BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar IPS yang berlangsung di SDN Pulutan 02 Kec. Sidorejo Salatiga berdasarkan pengamatan langsung yang telah dilakukan, terkesan monoton. Tidak sedikit siswa yang memandang IPS sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan. Seperti tidak ada metode pembelajaran lain selain ceramah dimana siswa hanya pasif mendengar, diam, dan memperhatikan setiap kata, teori, cerita yang disampaikan. Hasilnya siswa tidak tahu dan kurang mengerti dengan apa yang disampaikan guru. IPS yang sarat dengan konsep-konsep abstrak harus dibelajarkan kepada siswa SD rentang usia 6-12 tahun dengan tingkat kemampuan berpikir operasional kongkrit, dimana hal-hal yang terlihat membuat mereka lebih tertarik dibandingkan hal-hal abstrak yang mereka tidak tahu bagaimana wujudnya. Akibatnya, jarang sekali siswa terlihat antusias ketika mengikuti pelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dengan berbagai aktivitas lain yang dilakukan siswa ketika PBM berlangsung, seperti : hanya melihat-lihat gambar yang ada di buku ketika guru memberikan waktu kepada siswa untuk membaca beberapa sub bab dalam materi ajar, bahkan tidak sedikit siswa yang justru mencoret-coret buku, meja, dan kursi dengan berbagai variasi gambar dan pensil warna-warni meski telah ada himbauan untuk tidak mencoret-coret buku, meja,dan kursi. melamun atau berbicara dengan teman sebangku ketika guru menjelaskan karena interaksi dalam PBM hanya satu arah, guru sebagai sumber informasi. Menurut Slameto (2003) Format belajar-mengajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, frustasi kecewa, dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. PBM yang tidak bervariasi membuat
siswa tidak bersemangat, PBM pun berjalan kurang baik atau gagal dan menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Tujuan dari penyampaian variasi metode mengajar dan aplikasinya dalam pengajaran menurut Djamarah (2002 : 181-186) adalah : a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar. b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. d. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual. e. Mendorong anak didik untuk belajar. Pada dasarnya, IPS adalah pelajaran yang menarik karena kita mempelajari kehidupan masa lampau, masa sekarang, dan bagaimana merancang masa yang akan datang. Namun konsep-konsep abstrak yang terkandung di dalamnya seringkali membuat siswa tidak mengerti. Maka siswa perlu dikenalkan pada cara menuangkan konsep-konsep abstrak ke dalam bentuk simbol dan gambar sesuai dengan pemahaman dan imajinasi anak mengenai konsep tersebut agar sebuah ide menjadi tampak. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Dalam konteks ini proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Salah satu metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPS adalah melalui pola latihan interaktif dengan menggunakan metode mind scaping. Dalam metode mind scaping siswa diajak untuk memetakan ide menggunakan simbol atau gambar ke dalam catatan mereka. Para siswa akan menemukan bahwa proses perekaman ide secara visual, apakah untuk mencatat atau membuat presentasi, lebih menyenangkan daripada perekaman tertulis tradisional, seperti mencatat secara linear.
Proses mengembangkan dan menggunakan penyusun gambar telah ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa dan keterampilan berfikir berurutan lebih tinggi (IARE 2003,9). Dalam How to Multiply Your Child s Intelligence diungkapkan bahwa penggunaan penyusun gambar seperti mindscape, dan pencatatan visual membantu anak (peserta didik) untuk meningkatkan kreativitas, meningkatkan daya ingat, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, mencapai kinerja, dan membantu mengungkapkan perasaan serta emosi. Dengan peranan guru yang melakukan inovasi pendidikan dalam pembelajaran, maka diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dialami siswa. Karena seorang guru itu memiliki tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam mengatasi masalah belajar pada khususnya dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya (Djam an Satori dkk, 2007 dalam bukunya Profesi Keguruan). Pada semester I tahun pelajaran 2011 dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN Pulutan 02, tujuan dari KTSP belum tercapai, yaitu kurangnya penerimaan materi oleh sebagian besar siswanya. Kurangnya penerimaan materi menyebabkan hasil belajar siswa rendah dan mutu pendidikan belum bisa ditingkatkan. Informasi yang peneliti peroleh ketika melakukan diskusi dengan wali kelas IV SD Negeri Pulutan 02, nilai tes semester I tahun 2011 dalam mata pelajaran IPS dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 65. Dari 16 siswa, sebanyak 9 siswa mendapat nilai 65 dan 7 siswa mendapat nilai 65. Artinya, 56% atau sebagian besar siswa kelas IV nilainya belum mencapai KKM. Dalam PBM di kelas guru menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang berlangsung juga belum melibatkan siswa. Sehingga PBM yang berlangsung membuat siswa bosan, karena yang aktif hanya guru. Berdasarkan fakta bahwa bagaimana proses belajar itu berlangsung, menentukan pencapaian hasil belajar siswa, maka peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul : Penggunaan Metode Mind Scaping dengan Membuat Catatan Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dan Keaktifan Siswa Kelas IV SDN Pulutan 02 Kecamatan Sidorejo Salatiga.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul, sebagai berikut : a) PBM IPS yang monoton membuat siswa merasa bosan. b) Aktivitas yang berkaitan dengan gambar dan warna lebih menarik perhatian siswa, sedangkan metode pembelajaran yang diterapkan belum sesuai dengan kondisi siswa. c) Belum tercipta pembelajaran interaktif dimana siswa bebas mengembangkan ide ide yang dimilikinya sehingga siswa terkesan pasif. d) Kurangnya pemahaman siswa dalam mengenal konsep-konsep yang diajarkan sehingga hasil belajar tidak meningkat. e) Hasil belajar siswa belum mencapai KKM. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif untuk meningkatkan hasil belajar IPS dan keaktifan siswa kelas IV SDN Pulutan 02 semester 2 tahun ajaran 2011/2012. Indikator meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah : a) Apakah penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Pulutan 02? b) Apakah penggunaan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN Pulutan 02?
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : a) Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Pulutan 02 menggunakan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif. b) Untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SDN Pulutan 02 menggunakan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan landasan dalam menerapkan metode mind scaping dengan membuat catatan interaktif dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. 1.6.2 Manfaat Praktis a) Bagi Guru : Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya. Melalui Penelitian ini guru bidang studi IPS dapat mengetahui keberhasilan mengajar dengan menggunakan metode mind scaping. b) Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai jalan peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa. c) Bagi Sekolah : hasil penelitian ini sebagai bahan informasi dan inovasi bagi sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan IPS. 1.7 Definisi Operasional a) PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian yang biasanya dilaksanakan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
b) Metode mind scaping, merupakan metode untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan ke dalam bentuk visual dengan menggunakan gambar, simbol, dan kata. Beberapa mindscape merupakan metafora atau templates visual, seperti gambar orang memanjat gunung adalah mewakili upaya pencapaian tujuan. Proses ini serupa dengan pemetaan pikiran, namun ditambah dengan symbol dan gambar. Hasilnya akan tampak seperti diagram jaringan kalimat dengan tambahan symbol. c) Catatan Interaktif merupakan catatan tentang pelajaran yang siswa buat sendiri di pandu oleh guru. Berisi gagasan-gagasan dan titik kunci berupa grafik / pemetaan pikiran mengenai konsep-konsep yang siswa pahami ketika PBM berlangsung, menggunakan simbol, gambar, dan tulisan. d) Peningkatan hasil belajar IPS maksudnya adalah peningkatan : Kemampuan memahami konsep-konsep dalam pelajaran IPS dilihat dari ketepatan mengerjakan soal. Nilai kognitif siswa berupa skor evaluasi dan tes mencapai KKM. e) Peningkatan keaktifan siswa diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif dan pencapaian indikator keaktifan siswa dalam hal diskusi, pelaksanaan kegiatan, perhatian, membaca, mencatat, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, ketepatan mengerakan latihan, kecepatan mengerjakan soal, perasaan senang, antusias, dan gembira serta pengamatan dalam hal melihat dan mendengar, mengalami kemajuan dalam setiap pembelajaran.