 9 Philip Clarke and Stephen Corones, Loc.Cit.

11 Tujuan penulisan dalam skripsi ini antara lain: a) Untuk memahami dan menganalisa bahwa perjanjian yang dilakukan oleh PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat atau tidak b) Untuk memahami dan menganalisa bahwa perjanjian yang dilakukan oleh PT, Bank Negara Indonesia (persero) tbk melanggar Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat atau tidak 1.5 METODE PENELITIAN 1.5.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Tipe penelitian yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang mempunyai maksud tujuan untuk mengkaji perundang undangan dan peraturan yang berlaku juga buku buku konsep teoritis kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang akan dibahas di dalam sripsi ini. Penelitian ini menganalisis untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menghadapi isu hukum yang dihadapi. 10 1.5.2 Pendekatan Masalah 1. Pendekatan masalah yang digunakan dalam skripsi ini ada tiga yaitu : pendekatan statute approach (pendekatan undang-undang) 10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. V, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 2009, hal. 35

12 2. case approach (pendekatan kasus), 3. conceptual approach (Pendekatan konseptual). Statute Approach (Pendekatan Undang-Undang) adalah penelitian hukum dengan cara menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut-paut dengan isu hukum yang ditangani. 11 Statute Approach dilakukan dengan mempelajari ratio legis dan dasar ontologis suatu undang-undang untuk menangkap kandungan filosofi yang ada dibelakang dengan tujuan dapat menyimpulkan mengenai ada tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isi yang dihadapi. Case approach dilakukan untuk melengkapi analisis dengan pendekatan perundang-undangan dan dengan pendekatan konsep hukum dan pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi. 12 Conceptual Approach (Pendekatan Konseptual) yaitu pendekatan penelitian hukum yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. 13 Mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut akan ditemukan ide-ide yang melahirkan pengertianpengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. 1.5.3 Sumber bahan hukum Sumber bahan hukum yang digunakan dalam skripsi ini adalah sumber bahan hukum primer dan sekunder. 11 Ibid., hal. 93 12 Ibid., hal. 94 13 Ibid., hal. 95

13 Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundangundangan dan putusan hakim. 14 Bahan hukum primer yang digunakan antara lain perundang undangan yang mengatur mengenai larangan monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat yaitu Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999, Peraturan KPPU Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 15 (Perjanjian Tertutup),dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Bahan hukum sekunder terdiri dari berbagai macam bentuk kepustakaan di bidang hukum maupun dibidang terkait termasuk didalamnya pandanganpandangan dari ilmuwan hukum. Bahan hukum yang digunakan antara lain : Buku-buku teks, atikel dalam berbagai majalah dan jurnal ilmiah bidang hukum dan sumber lainnya yang mendukung dan internet. 1.5.4 Teknik pengumpulan dan pengolahan bahan hukum Bahan hukum primer dan sekunder yang telah terkumpul kemudian di inventarisasi kemudian dikelompokkan dan dikaji dengan pendekatan perundangundangan guna memperoleh gambaran sinkronasi dari semua bahan hukum. Selanjutnya dilakukan sistimatisasi dan klasifikasi kemudian dikaji serta dibandingkan dengan teori dan prinsip hukum yang dikemukakan oleh para ahli, untuk akhirnya dianalisa secara normatif. 1.5.5 Analis Bahan Hukum Dalam skripsi ini, sesuai dengan bahan hukum yang ada maka dilakukan analisa dengan menggunakan metode deskriptif yaitu berupa penjelasan- 14 Ibid., hal. 141

14 penjelasan terhadap norma-norma hukumnya, data-data yang diambil diolah berdasarkan silogisme yang deduktif, yaitu bahan bahan hukum yang diperoleh baik yang berasal dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder tersebut dilakukan analisa berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia. Bahan hukum primer kemudian dibantu dengan bahan bahan hukum yang berasal dari bahan hukum sekunder. 1.6 Pertanggungjawaban Sistematika Dalam penulisan skripsi ini, susunan sistematikanya terbagi dalam empat bab sebagai berikut : Bab I merupakan bab pendahuluan yang memberikan gambaran umum tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, penjelasan judul, alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, metode penelitian yang dibagi menjadi empat yaitu pendekatan masalah, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan dan pengolahan bahan hukum, serta analisa bahan hukum dan pertanggungjawaban sistematika. Bab II membahas adanya indikasi perjanjian oligopoli oleh PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk yang Melanggar Hukum Persaingan Usaha yang Tidak Sehat yang dilarang oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam bab II tersebut terdapat beberapa sub bab yang menjelaskan mengenai perjanjian oligopoli, indikasi kegiatan perjanjian oligopoli yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk serta analisis yuridis dalam kegiatan yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk yang menjurus adanya indikasi perjanjian oligopoli.

15. Bab III membahas adanya inidkasi perjanjian tertutup oleh PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk yang Melanggar Hukum Persaingan Usaha yang Tidak Sehat yang Dilarang oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam bab III tersebut terdapat beberapa sub bab yang menjelaskan mengenai perjanjian tertutup, indikasi kegiatan perjanjian tertutup yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk serta analisis yuridis dalam kegiatan yang dilakukan oleh PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk yang menjurus adanya indikasi perjanjian tertutup. Bab IV merupakan bagian penutup dan berisi kesimpulan atas hasil pembahasan Bab II dan Bab III serta berisi saran saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk mendorong menegakkan hukum bisnis yang positif di Indonesia khususnya hukum persaingan usaha.