Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PENELITIAN TUGAS AKHIR

C.4. Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental pada Pengemudi Bus Damri...

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS PERBAIKAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

ANALISIS PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD-ASSESSMENT TECHNIQUE)

ANALISIS PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT)

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DAN CAP DI BATIK PUTRA LAWEYAN

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA USULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLIFIED SWAT (STUDI KASUS DI BANK X)

Pengukuran Beban Kerja Mental Dengan Menggunakan Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) (Studi Kasus di PT. Balai Iklan, Bandung)

The 17 th FSTPT International Symposium, Jember University, August 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Hubungan Beban Kerja dan Kelelahan Terhadap Jumlah Pengangkutan Box Container Operator Head Truck di PT. Petikemas

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari kondisi kesehatan fisik dan mental, pendidikan atau keahlian,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL DENGAN SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT) PADA PEKERJA PT.

PENGARUH KONDISI CUACA PENERBANGAN (AVIATION WEATHER) TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL DITINJAU DARI PERBEDAAN USIA PILOT

BAB 3 LANDASAN TEORI

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT

BAB 6 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

APLIKASI PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DALAM MENGANALISIS PENGARUH WAKTU TERBANG (PHASES OF TIME) TERHADAP USIA PILOT

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan metode pengukuran denyut jantung. Metode pengukuran. dengan metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique).

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGKAJIAN TINGKAT BEBAN KERJA MENTAL PILOT PESAWAT TERBANG DALAM MELAKSANAKAN TAHAP FASE TERBANG (PHASE OF FLIGHT)

PENGARUH KONDISI CUACA PENERBANGAN TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PILOT

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITASS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RAMA FAJAR TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari. Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. oleh. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DOSEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP DENGAN METODE SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT)

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEJARAH & PERKEMBANGAN

PERBAIKAN STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI BEBAN KERJA DENGAN METODE SWAT, DENYUT JANTUNG, DAN METODE MOST

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DALAM SEARCHING TASK DENGAN METODE RATING SCALE MENTAL EFFORT (RSME)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kendaraan juga berbanding lurus dengan meningkatnya

xii 3.2 Pengumpulan Data Pengolahan Data NASA-TLX RSME Analisis Komparatif Desain Penelitian..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ANDRIYANTI NIM : D

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

ANALISIS BEBAN KERJA KOORDINATOR DAN MANAGER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (11 pt, bold, huruf kapital)

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

STUDI APLIKASI ERGONOMI KOGNITIF UNTUK BEBAN KERJA MENTAL PILOT DALAM PELAKSANAAN PROSEDUR PENGENDALIAN PESAWAT DENGAN METODE SWAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudraja dalam. website MetroTV mengatakan Indonesia merupakan salah satu pemasok

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI BEBAN KERJA MENTAL DAN FISIK DALAM SHIFT YANG BERBEDA DI DIVISI FINISHING PRINTING PT. DANLIRIS

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

PENGARUH WORKSTATION TERHADAP BEBAN KERJA PERSONIL KESEHATAN DI RUANG OPERASI RSB. Reiny Ditta Myrtanti Fakultas Teknik Universitas Soerjo Ngawi

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGUKURAN DAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PENGEMUDI BUS AKDP RUTE SOLO- SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Desain Penelitian yang dilakukan di PT. Federal Karyatama dapat dilihat. Desain Penelitian Tujuan Penelitian.

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. daerah jawa tengah keberadaan bus sudah banyak digunakan para masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE) DAN WORK SAMPLING DI PT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

PERHITUNGAN ENERGI EXPENDITUR, KONSUMSI ENERGI DAN PENILAIAN BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING

EFEK MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DI BATIK PUTRA LAWEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur Etika Muslimah, Cita Zulfa Rokhima, Akhmad Kholid Alghofari Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp. 0271 717417 E-mail: etika.muslimah@ums.ac.id, etika_muslimah@yahoo.com Abstrak Beban kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pekerjaan. Beban kerja dapat berupa beban fisik dan mental. Pembebanan terhadap seorang pekerja harus memperhatikan pada kemampuan dan keterbatasan pekerja tersebut. Hal itu dibutuhkan untuk menghindari pembebanan pekerjaan yang berlebihan pada pekerja. Penelitian ini akan mengevaluasi beban kerja mental yang diterima pekerja di PT. Air Mancur bagian pengemasan. Bagian pengemasan merupakan salah satu bagian yang pekerjaannya dilakukan secara manual, sehingga menyebabkan sering terjadi kesalahan dalam pekerjaan ini. Hal itu terjadi karena pekerja merasa jenuh dengan kegiatan yang dilakukan beruang-ulang dan monoton yang menyebabkan kebosanan. Pekerjaan dilakukan dalam durasi waktu yang lama yaitu 1 shift kerja (8 jam). Berdasarkan permasalahan tersebut maka evaluasi terhadap beban kerja mental ini diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban kerja mental yang dialami oleh pekerja bagian pengemasan. Metode evaluasi yang digunakan metode SWAT (Subjective Workload Assessment Technique). Metode ini menganalisis beban mental berdasarkan pada tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental effort), dan beban psikologis (psychological stress load).pengukuran dilakukan dalam 2 shift yang berbeda yaitu shift pagi dan sore. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa beban kerja mental shift pagi diperoleh rata-rata sebesar 64,81 dan shift sore adalah 66,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa beban kerja mental tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi dengan SWAT tersebut maka dapat dikatakan bahwa beban kerja mental yang diterima pekerja tinggi sehingga menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kesalahan. Kata Kunci evaluasi; beban kerja; mental; kesalahan; SWAT I. PENDAHULUAN Beban kerja mental merupakan sebuah indikator tentang jumlah perhatian atau tuntutan mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dalam pengukurannya, beban kerja mental dapat diklasifikasikan atas dasar pengukuran secara obyektif dan subyektif. Pengukuran secara obyektif dilakukan dengan pengukuran denyut jantung, kedipan mata, dan ketegangan otot. Sedangkan pengukuran secara subyektif didasarkan pada persepsi para pekerja. Tarwaka dkk (2004) menyatakan bahwa penilaian beban kerja mental tidak semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi tubuh. Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan metode pengukuran subjektif. Dalam penelitiannya, Widyanti (2009) menjelaskan bahwa Metode pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subjektif responden/pekerja. Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) merupakan salah satu metode pengukuran beban mental. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Gary Reid dari Divisi Human Engineering pada Amstrong Laboratory, Ohio USA. SWAT digunakan untuk menganalisis beban kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas baik merupakan beban kerja fisik ataupun mental yang muncul akibat meningkatnya kebutuhan akan pengukuran subyektif yang dapat digunakan dalam lingkungan yang sebenarnya. SWAT memberikan penskalaan subyektif yang sederhana dan dilakukan untuk mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja. SWAT. mempertimbangkan 3 dimensi pengukuran Tiga dimensi tersebut menurut Reid (1989) adalah: a. Time Load Menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas. Hal ini berkaitan sangat erat dengan analisis batas waktu untuk mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugasnya dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Tingkatan deskriptor beban waktu dalam SWAT, adalah sebagai berikut: 1. Selalu mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas tidak terjadi atau jarang terjadi. 2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi. 161

3. Tidak mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi atau selalu terjadi. b. Mental Effort Load Menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas. Jika beban usaha mental rendah, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas rendah. Dan jika beban usaha mental ini meningkat, konsentrasi dan perhatian meningkat pula. Adapun tingkatan deskriptor beban usaha mental dalam SWAT, yaitu: 1. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat kecil. Aktivitas yang dilakukan hampir otomatis dan tidak membutuhkan perhatian. 2. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sedang. Kerumitan aktivitas sedang hingga tinggi sejalan dengan ketidakpastian, ketidakmampu prediksian dan ketidak kenalan. Perhatian tambahan diperlukan. 3. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat besar dan diperlukan sekali. Aktivitas yang kompleks dan membutuhkan perhtaian total. c. Psychological Stress Load Mengukur jumlah risiko, kebingungan, frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas. Pada tingkat stress rendah, orang cenderung rileks. Seiring dengan meningkatnya stress, terjadi pengacauan konsentrasi terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih disebabkan oleh faktor individual subjek, yaitu motivasi, kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran, dan kenyamanan. Sebagian besar dari faktor ini mempengaruhi performansi subjek secara langsung jika merekan sampai pada tingkatan yang tinggi. Tingkatan deskriptor beban psikologis dalam SWAT adalah: 1. Kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dapat diatasi dengan mudah. 2. Stress yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan kegelisahan menambah beban kerja yang dialami. Kompensasi tambahan perlu dilakukan untuk menjaga performansi subjek. 3. Stress yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan kegelisahan. Membutuhkan pengendalian diri yang sangat besar. pengurutan ditransformasikan ke dalam sebuah skala interval dari beban kerja dengan range 0 100. Beban mental yang dialami responden rendah jika skala SWAT berada pada range 0 40, keadaan moderat jika skala SWAT pada range 41 60, beban mental tinggi jika skala pada range 61 100. Sedangkan dalam tahap penilaian, aktivitas akan dinilai dengan menggunakan rating 1 sampai 3 yaitu rendah, sedang, dan/atau tinggi. Rating tersebut digunakan untuk setiap tiga dimensi yang ada. Adapun nilai skala yang berkaitan dengan kombinasi tersebut yang telah didapatkan dalam tahap penskalaan, kemudian dipakai sebagai nilai beban kerja untuk aktivitas yang bersangkutan. II. METODE Metode SWAT yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan yaitu (Gary: 1996): 1. Tahap Penskalaan (Scale Development) Data yang diperoleh dari tahap pengurutan kartu, kemudian dilakukan analisa data seperti berikut: a) Prototyping dan Analisa Kendall s Coefficient of Concordance Prototyping adalah proses stratifikasi responden dalam kelompok yang homogen berdasarkan pada persepsi mengenai kepentingan relatif terhadap tiga dimensi utama dalam SWAT, yaitu beban waktu(time load), beban mental (mental effort load), beban psikologis (psychological stress load). b) Axiom Test Axiom Test digunakan untuk menguji model aditif dan kekonsistensian terhadap pengurutan kartu. Tes axiom akan di uji tiga sifat dasar dari model aditif, yaitu independensi, penggagalan ganda, dan independensi gabungan. 2. Tahap Penilaian (Event Scoring) Dalam tahap penilaian ini, dicari model apa yang sesuai untuk metode penskalaan, berdasarkan syaratsyarat yang terpenuhi dengan menggunakan salah satu dari 3 metode yang ada, yaitu Group Scalling Solution (GSS), Prototyped Scalling Solution (PSS), Individual Scalling Solution (ISS). Hasil dari pemberian rating oleh responden disesuaikan dengan skala SWAT yang dihasilkan pada tahap penskalaan (Scale Development). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Mustafa (2011) mengatakan prosedur penerapan metode SWAT ada dua tahapan. Yang pertama adalah tahap penskalaan (Scale Development) dan kedua adalah tahap penilaian (Event Scoring). Langkah pertama dengan dilaksanakannya pengurutan waktu. Responden akan diberi 27 kartu yang merupakan kombinasi dari ketiga persepsi beban mental dalam SWAT, yaitu Time Load, Mental Effort Load, Psychological stress load. 27 kartu kombinasi tingkatan beban kerja mental diurutkan berdasar persepsi yang telah dipahami oleh responden. Selanjutnya, data hasil Proses 1 Proses 2 Tabel 1. Kegiatan Pengemasan Mengambil kemasan kecil produk madurasa yang sudah jadi Mencuci kemasan kecil produk madurasa yang sudah jadi Memasukkan kemasan kecil produk madurasa ke dalam konveyor Mengambil dan melipat kardus kecil Memasukkan kemasan kecil produk madurasa 162

Proses 3 Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ke dalam kardus kecil Meletakkan kardus kecil yang telah di isi madurasa ke konveyor Mengambil kardus kecil yang telah di isi madurasa Menimbang kardus kecil yang telah di isi madurasa Membawa kardus-kardus kecil tersebut ke ruang penyimpanan Tabel 2. Nilai Korelasi Nilai Korelasi TES TSE ETS EST SET STE Prototyping 0.90 0.89 0.79 0.80 0.83 0.75 T 0.86 0.95 0.84 0.81 0.77 0.76 T 0.72 0.78 0.81 0.82 0.85 0.77 S 1,00 0.92 0.82 0.83 0.86 0.78 T 0.89 0.93 1.00 0.94 0.78 0.73 E 0.95 0.97 0.99 0.85 0.88 0.80 E 0.95 0.98 0.85 0.82 0.87 0.81 T 1.00 0.96 0.70 0.75 0.90 0.82 T 0.98 0.97 0.87 0.88 0.91 0.83 T 0.72 0.67 0.82 0.77 0.79 0.84 S 0.90 0.99 0.81 0.88 0.70 0.74 T 0.97 0.90 0.77 0.83 0.94 0.92 T 0.90 1.00 0.91 0.89 0.95 0.87 T 1.00 0.91 0.66 0.70 0.75 0.77 T 1.00 0.88 0.93 0.90 0.74 0.79 T 0.79 0.83 1.00 0.95 0.91 0.90 E 0.88 0.80 0.65 0.70 0.75 0.71 T 0.83 0.77 0.96 0.95 0.68 0.60 E 0.77 0.81 0.70 0.78 0.98 0.93 S 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 0.83 0.80 0.54 0.65 0.60 0.67 T 0.70 0.77 0.65 0.61 0.59 0.64 1.00 0.84 0.72 0.75 0.80 0.89 T 0.93 0.98 0.90 0.88 0.81 0.85 T 0.89 0.92 0.81 0.78 0.90 0.86 T 1.00 0.95 0.59 0.66 0.79 0.88 T 0.94 1.00 0.89 0.80 0.77 0.84 T 0.72 0.80 0.96 0.89 0.90 0.83 E 0.64 0.70 0.75 0.69 0.77 0.85 S 0.79 0.83 0.74 0.80 0.94 0.87 S 0.66 0.73 0.59 0.64 0.87 0.80 S 0.98 0.90 0.70 0.63 0.71 0.66 T 0.94 1.00 0.87 0.79 0.82 0.74 T 0.79 0.86 0.80 0.73 0.77 0.70 T 1.00 0.92 0.74 0.83 0.80 0.87 T 0.80 0.73 0.88 0.95 0.81 0.70 E Hasil pengukuran beban kerja mental dengan metode SWAT, pada tahap Scale Development, pengukuran shift pagi diperoleh nilai Kendall s Coeficient of Concordance (W) sebesar 0.90 dan shift sore sebesar 0.93. Ini menyatakan bahwa metode yang digunakan yaitu solusi penskalaan data kelompok (Group Scalling Solution) dengan indeks kesepakatan dalam penyusunan kartu diantara subyek/responden relatif sama dan homogen. Hasil korelasi menunjukkan bahwa subjek/pekerja lebih cenderung ke dalam faktor waktu (Time Effort). Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor waktu menjadi faktor yang paling penting dalam pekerjaan tersebut, jika dibandingkan dengan faktor mental (Mental Effort) ataupun faktor stress (Physiological Stress) Tabel 3 dan 4 di bawah ini merupakan nilai akhir skala SWAT untuk setiap shift. T 163

Tabel 3. Skor SWAT shift Pagi Responden Rating Skor Responden Rating Skor No T E S SWAT No T E S SWAT 1 3 2 2 83.3 19 2 2 2 50 2 2 2 2 50 20 2 2 2 50 3 2 2 2 50 21 3 2 3 87.5 4 3 2 3 87.5 22 3 3 3 100 5 2 2 3 53.2 23 2 2 2 50 6 2 3 2 61.5 24 2 2 2 50 7 2 2 2 50 25 3 3 3 100 8 2 2 2 50 26 3 3 3 100 9 2 2 2 50 27 2 2 2 50 10 3 3 3 100 28 2 2 2 50 11 2 2 2 50 29 2 2 2 50 12 2 2 2 50 30 2 2 2 50 13 3 2 2 83.3 31 2 2 3 53.2 14 2 2 2 50 32 3 3 3 100 15 2 3 3 65.4 33 3 3 3 100 16 2 2 2 50 34 3 3 3 100 17 3 3 3 100 35 2 2 2 50 18 2 2 2 50 RATA-RATA 64,81 Tabel 4. Skor SWAT Shift Sore Responden Rating Skor Responden Rating Skor No T E S SWAT No T E S SWAT 1 3 3 3 100 19 2 3 2 60.5 2 2 3 3 39.5 20 2 3 1 56.8 3 2 3 2 60.5 21 2 3 1 56.8 4 2 3 1 56.8 22 2 3 3 64.2 5 3 3 2 97.4 23 3 2 1 82.4 6 2 3 3 64.2 24 2 3 2 60.5 7 2 2 3 52.4 25 2 2 2 50 8 2 3 3 64.2 26 2 2 2 50 9 3 2 1 82.4 27 2 3 3 64.2 10 2 3 2 60.5 28 3 1 2 72.6 11 3 1 1 67.2 29 2 2 1 43.3 12 2 3 1 56.8 30 2 2 2 50 13 2 3 3 64.2 31 2 3 1 56.8 14 2 3 1 56.8 32 3 2 3 87.3 15 2 2 2 50 33 2 1 3 40.2 16 2 1 3 40.2 34 3 1 2 72.6 17 3 3 3 100 35 2 3 3 64.2 18 2 2 1 44,3 RATA-RATA 66,67 Berdasarkan pada tabel 3 dan 4 di atas dapat diketahui rata-rata beban kerja para operator pengemasan PT. Air Mancur umtuk shift pagi adalah 64,81 dan shift sore adalah 66,67. Berarti, menyatakan bahwa beban kerja mental tersebut termasuk dalam kategori tinggi, karena nilai SWAT untuk beban kerja mental tersebut berada dalam rating 60 sampai 100. Jika dibandingkan, skor SWAT shift sore lebih tinggi daripada shift pagi. Hal ini dikarenakan para pekerja shift sore sudah lelah, dan kecenderungan manusia waktu sore dan malam hari adalah untuk istirahat. 164

IV. KESIMPULAN 1. Berdasarkan skor SWAT maka didapatkan skor untuk shift pagi sebesar 64,81 dan shift sore 66,67, tergolong dalam kategori beban kerja yang tinggi. 2. Hasil prototype correlations and kendall s analysis, seluruh responden terlihat cenderung dalam aspek waktu (time effort) dalam aspek beban kerjanya. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil pengukuran beban kerja baik fisik maupun mental untuk setiap shiftnya. Untuk beban kerja fisik, yang paling tinggi bebannya adalah shift pagi. Sedangkan utuk beban kerja mental, yang paling tinggi bebannya adalah shift sore. DAFTAR PUSTAKA [1]. Pratiwi Indah, Muslimah Etika, Mustafa Wahid. 2011. Analisis Beban Kerja Fisik Dan Mental Pada Pengemudi Bus Damri Di Perusahaan Umum Damri UBK Surakarta Dengan Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Teknik Industri UMS. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Surakarta. [2]. Reid, Gary. 1989. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT): A User s Guide (U). Armstrong Aerospace Medical Research Laboratory: Ohio. [3]. Tarwaka, Solichul Hadi. 2004. Ergonomi, Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA PRESS : Surakarta. [4]. Widiyanti, Ari, dkk. 2009. Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME). Teknik Industri UNDIP. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX. Semarang. 165