SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

dokumen-dokumen yang mirip
DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

BBM 5 KLASIFIKASI MORFEM, PRINSIP PENGENALAN MORFEM, SERTA BENTUK ASAL, DAN BENTUK DASAR

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB II LANDASAN TEORI

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BBM 4 MORFOLOGI PENDAHULUAN. Drs. H. Basuni Racman, S.P.d.,M.Pd.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

HAND OUT PERKULIAHAN. 1 P a g e

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli 2015 PERBANDINGAN KLITIKA DALAM BAHASA SASAK DENGAN KLITIKA DALAM BAHASA INDONESIA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB II. Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja. dalam Media Jejaring Sosial Facebook

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

MORFOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST. Oleh

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MORFOLOGI DR 412

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS. jadian. Dalam proses tersebut, ada empat komponen yang terlibat, yaitu (i) masukan

Media Informatika Vol. 7 No. 1 (2008) PERANGKAT LUNAK SISTEM PENENTUAN KATA DASAR SUATU KATA DALAM SUATU KALIMAT SECARA OTOMATIS

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

Nama : Novita Jewanti Sabila Nim : TATARAN LINGUISTIK ( 2 ): MORFOLOGI 5.1. MORFEM

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

KEMAMPUAN MEMAHAMI PREFIKS BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 WIDODAREN NGAWI JAWA TIMUR

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi, untuk menyatakan hasil

PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017. (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

KUANTAR KAU KE SURGA

PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

ANALISIS KESALAHAN BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN DESKRIPTIF SISWA SMA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BENTUK PRONOMINA PERSONA BAHASA BUGIS (Personal Pronoun of Buginese Language)

INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

PREFIKS DALAM BAHASA MONGONDOW ARTIKEL. Oleh HARDIYANTI H. AKASE NIM

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA SURAT KABAR HARIAN JATENG POS EDISI JANUARI 2013 NASKAH PUBLIKASI

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan

PENGUASAAN MORFOFONEMIK PADA KARANGAN SISWA KETURUNAN CINA KELAS V SD NEGERI 16 BELINYU BANGKA

ANALISIS KESALAHAN PROSES MORFOLOGIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KRADENAN TAHUN AJARAN

Morfem Alomorf. Morfologi adalah studi gramatikal mengenai struktur internal kata. Struktur Internal Kata. Definisi Morfologi MORFOLOGI

Transkripsi:

SATUAN GRAMATIK Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

Pengertian Satuan Gramatik Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks Satuan Gramatik Bebas dan Terikat Morfem, Morf, Alomorf, dan Kata Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem

PENGERTIAN SATUAN GRAMATIK Satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik. Satuan dapat berupa: a. morfem, misalnya ber-, ke, ke-an b. kata, misalnya rumah, membawa, berjalan c. frasa, misalnya akan datang, sudah pergi d. klausa, misalnya orang tuanya sudah sehat

BENTUK TUNGGAL DAN BENTUK KOMPLEKS Bentuk tunggal adalah satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi. Contoh: ber-, sepeda, ke, luar, kota Bentuk kompleks adalah satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi. Contoh: bersepeda, bersepeda ke luar kota, Ia membeli sepeda baru.

SATUAN GRAMATIK BEBAS DAN TERIKAT Satuan gramatik bebas atau satuan bebas adalah satuan gramatik yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa. Contoh: rumah, gunung, tanah, pakaian, bendera, kami, mereka, harimau,kerbau. Satuan gramatik terikat atau satuan terikat adalah satuan gramatik yang tidak dapat ber

Satuan gramatik terikat atau satuan terikat adalah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri. Contoh: ber-, ter-, me-n, per,-kan, -an

Di antara satuan-satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, ada yang secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan-satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri. Satuan-satuan yang dimaksud adalah dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah.

Contoh: - Dari toko - Dari suatu toko Satuan dari kelihatannya terikat pada satuan toko, tetapi dengan adanya frasa dari suatu toko, satuan dari secara gramatik dapat dipisahkan dari toko.

Satuan ber-, ter-, men-, per-, -kan, -an, -I, kean, per-an termasuk dalam golongan afiks karena hanya memiliki arti gramatik. Satuan ku, mu, nya, kau, dan isme merupakan satuan terikat tetapi memiliki makna leksikal, karena itu termasuk dalam golongan klitik. Klitik dibedakan menjadi dua bagian, yaitu proklitik (terletak di muka) dan enklitik (terletak di belakang)

Satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, namun satuan ini tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks maupun klitik, karena satuan-satuan ini mempunyai sifat tersendiri, yaitu dapat dijadikan bentuk dasar. Karena itu satuan-satuan ini merupakan golongan tersendiri, yang disebut pokok kata. Contoh: juang, temu, alir, sandar.

MORFEM, MORF, ALOMORF DAN KATA Morfem adalah satuan gramatik terkecil dari kata Morf adalah beberapa struktur fonologik pada satu morfem. Contoh: morfem men- memiliki struktur fonologik mem-, meny-, meng-, menge-, dan me-. Bentuk-bentuk ini masing-masing disebut morf. Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama

Kata adalah satuan bebas terkecil Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem Contoh: kata belajar terdiri dari tiga suku, yaitu be, la, jar. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem

Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem, yaitu morfem ber- dan ajar.

PRINSIP-PRINSIP PENGENALAN MORFEM Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem. Yang dimaksud dengan struktur fonologik adalah urutan fonem. Contoh: - satuan baju dalam berbaju, menjahit baju merupakan satu morfem - Satuan buku dalam buku tebu dan buku dalam ia membaca buku bukan morfem yang sama

Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Contoh: membawa, mendukung, menyuruh merupakan morfem yang sama, karena perbedaan struktur fonologik mem-, men-, meny dapat dijelaskan secara fonologik.

Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Contoh: -bel pada belajar, merupakan alomorf dari ber- tetapi tidak dapat dijelaskan secara fonologik

Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, yaitu morfem zero. Contoh: - Ia membeli sepeda (men-) - Ia menjahit baju (men-) - Ia makan roti (morfem zero)

Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama itu mempunyai arti yang berhubungan, satuan itu merupakan satu morfem apabila distribusinya tidak sama, dan merupakan morfem yang berbeda apabila distribusinya sama. - Ia sedang duduk - Duduk orang itu sangat sopan Kedua morfem duduk merupakan meorfem yang sama karena memiliki arti yang berhubungan, dan distribusi yang berbeda

- Ia membeli kursi dengan ia mendapat kursi di DPR keduanya memiliki distribusi yang sama, maka keduanya bukan morfem yang sama. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem Contoh: bersandar terdiri dari satuan ber-, sandar, -an. Tua renta: satuan renta hanya dapat bergabung dengan satuan tua, maka disebut morfe unik.

HIRARKI BAHASA Dicari kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang diselidiki. Contoh berperikemanusiaan satuan yang satu tingkat lebih kecil ialah perikemanusiaan. Jadi terdiri dari ber- dan perikemanusiaan. Selanjutnya satuan yang satu tingkat lebih kecil, yaitu kemanusiaan, terdiri dari ke-an dan manusia

Faktor arti atau makna. Contoh: kata pembacaan, jika dari satuan pembaca dan satuan -an tidak mungkin, karena makna pembaca adalah orang yang melakukan. Sedangkan makna dari pembacaan adalah suatu abstraksi dari pembuatan membaca. Jadi pembacaan terbentuk dari pen-an dan baca.

BENTUK ASAL DAN BENTUK DASAR Bentuk asal adalah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata kompleks Contoh: berpakaian pakai (bentuk asal) Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Contoh: berpakaian- pakaian (bentuk dasar)

LATIHAN Tentukan bentuk asal dan bentuk dasar dari kata2 di bawah ini! Kemudian buatlah hirarki bahasanya! 1. Keterpaksaan 2. Pemulihan 3. Keberhasilan 4. Ketergantungan 5. Pertanggungjawaban 6. Kebersamaan 7. Pertemuan

a. Ia menduduki kursi yang telah usang b.belanda menduduki Indonesia sangat lama - Apakah kedua bentuk kompleks di atas, yaitu menduduki merupakan morfem yang sama?

BUKU UTAMA Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Utama. Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset