BAB II TINJAUAN UMUM SEPUTAR SANAD HADIS. Sanad disebut juga dengan Thariq (Jalan), karena sanad merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS

Pembagian hadits ahad dilihat dari sisi kuat dan lemahnya sebuah hadits terbagi menjadi dua, yaitu:

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

2. Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina.

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an.

Pengertian Hadits. Ada bermacam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

Bab 5. Hadist: Sumber Ajaran Islam Kedua

PEMBAGIAN HADITS NABI

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD3013 MUSTHOLAH AL-HADITH (Minggu 3)

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

IKHTISAR ULUMUL HADITS

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD3013 MUSTHOLAH AL-HADITH (Minggu 2)

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29

Analisis Hadis Kitab Allah Dan Sunahku

BAB I PENDAHULUAN. berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). 1. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan

KAIDAH KEMUTTASILAN SANAD HADIS (Studi Kritis Terhadap Pendapat Syuhudi Ismail)

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

Tim Penyusun MKD UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

HADITS MASYHUR. Definisi

BAB III. Para ulama biasa menyebut kata shahih ini sebagai lawan dari kata saqim (sakit).

BAB IV ANALISIS SANAD DAN MATAN HADITS TENTANG SYAFAAT PENGHAFAL AL-QUR AN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

A. PENDAHULUAN B. PEMBAHASAN

Manzhumah Al-Baiquniyyah: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB I PENDAHULUAN. juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al- Qur an yang mujmal, muthlaq, amm dan sebagainya.

SLABUS DAN SAP ILMU HADIS

BAB II TAKHRIJ DAN METODE KRITIK HADIS. keadaannya, dan terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata al-ikhraj yang

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD3013 MUSTHOLAH AL-HADITH (Minggu 4)

BAB II KAIDAH KESAHIHAN DAN PEMAKNAAN HADIS

Written by Andi Rahmanto Friday, 28 November :43 - Last Updated Friday, 28 November :55

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-qur a>n, hadis memiliki

HADÎTS DLA ÎF DAN KEHUJJAHANNYA (Telaah terhadap Kontroversi Penerapan Ulama sebagai Sumber Hukum)

BAB III BIOGRAFI AL-NASA> I> DAN DATA HADIS TENTANG BINATANG TERNAK BISA MENDENGAR SIKSA KUBUR

KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis

BAB II PEMBAGIAN HADITS

BAB I PENDAHULUAN. bumi juga harus mampu menghambakan diri di hadapan Allâh Subhânahu

Elan Sumarna Syarah Hadis diusung dengan melalui dua bentuk kritik tadi bisa didapat, setidaknya menurut penulis ada dua hal: 1. Dapat diketahuinya ma

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

BAB IV ANALISIS A. ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IMAM AHMAD BIN HANBAL TENTANG WAKAF TANPA IKRAR WAKAF

BAB II TERMINOLOGI TAKDIR DAN TEORI HADIS

QIRA AT AL-QUR AN (Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira at)

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari periwayatannya hadits berbeda dengan Al-Qur an yang semua

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-ankabut bahwa setiap

DERAJAT HADITS PEROWI SHODUQ DALAM ILMU HADITS

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran, 1 sebagaimana

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah. Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,

Hadis Sahih. Kamarul Azmi Jasmi

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

DAFTAR PUSTAKA. M. Isa H.A. Salam Bustamin, Metodologi Kritik Hadis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet. I, 2004

INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM AL-ZUHRI. hadits 1 MINGGU PERTAMA. 30 Mar 2014 / 9.00 PG TGH

HADIS SAHIH MUTAWATIR

BAB IV ANALISA HADIS TENTANG RINTANGAN DAN PELUANG MENUJU SURGA DAN NERAKA. A. Kualitas hadis tentang rintangan dan peluang menuju surga dan neraka

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

أما احلديث الصحيح: فهو احلديث املسند الذي يتصل إسناده بنقل العدل الضابط إىل منتهاه وال يكون شاذا وال معلال

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. inilah yang dikatakan Agama, diputuskan oleh akal dan logika dan dibenarkan

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Diantara sumber ajaran agama Islam adalah Alquran dan alhadits. Sebagai

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

BAB II METODE KRITIK HADIS. dirumuskan bahwa kesahihan hadis terpenuhi dengan 3 kriteria, yakni :

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan,

Ilmu Qira at. Oleh: Eka Safitri Anasari (C ) Faisal Abdillah (C ) Jurusan Sastra Arab. Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

KARYA : Syaikh Umar bin Muhammad bin Futuuh Al Baiquniy. Oleh : Abu Sa id

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

DAFTAR PUSTAKA. Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III.

E٤٢ J٣٣ W F : :

Dua Kelompok Penyebar Hadis Palsu

Ahmad Atabik STAIN Kudus

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

METODE KRITIK HADITS DI KALANGAN ILMUWAN HADITS. Siti Badi ah Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi hasil-hasil pertanian baik sayuran dan buah-buahan, biji-bijian

DI ANTARA SIFAT-SIFAT TERPUJI ASY-SYAIKH RABI AL-MADKHALI - HAFIZHAHULLAH-

BAB I MARWIYYAT AN NISA GHAIRU ASH-SAHABAH FII MUWATHA MALIK IBN ANAS

Peringatan Terhadap Sebagian Hadits Tentang Tetangga yang Dinisbatkan Kepada Nabi حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SLABUS DAN SAP HADIS TARBAWI II. Nama mata Kuliah : Hadis Tarbawi II ( Ta lim-muta allim) Kode Mata Kuliah : -

BAB II LANDASAN TEORI

SILABUS TAKHRIJUL HADIST SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR`AN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT KODE MATA KULIAH : MKK THU 63209

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

BAB IV ANALISIS HADIS TENTANG BACAAN TASHAHHUD DALAM SALAT

M. Nasri Hamang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB II Tinjauan Umum Ilmu Mukhtalif al-hadits

BAB IV ANALISIS HADIS TENTANG PERINGATAN BAGI PEMINTA-MINTA. perawi, tsiqah atau dhaif dan hal-hal tentang sanad, muttashil atau inqitha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa Rasulullah SAW, tidak ada sumber hukum selain al-qur an dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM SEPUTAR SANAD HADIS Sanad disebut juga dengan Thariq (Jalan), karena sanad merupakan jalan yang menyampaikan periwayat kepada matan al-hadits. Ketika membahas masalah sanad maka tidak akan luput dari istilah Musnid,Musnad dan Isnad 1. Karena istilah-istilah tersebut sangat berkaitan erat dengan sanad. Adapun sanad hadis jika ditinjau dari kuantitasnya dibagi menjadi dua yaitu Mutawatir 2 dan Ahad 3. Abu Bakar al-jashshas mengatakan bahwa sanad jika ditinjau dari kuantitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu : mutawatir, masyhur 4 dan ahad. 5 Penelitian sanad atau yang populer dengan sebutan kritik (naqd) sanad 6 dimaksudkan untuk mendukung penelitian hadis dengan tujuan utamanya menilainya dan membuktikan secara historis bahwa apa 1 Yang dimaksud dengan Musnid ialah orang yang menerangkan hadis dengan menyebutkan sanadnya. Yang dimaksud dengan Musnad ialah hadis yang disebut dengan diterangkan seluruh sanadnya sampai kepada Nabi Saw. Pengertian lain tentang Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama perawi pertama atau sanad terakhir. Sedangkan yang dimaksud dengan Isnad ialah menerangkan atau menjelaskan jalan datangnya hadis. (lih Pengantar Ilmu Hadits karya M.Syuhudi Ismail) 2 Mutawatir yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara tradisi tidak mungkin mereka sepakat untuk berbohong dari jumlah perawi yang sepadan dari awal sampai akhir sanad, dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tingkat sanad-nya. (lih Ilmu Hadis karya Dzikri Darussamin) 3 Ahad yaitu : hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir, ulama hadis juga men-ta rif-kan dengan hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir, yang perawinya berjumlah tiga atau lebih, dua orang atau seorang perawi saja. (lih Ikhtisar Mushthalahul Hadits, karya Fatchur Rahman). 4 Masyhur yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih yang belum mencapai derajat mutawatir. (lih Ikhtisar Mushthalahul Hadits, karya Fatchur Rahman). 5 Dzikri Darussamin, Ilmu Hadis (Pekanbaru : Suska Press, 2010), 73. 6 Kritik sanad merupakan telaah atas prosedur periwayat hadis melalui jalur sanad dari sejumlah rawi yang secara runtut menyampaikan matan hadis hingga perawi terakhir. (lih Kajian Kritis Ilmu Hadis, karya Umi Sumbulah). 15

16 yang disebut sebagai hadis itu memang benar dari Rasulullah Saw. Objek penelitian sanad adalah hadis yang masuk kategori hadis ahad, dan bukan mutawatir, hal itu dikarenakan hadis ahad terdapat indikasi adanya hadishadis yang tidak shahih, sedangkan mutawatir ulama hadis sepakat akan validitas dan ke-shahih-annya. Adapun kriteria dalam keritik sanad ini meliputi : kebersambungan sanad, keadilan perawi dalam sanad, ke-dhabit-an perawi, terhindar sanad dari syadz 7, dan terhindar sanad dari illat 8. 9 Masing-masing kriterianya akan diuraikan sebagai berikut : 1. Sanad Bersambung Yaitu setiap periwayat dalam hadis menerima riwayat hadis dari periwayat terdekat sebelumnya, adapun prosedur yang digunakan untuk mengetahui keber sambungan sanad yaitu : [a] mencatat semua perawi dalam sanad; [b] mencatat biografi dan aktivitas keilmuan setiap perawi; [c] memastikan kata-kata yang menghubungkan antara perawi dengan perawi terdekat (memastikan shigat isnad). 10 2. Perawi Bersifat Adil 7 Adanya syadz dalam hadis menurut al-syafi i adalah hadis tertentu yang diriwayatkan oleh seorang periwayat tsiqah, yang bertentangan dengan periwayatan yang lebih banyak yang juga tsiqah. (lih Ulum al-hadits, karya Ibnu al-shalah). 8 illat adalah cacat tersembunyi yang merusak kualitas suatu hadis (lih ulum al- Hadits, karya Ibnu Shalah). 9 Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis (Malang : Uin-Maliki Press, 2010), 184. 10 Husein Yusuf, Kriteria Hadis Shahih : Kritik Sanad dan Matan, Makalah Seminar Universitas Yogyakarta (Februari 1992).

17 Adilnya 11 perawi menurut Imam Muhyidin dilihat dari empat kriteria, yaitu: Islam, mukallaf, tidak fasiq,dan senantiasa menjaga citra diri dan martabatnya (muru ah). 12 Adapun metode yang digunakan untuk menetapkan keadilan seorang perawi adalah sebagai berikut : [a] popularitas keutamaan dan kemulian perawi di kalangan ulama hadis; [b] penilaia dari perawi kritikus perawi yang mengungkap aspek kelebihan dan kekurangan yang ada pada rawi yang bersangkutan; [c] penerapan kaedah al-jarh wa al-ta dil, yang dipakai ketika perawi kritikus tidak sepakat dalam menilai kualitas perawi. 13 3. Perawi Bersifat Dhabit Sifat dhabit 14 diketahui dari tiga hal, yaitu : tidak banyak lupa ketika meriwayatkan sebuah hadis, masih hafal ketika meriwayatkan dengan makna, 15 dan tidak berubah riwayatnya ketika ditanya di masa mendatang. Adapun metode yang digunakan dalam menetapkan kedhabit-an perawi berdasarkan : [a] kesaksian para ulama; [b] kesesuaian 11 Orang adil ialah orang yang berkumpul padanya beberapa ketentuan yaitu beragama Islam, taklif (sudah mukallaf), dan sejahtera dari sebab-sebab kefasikan dan yang merusakkan maruah. ( lih Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, Hasbi ash-shiddieqy) 12 Abdul Hamid Muhammad Muchyidin, Syarh Alfiyah al-suyuthi Fi Musthalah al-hadits (Mesir : Maktabah Tijariyah al-kubra), 4. 13 Yusuf, Kriteria Hadis Shahih,. 14 Dhabit yaitu kuat hafalan, dhabit dibagi menjadi dua yaitu [a] dhabt shadr, yaitu seorang perawi yang benar-benar hafal hadis yang didengarnya di dalam dadanya, dan mampu mengungkapkan kapan saja. [b] dhabt kitab yaitu seorang perawi yang menjaga hadis yang didengarnya dalam bentuk tulisan. (lih Pengantar Studi Ilmu Hadits, karya Manna al-qathan). 15 Muchyidin, Syarah al-fiyah al-suyuthi Fi Musthalah al-hadits, 142.

18 riwayatnya dengan riwayat yang disampaikan oleh perawi lain yang dikenal ke-dhabit-annya, menyangkut maknya dan harfiah. 16 4. Terhindar dari Syadz Diketahui adanya syadz disebabkan hadis yang diriwayatkan oleh ulama tsiqah bertentangan dengan hadis yang diriwakan oleh banyak ulama tsiqah lainnya. 17 Untuk mengetahuinya dapat menggunakan cara : [a] semua sanad yang memiliki matan hadis yang pokok masalahnya sama dijadikan satu dan kemudian dibandingkan; [b] diteliti semua perawi dalam setiap sanad; [c] jika dri seluruh perawi tsiqah ternyata ada seseorang perawi yang sanadnya menyalahi sanad-sanad yang lain, maka ia disebut syadz. 18 5. Terhindar dari Illat Illat adalah cacat yang tersembunyi, untuk mengetahui dapat ditinjau dari beberapa bentuk sebagai berikut : [a]sanad yang tampak muttashil dan marfu ternyata muttasil dan mawquf; [b] sanad yang tanpak muttasil dan marfu ternyata muttashil dan mursal; [c] tercampur hadis dengan bagian hadis yang lain; [d] terjadi kesalahan dalam menyebutkan nama perawi, karena adanya rawi-rawi yang mempunyai nama yang mirip, sedangkan kualitasnya berbeda, dan tidak semuanya tsiqah. 19 16 Yusuf, Kriteria Hadis Shahih,. 17 Ibnu al-shalah, Ulum al-hadits (Madinah: Maktabah al- Ilmiyah, 1972), 48. 18 Sumbulah, Kajian Krits Ilmu Hadis, 186. 19 Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis, 186.

19 Untuk mengetahui apakah hadis itu berstatus mutawatir atau ahad diperlukan beberapa metode yaitu : 1. Kumpulkan seluruh hadis yang berkaitan beserta sanadnya 2. Lihat rowi a lanya (sahabat yang meriwayatkan), jika banyak yang meriwayatkan maka dia termasuk mutawatir 20 tapi jika yang meriwayatkan hanya 5,4,3,2,atau seorang perawi maka dia termasuk bagian dari ahad 21. 3. Lihat sandaran hadisnya, jika menggunakan indera, seperti perkataan mereka, kami telah mendengar, atau kami telah melihat, atau kami telah menyentuh, Maka ia mutawatir. Adapun jika sandaran mereka menggunakan akal maka tidak dapat dikatakan mutawatir. 22 Hadis jika ditinjau dari segi kualitas maka sanad hadis dibagi menjadi tiga yaitu : Shahih 23, Hasan 24, dan Dhoif 25. Untuk mengetahuinya dibutuhkan beberapa langkah yaitu : 20 Dalam masalah jumlah jumhur ulama berpendapat bahwasanya tidak disayaratkan jumlah tertentu dalam mutawatir. Yang pasti harus ada sejumlah bilangan yang dapat meyakinkan kebenaran nash dari Rasulullah Saw. (lih Pengantar Studi Ilmu Hadis, karya Manna al-qathan). 21 Ahad dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu : [a] ahad masyhur yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawatir. [b] ahad aziz yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi. [c] ahad gharib yaitu hadis yang diriwayatkan hanya seorang perawi. Hadis ahad ini tidak sama kualitasnya dengan hadis mutawatir, karena jika hadis mutawatr diterima tanpa syarat dan tanpa diteliti, hadis ahad diterima dengan syarat dan setelah ia diteliti. (lih Ilmu Hadis, karya Dzikri Darussamin). 22 Manna al-qaththan, Pengantar Studi Hadits (Jakarta : Pustaka al-kautsar, 2005), 110-111. 23 Shahih dalam ilmu hadis yaitu : suatu hadis yang sanadnya bersambung dari permulaan hingga akhir, disampaikan oleh orang-orang yang adil, memiliki kemampuan menghafal yang sempurna ( dhabit), serta tidak ada perselisihan dengan perawi yang lebih terpercaya darinya (syadz), dan tidak ada illat yang berat. (lih Pengantar Studi Ilmu Hadits, karya Manna al-qaththan).

20 1. Lacak hadis yang ingin diketahui melalui kata fi il yang terdapat dalam hadis kedalam kitab kamus hadis, seperti Mu jam al-mufahras Li al-fadz an-nabawi, atau Jami as-shagir, atau Miftah al-kunuz as-sunnah, atau kitab kamus hadis lainnya. 2. Setelah dilacak dalam kamus hadis, lihat dikitab mana (siapa saja mukharrijnya), lalu kumpulkan seluruh hadisnya beserta sanadnya. 3. Buat skema sanadnya masing-masing beserta lafadz sandarannya (shighat isnad-nya). 4. Lihat masing-masing perawinya lalu lihat ke dalam kitab Rijal hadis (kitab yang berisi biografi perawi), jika ia bersambung, adil, dhabit, tidak ada illat ataupun syadz, maka dia Shahih, jika kurang kedhabitannya maka dia hasan, akan tetapi jika hilang salah satu syarat yang shahih atau kurang keadilannya, maka dia dhoif. Dalam skema hadis juga diperlukan Shighat tahammu wa al-ada atau dikenal juga dengan Shigat Isnad 26, yang pada umumnya dibagi menjadi delapan macam : 1. al-sama min lafdz al-syaikh; yaitu penerimaan hadis dengan cara mendengarkan langsung lafal hadis dari guru hadis. 27 Apabila seseorang 24 Hasan ialah Hadis yang salah satu sanadnya kurang dari derajat shahih, yaitu kurangnya kedhabitan salah seorang perawi. (lih Pengantar Studi Ilmu Hadits, karya Manna al-qaththan). 25 Dhoif ialah hadis yang di dalamnya tidak didapati syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan, atau bisa juga dikatakan hilangnya salah satu syarat shahih maupun hasan. (lih Pengantar Studi Ilmu Hadits, karya Manna al-qaththan). 26 Shigat isnad yaitu lafadz-lafadz yang ada dalam sanad yang digunakan oleh rawi-rawi pada waktu menyampaikan hadis atau riwayat

21 menerima hadis dari gurunya dengan menggunakan cara ini maka lafadz yang digunakan yaitu : mendengar). (saya سمعت (dia menceritakan kepada حد ثنا (dia menceritakan kepadaku), atau حد ثني kami). (dia mengabarkan kepada أخبرنا (dia mengabarkan kepadaku), atau أخبرني kami). (dia menyebutkan kepada kami), boleh juga dia mengatakan أنبا نا, ذكرلنا kami). 28 (dia berkata kepada قال لنا 2. al-qira ah ala al-syaikh; yaitu periwayat menghadapkan riwayat hadis kepada guru hadis dengan cara periwayat itu sendiri yang membacanya atau orang lain yang membacakannya dan dia mendengarkan. 29 Apabila seseorang menerima hadis dari gurunya dengan menggunakan cara ini maka lafadz yang digunakan yaitu : (telah قرأى على فلان وأنا أسمع (saya baca di depan sifulan), atau قرأت على فلان dibaca dihadapan sifulan sedang aku mendengarkan), lafadz pada as- 27 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis : Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pedekatan Ilmu Sejarah (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1995), 58 28 Hasbi ash-shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, Jil.2 (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1961), 44-45. 29 Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, 61.

22 sima i bisa menjadi lafadz al-qira ah apabila ada kata قرأ setelah lafadz as-sima i. 30 3. al-ijazah; yaitu guru hadis memberikan izin kepada seseorang untuk meriwayatkan hadis yang ada padanya, dan pemberian izin tersebut dinyatakan dengan lisan atau tertulis. 31 Adapun lafadz yang digunakan yaitu : kepadanya). 32 (aku ijazahkan dia, atau aku ijazahkan أجزته او أجزت له 4. al-munawalah; yaitu pemberian kitab hadis oleh guru hadis kepada muridnya dan guru hadis tidak menyatakan agar hadisnya diriwayatkan. Adapun lafadz yang digunakan menurut imam an-nawawi yaitu : (telah diceritakan kepada kami secara حد ثثنى إجازة او مناولة و إجازة او إذنا اذن لى ijazah, atau secara munawalah dan ijazah, atau secara idzin, atau telah diidzinkannya kepadaku). 5. al-mukatabah; yaitu seorang guru hadis menuliskan hadis yang diriwayatkannya untuk diberikan kepada orang tertentu. 33 Adapun lafadz yang digunakan yaitu : sifulan). 34 (telah menulis kepadaku oleh كتب إلى فلان 30 Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, 46. 31 Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, 63. 32 Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, 57. 33 Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, 65. 34 Ibnu Katsir, al-ba itsu al-hatsits Syarh Ikhtishar Ulum al-hadits (Kairo : Maktabah Dar al-turats, 2003), 103

23 6. al-i lam; yaitu guru hadis memberitahukan kepada muridnya, hadis atau kitab hadis yang ia terima dari periwayatnya akan tetapi tanpa diikuti pernyataan agar muridnya meriwayatkannya lebih lanjut. Adapun lafadz 35.أخبر اعلاما : yaitu yang digunkan 7. al-washiyah; yaitu seorang perawi hadis mewasiatkan kitab hadis yang diriwayatkannya kepada orang lain. Adapun lafadz yang digunakan 36.أوصى إلي dalam hal ini yaitu 8. al-wijadah; yaitu seseorang yang mendapati hadis yang ditulis oleh periwayatnya akan tetapi tidak dengan cara sal-sama atau ijazah. Orang yang mendapati itu bisa semasa atau tidak semasa dengan penulis hadis, pernah atau tidak pernah bertemu, pernah atau tidak meriwayatkan hadis dari penulis hadis tersebut. 37 Adapun lafadz yang digunakan yaitu : وجدت بخط فلان: حدثنا فلان (aku mendapatkan dari tulisan si fulan : telah mencerikan kepada kami akan sifulan). 38 sifulan). (saya dapati dalam kitab وجدت فى كتاب فلان sifulan). (saya membaca yang ditulis oleh قرأت بخط فلان olehnya). 39 (saya baca dalam kitabnya yang ditulis قرأت فى كتابه بخط ه 35 Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, 66. 36 Ibid., 67. 37 Ibid., 67. 38 Ibnu Katsir, al-ba itsu al-hatsits, 105.

24 Disamping itu ada lafadz yang sering didapati dalam periwayatan sebagai persambungan sanad yang bersangkutan, lafadz yang dimaksud adalah عن dan.ان Sanad yang mengandung lafadz عن disebut dengan hadis.ما ن ن disebut dengan hadis ان sedangkan yang mengandung lafadz معنعن Sebagian ulama menyatakan, bahwa sanad hadis yang mengandung lafadz terputus. 40 adalah sanad yang عن Akan tetapi mayoritas ulama yang menilainya melalui as-sama mengatakan tidak terputus dengan syaratsyarat sebagai berikut : 1. Tidak terdapat penyembunyian informasi (Tadlis) yang dilakukan oleh periwayat. 2. Antara periwayat dengan periwayat yang terdekat dimungkinkan terjadi pertemuan. 3. Para periwayatnya haruslah orang-orang yang kepercayaan. Adapun syarat yang diperlukan bagi seorang perawi ada empat, yaitu [1] beragama Islam, [2] sudah sampai umur, [3] adil, [4] dhabt. 41 39 Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, 69. قال dan عن sebagian ulama menyamakannya dengan lafadz ان 40 Adapun lafadz yakni, sama- sama harus diteliti terlebih dahulu persambungan antara periwayat dengan periwayat yang lain. (lih M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis) 41 Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, 32-41.