Novita Pinedendi Julia Villy Rottie Ferdinand Wowiling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E-Journal Keperawatan (EKP) Volome 4 Nomor 1, Februari 2016

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT. Key word: Nurse Service, Patient Satisfaction, Service Dimension RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VII, No.1 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. (Perry & Potter, 2005). Personal hygiene pada anak jalan jarang diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

Transkripsi:

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN DI RSJ. PROF. V. L. RATUMBUYSANG MANADO TAHUN 2016 Novita Pinedendi Julia Villy Rottie Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email :Pinedendi_novita@yahoo.com Abstract Upbringing Treatment of devisit treatment of x'self at soul trouble patient very needed to to train independence personal of hygiene. Target of this Research is know to influence applying of upbringing treatment of devisit treatment of x'self to independence personal of hygiene at patient in RSJ Prov. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. This desain research is Analytic Observasional. Population in this research is all patient of devisit treatment of x'self residing in Room of Katrili And of Alabadiri RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado amounting to 27 people with Intake of sampel in this research use Total technique of Sampling, instrument the used is observation sheet and kuesioner.result of there are influence which is signifikan to applying of upbringing treatment of devisit treatment of x'self at patient (p=0.002). Pursuant to result of research. that Most responden answer to apply treatment upbringing and most self-supporting to personal of hygiene, hence from that better contribution at Nurse to be always give support apply treatment upbringing more optimal to be independence personal of higene more selfsupporting. Keywords: Upbringing Treatment Of Defisit Treatment Of X'Self, Schizoferania Abstrak Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan, atau bagain integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia, salah satu permasalahan yang sering menjula pada klien dengan gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri yang berkaitan dengan Personal Hygiene. Personal Hygiene sangat tergantung pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang. Asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa sangat diperlukan untuk melatih kemandirian personal hygiene.tujuan Penelitian ini ialah diketahui pengaruh penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien di RSJ Prof. V. L. Ratumbuysang Manado. Desain Penelitian ini adalah pra eksperimental one group pra test post test design.populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien defisit perawatan diri yang berada diruangan Katrili dan ruangan AlabadiriRSJ Prof. V. L. Ratumbuysang Manado yang berjumlah 27 orang dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, instrument yang digunakan ialah kuesioner dan lembar observasi. Hasil Penelitian terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien (p=0.003). berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa personal hygiene sebelum dan sesudan diberikan intervensi menunjukan paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang, maka dari itu sebaiknya kontribusi pada perawat agar selalu memberikan dukungan menerapkan asuhan keperawatan lebih optimal agar kemandirian personal hygiene lebih mandiri. Kata kunci: Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri, Gangguan Jiwa

PENDAHULUAN Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu: psikosis organik, dimana didapatkan kelainana pada otak dan psikosis fungsion tidak terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan ketidak mampuan untuk berkomunikasi atau menggali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari (Andayani, 2012). Menurut World Health Organitation (WHO, 2013), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Berdasarkan hasil survey awal peneliti di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, Dari 48 klien yang dirawat inap di ruangan Kamboja, 26 klien (54%) diantaranya mengalami defisit perawatan diri. Riset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari yang ringan hingga berat. Dari hasil survey awal di RSJ. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Manado Tahun 2014 diruangan katrili pasien defisit perawatan diri berjumlah 15 orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 12 orang, pada Bulan Agustus 2015 diruangan katrili berjumlah 17 orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 19 orang, pada Bulan September 2015 diruangan katrili berjumlah 10 orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 15 orang, Bulan September 4 orang ijin pulang sedangkan, Bulan Oktober 2015 berjumlah diruangan katrili berjumlah 17 orang dan ruangan Alabadiri berjumlah 10 orang (Profil Ruangan Katrili Dan Alabadiri RSJ. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, 2015). Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakuan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial (Nasution, 2013). Menurut Thomas (2012) defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya mengalami defisit perawatan diri, gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan Manik Depresif dan Delirium (Hardiyah, 2010). Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau perawatan dirinya (defisit perawatan diri). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Abdul, 2015). Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih lanjut tentang gangguan yang terjadi pada pasien yang memicu terjadinya defisit

perawatan diri. Seperti, perawat perlu mengkaji kejadian yang mendukung terjadinya defisit perawatan diri pasien (Achir, 2009). Personal hygiene sangat tergantung pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Kehidupan sehari-hari yang beraturan, menjaga kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak menghirup udara segar, olahraga, istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat perhatian (Nuning, 2009). Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya (Arif, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (2012), di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh jumlah responden yang devisit perawatan diri tinggi sebanyak 12 orang (20.0%) dimana yang personal hygiene baik sebanyak 7 orang (11.7%) dan yang personal hygiene kurang sebanyak 5 orang, sedangkan responden yang defisit perawatan diri rendah sebanyak 48 orang (80.0%) dimana personal hygiene baik sebanyak 10 orang (16.7%) dan yang personal hygiene kurang sebanyak 38 orang (63.3%). Kesimpulan terdapat hubungan antara defisit perawatan diri dengan personal hygiene pada pasien jiwa. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Castro (2010) devisit perawatan diri adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pelaksanaan standard asuhan keperawatan devisit perawatan diri akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam merawat diri. Telah banyak penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof dr. V. L. Ratumbuysang Manado yang berhubungan dengan devisit perawatan diri, tetapi penelitian tentang pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan devisit perawatan diriterhadap kemandirian personal hygiene pada pasien belum pernah dilakukan (Wawancara Kepala Tata Usaha, 2015). Sehingga timbul keinginan peneliti untuk mengetahui pengaruh penerapan asuhan keperawatan devisit perawatan diri terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien di Ruangan Katrili dan Alabadiri RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. METODE PENELITIAN Instrumen adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan observasi sebagai instrument penelitian. Instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang akan dilihat oleh peneliti kepada responden dalam hal ini adalah pasien devisit perawatan diri yang berada di Ruangan Katrili dan Alabadiri RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado sebelum dan sesudah intervensi. Kemandirian personal hygiene diukur dengan menggunakan Indeks Aktivitas Sehari-hari dari Barthel (Barthel Index of Activity Daily Living) dengan penetuan skor 14: mandiri, 10-13 Ketergantungan ringan, 7-9 Ketergantungan sedang, 4-6 Ketergantungan berat, dan 0-3 Ketergantungan total.

HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi responden Berdasarkan Karakteristik Umur Karakteristik Umur Responden n % 1. 20-30 tahun.` 11 40.7 2. 31-40 tahun 9 33.3 3. 41-50 tahun 4 14.8 4. > 50 tahun. 3 11.2 Jumlah 27 100.0 Tabel 5.2 Distribusi responden Personal Hiegene Sebelum Tindakan Tabel 5.3Distribusi responden Personal Hiegene Sesudah Tindakan Tabel 5.4 Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Devisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Higenepada pasien di Ruangan Katrili Dan AlabadiriRSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado Tingkat Kemandirian 1 Ketergantungan Berat 2 3 Personal Hiegene Sebelum Jumla % Tindakan h 1. Ketergantungan Berat 7 25.9 2. Ketergantungan Sedang 18 66.7 3. Ketergantungan Ringan 2 7.4 Jumlah 27 100.0 Personal Hiegene Sebelum Jumlah % Tindakan 1. Ketergantungan Berat 5 18.5 2. Ketergantungan 13 48.1 Sedang 3. Ketergantungan 9 33.4 Ringan Jumlah 27 100.0 Ketergantungan Sedang Ketergantungan Ringan Pre Post n % n % 7 25,9 5 18.5 18 1 66,7 3 48.1 2 7,4 9 33.4 Tingkat Signifikan (α) =0,05 Nilai Asymp Sig (p-value)= 0,003 Z = -3,00 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui, bahwa umur responden yang paling banyak adalah pada kelompok usia 20-30 tahun yaitu 11 responden (40.7%), kemudian umur 31-40 tahun yaitu 9 responden (33.3%), 41-50 tahun 4 responden (14.8%) dan paling sedikit > 50 tahun 3 responden (11.1%). (2001) usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, yang berarti bahwa semakin meningkat usia seseorang, akan semakin meningkat pula kedewasaannya atau kematangannya baik secara teknis, maupunpsikologis, serta akan semakin mampu melaksanakan tugasnya. Sementara untuk klien lansia (> 45 Tahun), banyak peneliti gerontologis melakukan penelitianterkait kesehatan dan pengetahuan ilmiah sehubungan kesalahan stereotip yangada. Beberapa kalangan mempercayai bahwa lansia berkurang pemahamannyadan pelupa, bersikap kaku, membosankan, sering sakit dan tidak menyenangkan.akibatnya, professional pelayanan kesehatan seringkali gagal memberikesempatan pendidikan kesehatan bagi lansia karena mereka salahmengasumsikan bahwa klien lansia tidak dapat belajar menjaga diri merekasendiri. Berdasarkan model perilaku Green, usia merupakan salah satu faktor yang dapatmempengaruhi perilaku (Abdul, 2015). A. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Personal Higene Pada Pasien di Ruangan Katrili dan Alabadiri RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan intervensi hasil observasi tingkat kemandirian tentang personal hygiene pada klien ditemukan sebagian besar berada pada tingkat ketergantungan sedang (66.7%), ketergantungan berat (25.9%) dan ketergantungan ringan (7.4%). Setelah dilakukan intervensi penerapan asuhan

keperawatan klien di observasi kembali dan hasil diperoleh tingkat ketergantungan sedang (48.1%), ketergantungan berat (18.5%), dan ketergantugan ringan (33.4%). Berdasarkan hal hasil diatas bisa dilihat bahwa adanya pengaruh penerapan asuhan keperawatan, hal ini juga berdasarkan hasil analisa data uji statistic wilcoxon menunjukan p-value=0,046 < α=0,05 maka H1 diterima. Pengaruh yang sangat nyata antar sebelum dan sesudah perlakuan menurut asumsi penulis dikarenakan oleh: isi pesan yang disampaikan dan kejelasan pesan yang disampaikan dan cara komunikasi yang baik antara peneliti dan pasien sampai serta cara pendekatan yang digunakan juga mendukung sehingga penelitian ini mendapatkan hasil yang sangat signifikan. Hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh Thomas (2003) bahwa hasil informasi atau komunikasi akan lebih baik jika isi pesan besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran, pesan yang disampaikan oleh peneliti harusnya dapat memenuhi kebutuhan klien atau dapat memecahkan masalah klien. Isi pesan yang memenuhi kebutuhan klien menurut penulis sangatlah berpengaruh terhadap hasil statistik tingkat kemandirian, dimana ketika perawat bisa memenuhi atau memecahkan masalah yang dihadapi klien, maka klien akan menerima dengan baik dan mengurangi masalah yang dihadapi. Begitu juga kejelasan pesan yang disampaikan. Pesan yang jelas akan membuat klien tidak bertanya-tanya terlalu banyak dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan juga dalam pengunaan bahasa yang dimengerti atau dipahami oleh klien sesuai dengan suka atau bahasa daerah yang dimengerti. Maka dengan demikian klien akan memperhatikan dan mencermati apa yang dikatakan perawat untuk proses kesembuhan yang lebih baik. Hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi juga dijelaskan oleh Elis, Gates & Kenworhy, 2000 dalam Ronosulistyo, 2010 bahwa: kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Pesan yang membingungkan atau tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak terjadi perubahan perilaku Selain asumsi yang diatas, peneliti juga berasumsi bahwa penelitian ini bisa berpengaruh pada akhirnya dikarenakan informasi yang disampaikan oleh perawat kepada klien sesuai dengan tujuan yaitu: mengembangakan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri, kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realitis, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri (Ronosulistyo, 2010). Sebelum dilakukan asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien maka pasien akan semakin dan sangat bergantung pada perawat dalam melakukan personal hygiene, disebabkan karena perawat belum menyampaikan informasi atau belum melatih pasien tentang cara menjaga kebersihan yang baik. Setelah diberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien maka ketergantungan pasien semakin menurun dikarenakan pasien telah dilatih untuk mandiri.

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang judul Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Di Ruangan Katrili Dan Ruangan Alabadiri RSJ Prof. V. L. Ratumbuysang Manado dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Umur pasien sebagian besar berada pada kategori umur 20 tahun-30 tahun 2. Tingkat kemandirian personal hygiene pada pasien sebelum diberikan intervensi menunjukan paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang. 3. Tingkat kemandirian personal hygiene pada pasien sesudah diberikan intervensi menunjukan paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang 4. Adanya pengaruh penerapan asuhan keperawatan devisit perawatan diri terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien di Ruangan Katrili dan Alabadiri RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado (p=0,003< α=0,05) DAFTAR PUSTAKA Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Yogyakarta Achir, 2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: EGC: Jakarta Andayani. 2012. Hubungan Karateristik Klien Skizofernia Dengan Tingkat Kemampuan Perawatan Diri di Ruan Rawat Inap Psikiatri Wanita Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Universitas Indonesia. Fakultas Keperawatan. Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Kien Dengan Gangguan Persarafan. Hal: 224. EGC: Jakarta Castro. 2010. Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kebersihan Diri Di Ruangan Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Depkes RI. 2012. Riset Kesehatan Dasar Gangguan Jiwa. Dalam hhtp//www.google. di akses tanggal 21 Oktober 2015; 13.10 wita Imbalo. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta Nasution. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penerapan Personal Higene. Dalam http://www.nersgun.multiply.multiply content.com 20 Oktober 2015 Nursaam. 2008. Aplikasi Keperawatan.Gramedia. Jakarta Nuning, 2009. Carring & Communicating. EGC: Jakarta. Profil. 2015. RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. Jumlah Pasien Halusinasi Petrus. 1995. Catatan Kuliah Psikiatri. EGC: Jakarta Rahmadani. 2013. Pelayanan dan Penerapan Asuhan Keperawatan Klien dengan Harga Diri Rendah dan Devisit Perawatan Diri di Ruang Sipiso-pisao Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi. Skripsi. Sumatera Utara Medan. Riskesdas,. 2013. Riset Kesehatan Dasar Gangguan Jiwa. Dalam hhtp//www.google. di akses tanggal 21 Oktober 2015; 13.10 wita Ronosulistyo. 2010. Penderita gangguan jiwa di Indonesia. Dalam http://newspaper.pikiranrakyat.com/prpri nt.php?mib=beritadetail&id=491 78. di akses tanggal 20 Oktober 2015; 13.10 wita

Sunaryo. 2002. Psikiatri Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Thomas. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi I. Yogyakarta Zakiyah. 2014. Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy Terhadap Defisit Perawatan Diri Pasien Di Rumah Sakit Jiwa Pempropsu Medan. Tidak dipulikasikan Wilkinson. 2010. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Kemandirian Personal Hiegene Pasien Devisit Perawatan Diri. Dalam http://skripsi.umm.ac.id/19 Mei 2010. Diakses tanggal 19 Oktober 2015. WHO. 2013. Perilaku Kekerasan Dan Defisit Perawatan Diri. Dalam http://perilaku-kekerasan.htm. Diakses tanggal 21 Oktober 2015; 13.00 wita