Meike C. Pangemanan John Hein Goni

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

Martina Tambahani John Hein Goni

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DETEKSI DINI TB PARU

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S.,2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Cetakan VII, Edisi 2,, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

Factors Associated with Rabies Dog Vaccination Practices in Bebandem

PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SANITASI DASAR DI PASAR TRADISIONAL PRINGGAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH : TENGKU HERA ZAFIRAH NIM.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan, Dukungan Petugas Kesehatan, Tindakan Pencegahan Rabies

Keywords:. Knowledge, Attitude, Action in the Utilization of PHC.

GAMBARAN PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH BALIAN DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS MENGWI II KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, Salma Maroef *) '4B STRACT

tertentu, pengetahuan dapat menjadikan seseorang mampu melakukan perubahan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District)

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENANGANAN ANJING PELIHARAANNYA TERaADAP TINGKAT KEBERaASILAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERANTASAN RABIES

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

Modul Komunikasi Informasi dan Edukasi Zoonosis (Rabies) Kata Pengantar

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota Bitung

ABSTRAK. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Memeriksakan Kehamilan Di Puskesmas Sukawarna Periode Juli 2005

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABUHAN DELI KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA TAHUN 2016

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN


PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

GAMBARAN PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN HASIL ALAT UNGKAP MASALAH (AUM) OLEH GURU BK DI SMP NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN PADANG UTARA KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN. Di RW 01 Dusun Krajan Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

SITUASI RABIES DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA TIMUR BERDASARKAN HASIL DIAGNOSA BALAI BESAR VETERINER MAROS

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

ABSTRAK ABSTRACT. Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt)

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

Kardiwinata, et.al Vol. 1 No. 1 : 50-54

Parwiyati, S., W. Sumekar dan D. Mardiningsih* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IMLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Inka Ines Soputan*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F.

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Oleh: Erlanda Bayu Pratama, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

ABSTRAK untuk seperti namun tampaknya untuk akan pada ukur umum dan cara beberapa tahun 61,54% 54,37% 62,5% anak dan 1,87% ini maka pada tahun di

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

PERAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOBA DI KOTA MEDAN SKRIPSI. Oleh : OTNIEL PAHOTTON PASARIBU NIM :

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

Transkripsi:

Perilaku Masyarakat dalam Penanggulangan Penyakit Rabies di Desa Kalasey Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa Meike C. Pangemanan John Hein Goni Abstract: This study aimed to determine and assess the behavior of society in the prevention of rabies in the village District Kalasey Pineleng. The research method used was qualitative research by collecting data through interviews, observation and documentation. Informants of 20 people selected by the owner (12 people who have pet dogs), 3 person ever bitten by dogs and 5 people who do not have a dog. The results showed that the public knew about rabies and disease characteristics and clinical symptoms, and they knew that rabies was dangerous disease. The ways of prevention of rabies disease was known by the informants only on conventional, such as feeding up, full, taking good care of, tied, bathed, and so forth. Medically the most they knew about the vaccine, and extension of the rabies vaccination was very rarely implemented, so they just waited for the officer to come. There were dog owners who deliberately did want to be vaccinated the dog their assumption that the dogs became weak and not grumpy anymore. Based on this research it could be concluded that the behavior of society in the prevention of rabies in the village District Kalasey Pineleng relatively well, especially in terms of knowledge about ways to prevent and control of this disease. Although the extension of the rabies disease and mass vaccination, it is rarely carried out but the knowledge of high society people behave so well. To reduce the incidence of rabies, effective ways to avoid dog bites and personal approach to implementing the program to the community. Government carries out mass vaccinations, routine and periodic free of charge so that people do not consider that it is a burden on dog owners. Key Words: public behavior, rabies disease Penyakit rabies menjadi perhatian pemerintah sehingga berbagai penanganan dilakukan secara intensif, sistematis dan bertahap untuk memberantas atau menangani masalah ini. Hal ini tertuang dalam Pergub Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan Hewan Beresiko Rabies. Berdasarkan peraturan gubernur ini maka di Sulawesi Utara khususnya Dinas Pertanian dan Peternakan melalui Seksi Pengamanan Ternak dan Balai Pengembangan Keswan dan kesmavet melaksanakan pemantauan, pembinaan dan pengawasan penanggulangan wabah dan penyakit hewan menular (zoonosis). Berdasarkan survei dan temuan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa tahun 2009 tertinggi positif rabies sejumlah 150 kasus, tahun 2010 berjumlah 127 kasus positif rabies dan tahun 2011 terdapat 171 kasus positif rabies. Pemerintah Provinsi 1

Meike C. Pangemanan adalah Lulusan Program Studi PSP Pascasarjana Unsrat John Hein Goni adalah dosen Program Studi PSP Pascasarjana Unsrat Sulawesi Utara melalui dinas pertanian dan peternakan melakukan berbagai upaya dalam pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit rabies. Beberapa langkah yang dilakukan oleh dinas tersebut antara lain hewan yang beresiko rabies wajib melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan memberikan vaksin minimal 6 bulan sekali dan harus diikat tidak boleh dilepas bebas. Berdasarkan survei yang telah dilaksanakan terhadap kasus positif rabies di Kabupaten Minahasa maka Kecamatan Pineleng khususnya Desa Kalasey tahun 2009 terdapat 11 kasus positif rabies, tahun 2010 terdapat 20 kasus dan tahun 2011 terdapat 18 kasus positif rabies. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah provinsi Sulawesi Utara melalui dinas pertanian dan peternakan, belum berhasil dalam usaha penanggulangan, pencegahan, dan pengendalian penyakit rabies tersebut. Penyakit rabies dikenal dengan penyakit anjing gila yang disebabkan oleh virus rabies yang menyebabkan luka pada jaringan otak. Virus ini terdapat pada ludah penderita kemudian masuk dalam badan penderita (korban) melalui luka gigitan, melewati urat syaraf dan masuk dalam sum-sum tulang belakang dan otak (Sudradjat, 2000). Rabies merupakan penyakit menular, bersifat zoonosis dan sulit diberantas, pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian. Penyakit ini menimbulkan kekuatiran, rasa takut dan keresahan bagi masyarakat (Anonimous, 2006). Cara Penularan penyakit rabies ini disebabkan oleh virus Lysavirus dari family Rhapdoviridae. Tipe Rabies menurut Hiswani (2003) pada hewan penular rabies ada dua tipe dengan gejala-gejala: Rabies Ganas dan Rabies Tenang. Berdasarkan pada kondisi masalah di atas, sikap masyarakat sudah positif dan telah berperilaku relatif baik karena mereka mengetahui tentang penyakit rabies serta ciri-ciri dan gejala klinisnya, mereka tahu bahwa penyakit rabies adalah penyakit yang sangat berbahaya. Perilaku masyarakat tersebut tidak hanya dibentuk oleh pengetahuan yang diperoleh dari penyuluhan tentang penyakit rabies, namun lebih banyak disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk mengetahui (otodidak) penyakit rabies tersebut. Sears, dkk (1999), mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Mar at (2001) mengemukakan bahwa perubahan sikap dari seseorang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang bersifat situasional. Sikap masyarakat terhadap penyakit rabies dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik seperti iklim, manusia, sosio ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Dayakisni, 2003). Perilaku merupakan respons atau reaksi terhadap rangsangan dari luar dan terjadi melalui proses adanya rangsangan terhadap organisme dan organisme tersebut merespon (Notoatmodjo, 2002). Ada dua macam perilaku dasar yang membedakannya, yaitu: 2

1. Perilaku tertutup, merupakan respon terhadap rangsangan dalam bentuk tertutup dan masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima rangsangan tersebut belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain (covert behavior). 2. Perilaku terbuka merupakan respons seseorang terhadap rangsangan dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap rangsangan ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, (overt behavior). Sebagai contoh seseorang akan membawa anjingnya untuk divaksin anti rabies, seseorang akan mengikat anjingnya dan tidak membiarkan berkeliaran, dan sebagainya. METODE PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan terdahulu dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang berasal dari hasil wawancara pada masyarakat di Desa Kalasey dan data sekunder diperoleh dari kantor Desa Kalasey dan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara. Informan yang dipilih berjumlah 20 orang yang dipilih berdasarkan pemilik (mereka yang mempunyai hewan peliharaan anjing), yang pernah digigit anjing dan yang tidak memiliki anjing. Penelitian ini difokuskan pada gambaran tentang perilaku masyarakat dalam program penanggulangan penyakit rabies, yang dirinci sebagai berikut: Perilaku, melaksanakan tindakan yang mengarah pada kehidupan yang sehat dan melakukan apa yang di canangkan pemerintah tentang penanggulangan penyakit rabies seperti: mengikat hewan peliharaan anjing, melakukan pemeriksaan rutin bagi hewan peliharaan pada dokter praktek hewan, dan melakukan vaksinasi anti rabies. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan tiga cara yaitu: wawancara mendalam dan terbuka, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis untuk mendeskripsikan perilaku masyarakat dalam program penanggulangan penyakit rabies dengan langkah-langkah untuk menganalisis data sebagai berikut: mengedit, melakukan reduksi data, mengkategorikan, manafsirkan data dan menarik kesimpulan (Moleong, 2006). HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan di Desa Kalasey, maka beberapa hal yang dirangkum sebagai berikut: 1. Masyarakat Desa Kalasey sudah berperilaku relatif baik karena mereka mengetahui tentang penyakit rabies serta ciri-ciri dan gejala klinisnya, mereka tahu bahwa penyakit rabies adalah penyakit yang sangat berbahaya. Jika terjadi kejadian pada umumnya semua informan mengetahui cara-cara pertolongan pertama jika digigit anjing yakni mencuci bekas gigitan anjing dengan air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan diberi betadin. Mencegah supaya anjing peliharaan tidak menggigit orang umumnya mereka memberi makan sampai kenyang, merawat dengan baik, diikat, dimandikan dan sebagainya. 2. Vaksin secara teratur maupun penyuluhan sangat jarang dilaksanakan karena mereka hanya menunggu petugas yang datang. Ada informan yang rutin 3

memberikan vaksin kepada anjing peliharaan, walaupun membayar tetapi itu dilakukan secara spontan dengan biaya sendiri. Ada pemilik anjing yang sengaja tidak mau divaksin karena menganggap jika anjing mereka diberi vaksin maka anjing menjadi lemah dan tidak galak lagi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, ditemukan bahwa masyarakat di Desa Kalasey mengetahui tentang penyakit rabies serta ciri-ciri dan gejala klinisnya. Mereka mengetahui bahwa penyakit rabies ialah penyakit yang berbahaya yang ditularkan oleh Anjing. Padahal penyuluhan tentang bahaya Rabies dan penanggulangannya jarang dilaksanakan juga vaksinasi secara masal sangat jarang dilaksanakan. Masyarakat mengetahui hal ini yang menyebabkan pengetahuan mereka tentang rabies relatif baik Berdasarkan hasil wawancara dengan informan ditemukan bahwa tindakan mereka jika digigit anjing, bahwa mereka menggunakan cara-cara yang selama ini mereka anggap sebagai tindakan yang sudah baik secara tradisional. yakni pertolongan pertama dilakukan jika digigit anjing yaitu dengan menggosok luka gigitan dengan air jeruk atau sabun, kemudian menggunakan betadin setelah itu ke dokter/puskesmas untuk mendapat suntikan. Ada juga informan yang menggosok buah terung yang sudah dibakar terlebih dahulu, dihancurkan dan digosok di bagian luka gigitan anjing. Menurut mereka bahwa untuk mencegah rabies maka salah satu tindakan yang harus dilakukan ialah vaksinasi. Hal ini mereka ketahui melalui penyuluhan yang dilakukan walaupun baru sekali oleh dinas pertanian dan peternakan Provinsi Sulawesi Utara. Di dalam melaksanakan vaksinasi, mereka mau anjingnya divaksin asalkan petugasnya sendiri yang menangkap dan memvaksin anjing tersebut dengan alasan takut digigit. Terungkap juga dalam wawancara agar hewan peliharaan anjing tidak menggigit orang, maka menurut mereka sebaiknya anjing-anjing yang ada di desa Kalasey diikat oleh pemiliknya. Hasil penelitian di Desa Kalasey, ditemukan bahwa sebagian besar informan telah memiliki sikap, pengetahuan yang mengarah pada perilaku yang baik karena mampu memberikan pertolongan pertama jika terjadi gigitan anjing. Rata-rata informan mengetahui bagaimana tindakan yang akan dilakukan jika terjadi kasus tersebut karena mereka dianggap mampu untuk melakukan perilaku yang baik. Meskipun sebagian besar informan telah memiliki sikap, pengetahuan dan perilaku yang baik akan tetapi masih ada informan yang berperilaku kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari masih adanya sebagian informan di Desa Kalasey yang belum melaksanakan tindakan-tindakan yang mengarah pada menjaga dan memelihara bahkan mencegah penyakit rabies ini. Masih ada informan yang belum melaksanakan vaksin terhadap anjing peliharaan mereka, bahkan membiarkan anjing peliharaan mereka lepas/berkeliaran begitu saja. Mereka menunggu nanti ada petugas yang datang untuk memberikan vaksin dan itupun disuruh petugas yang menangkap anjing yang akan divaksin tersebut. Menurut Notoatmodjo (2002) partisipasi masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program pencegahan dan pengendalian penyakit rabies. Pengetahuan tentang penyakit rabies ini sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam program pencegahan yang sedikit banyaknya akan 4

mempengaruhi seseorang sebagai akibat tertentu dari konsekuensi tindakan yang dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian informan sudah berperilaku baik terhadap pencegahan dan pengendalian penyakit rabies dimana pengetahuan mereka relatif baik namun demikian penyuluhan yang kurang dilakukan bahkan vaksinasi secara masal tidak dilakukan menyebabkan masyarakat bersikap masa bodoh terhadap penyakit rabies ini. Hal ini ditunjukkan dengan pengetahuan mereka mengenai rabies cukup baik terutama penyebab rabies yang mereka katakan ditularkan dari anjing dan sangat berbahaya. Mereka juga tahu cara mencegah rabies dengan vaksin antirabies, walaupun sikap terhadap program vaksinasi anjing dan perilaku memelihara anjing kurang mendukung program pengendalian rabies. Anjing yang dibiarkan berkeliaran, tidak mau mengikat hewan peliharaan bahkan untuk divaksin menyuruh petugas yang menangkap sendiri. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kalasey dalam penanggulangan penyakit berperilaku secara terbuka. Perilaku ini merupakan respons dari tindakan nyata menghadapi gejala-gejala rabies di lapangan. Motifnya berupa tindakan berorientasi tujuan dengan rasionalitas instrumen yang dibentuk oleh pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan dari penyakit ini. Hal ini memberi indikasi bahwa masyarakat di wilayah ini memiliki perilaku yang dinamis dan maju. B.Saran Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan, maka dapatlah disarankan berdasarkan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengurangi kejadian penyakit rabies akibat gigitan hewan maka pemerintah daerah secara rutin dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya penyakit rabies, cara-cara yang efektif dalam menghindari gigitan anjing serta pendekatan secara personal para pelaksana program kepada masyarakat. 2. Melaksanakan vaksinasi secara massal, rutin dan berkala secara gratis sehingga masyarakat tidak menganggap bahwa hal itu merupakan suatu beban bagi pemilik anjing. 3. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya rabies serta cara-cara penanggulangannya, memasang poster, baliho, menyebarkan brosur mengenai rabies sehingga masyarakat lebih mengetahuinya dan ikut berpartisipasi. 4. Diharapkan Pemerintah dan dinas yang terkait untuk secara rutin dalam pengawasan melalui program yang terkait dengan hal itu. Pergub yang sudah ada tentang Pemeliharaan Hewan Beresiko Rabies supaya disosialisasikan kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 5

Anonimous, 2006. Penanggulangan Penyakit Anjing Gila (Rabies). Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Manado. Dayakisni, T. H. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Edisi II, Cetakan Kedua. Malang. Hiswani, S. 2003. Peranan Anjing Geladak Sebagai Reservoar Rabies pada Beberapa Daerah Enzootik di Indonesia. Media Kedokteran Hewan (http://www.journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=112&med=1&bid=5). Volume 19 Nomor 3. Desember 2003. Jakarta. Mar at. 2001. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. P.T. Obor. Jakarta. Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung. Notoatmodjo, S. 2002. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. Sears, D.O, J.L.Freedman dan L.A.Poplau. 1999. Social Psychology, Terjemahan oleh Adryanto, M dan S. Soekrisno. Erlangga. Jakarta. Soekanto, S. 1984. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta. Sudradjat, 2000. Http://www.geocities.com.mitrasejati/rabies.html. 6