BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung tinggi, ini terlihat pada wanita desa yang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Upaya yang mereka lakukan misalnya bekerja di sektor pertanian atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga (Daulay, 2001). Sebagai sumber penghasilan dari kegiatan pencaharian nafkah, rumah tangga petani ternyata tidak hanya melakukan pekerjaan di bidang pertanian, tetapi juga di bidang lainnya seperti usaha dagang, kerajinan tangan, industri rumah tangga. Perilaku tersebut karena terdorong bahwa pada dasarnya keadaan ekonomi yang kurang memuaskan, yang mendesak keluarga termasuk wanita/istri untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah pendapatan keluarga (Sajogyo,1992). Citra wanita dalam aspek sosial disederhanakan ke dalam dua peran yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran ialah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Peranan wanita artinya bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan wanita. Ada berbagai peran wanita yang dimilikinya sejak lahir sampai pada usia-usia selanjutnya, peran-peran itu merupakan bagian dari hidupnya (Sugihastuti, 1999).
Struktur ekonomi akan mengalami perubahan dalam proses pembangunan karena makin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja, akan tetapi sebaliknya sektor industri makin penting peranannya dalam menampung tenaga kerja termasuk industri rumah tangga (Sukirno, 1998). Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi di pedesaan dan usaha pemerataan karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang perluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya (Mubyarto, 1997). Partisipasi tenaga kerja wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu di bidang pertanian sejak semula dalam memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada, yaitu tenaga kerja laki-laki dalam mengerjakan ladangnya atau sawah, tegalan dan kebunnya. Kini dengan berkembangnya industri yang berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi wanita (Sajogyo, 1992). Meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita dalam kegiatan ekonomi disebabkan oleh berbagai hal. Pertama, makin terasa adanya perubahan pandangan dan sikap dalam masyarakat, antara lain tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan pria serta makin disadari perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, adanya kemauan wanita untuk mandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha untuk membiayai kebutuhan hidupnya (mungkin juga kebutuhan dari orang-orang yang menjadi tanggungannya) dengan penghasilannya
sendiri, atau adanya kebutuhan menambah penghasilan keluarga. Kemungkinan lain yang menyebabkan peningkatan partisipasi wanita dalam angkatan kerja adalah makin luasnya kasempatan kerja yang bisa menyerap tenaga wanita (Sajogyo, 1994). Sapu ijuk adalah perpaduan dari beberapa bahan seperti ijuk, kayu, tangkai, rotan dan bambu sehingga menghasilkan daya dan hasil guna yang lebih besar. Pada awalnya pengrajin memanfaatkan bahan yang ada di sekitar desanya atau diusahakan sendiri, namun lama kelamaan usaha ini berkembang dan bahan dari sekitar desa tidak mencukupi lagi sehingga sehingga kemudian membeli bahan dari luar desa. Adapun proses atau cara pembuatan sapu ijuk adalah sebagai berikut : 1. Membersihkan ijuk 2. Memotong ijuk 3. Membelah rotan dan mengikis rotan 4. Mengikis tangkai 5. Melubangi tangkai 6. Membelah bambu 7. Memasang segitiga atau kipas 8. Mengikat ijuk terhadap tangkai 9. Menjalin ijuk terhadap tangkai 10. Menyisir dan meratakan ijuk (http :// bainfokomsumut.go.id)
2.2. Landasan Teori Peranan adalah aspek dinamis dari aspek yang dimiliki seseorang. Peranan dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu : 1. Peranan yang ditentukan oleh masyarakat secara normatif. 2. Peranan yang merupakan orientasi bagi Individu. 3. Peranan sebagai kegiatan atau perilaku individu (Kadir, 2004). Sebagai wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga inti yaitu sebagai istri, sebagai pengurus rumah tangga, ini pada umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seorang wanita yang terkait dalam gambaran perkawinan. Dalam dua peran tersebut diatas wanita memberikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan bagi keluarganya, dalam kehidupan moderen dan era pembangunan dewasa ini sering juga dimotivasi untuk memberikan sumbangan lebih daripada di atas, tidak terbatas pada pelayanan suami dan urusan rumah tangga. Banyak wanita merasa yang tidak puas hanya dalam kedua peran di atas dan sering keadaan ekonomi keluarganya menuntut untuk bekerja di luar atau mencari suatu kegiatan yang menambah penghasilan keluarganya (Munandar, 2003). Peran wanita yang semakin meningkat dalam keluarga dan masyarakat akan membawa pengaruh terhadap masyarakat wanita sendiri dan kehidupan keluarganya, kehidupan manusia akan selalu terikat dengan aspek ekonomi, dalam era saat ini yang berperan mencari nafkah untuk keluarga tak hanya laki-laki saja yang berperan sebagai kepala rumah tangga namun perempuan juga memiliki peran dalam membantu perekonomian keluarga. Mereka ada yang bekerja di sektor primer
(agraris), sektor sekunder (industri), dan sektor jasa (tersier) ketiganya merupakan sektor yang memiliki peran dalam membantu perekonomian keluarga (Sajogyo, 1992). Wanita disamping sebagai ibu rumah tanggaa juga berperan dalam peningkatan pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi kontribusi terhadap pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang dalam penelitian ini dibatasi pada faktor upah, dan jumlah pendapatan suami (Munandar, 2003). Sebagai sumber penghasilan dari kegiatan pencarian nafkah rumah tangga petani di pedesaan nyatanya tidak saja melakukan pekerjaan di bidang pertanian, tetapi juga di bidang lainnya seperti usaha dagang, kerajinan tangan, dan industri, perilaku tersebut terdorong oleh karena pada dasarnya keadaan ekonomi keluarga yang kurang memuaskan sehingga mendesak anggota keluarga termasuk istri untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah pendapatan keluarga (Hafsah, 2000). Kegiatan istri ini sangat mempengaruhi keadaan rumah tangga mereka, produktivitas tenaga kerja wanita dillihat dari bagaimana produksi ijuk yang mereka hasilkan, produksi sapu yang mereka hasilkan dalam hal ini juga diperhatikan curahan tenaga kerja mereka, kontribusi yang disumbangkan oleh tenaga kerja wanita untuk rumah tangga mereka merupakan sumbangan yang diberikan mereka terhadap pendapatan rumah tangga, dimana sumbangan ini tidak ditambahi dari pendapatan suami/anak mereka (Loekman, 1997).
Dalam pembangunan sektor industri, usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) merupakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja tanpa harus mensyaratkan jenjang pendidikan formal yang tinggi, penyerapan tenaga kerja di sektor industri khususnya IKKR cukup besar dibandingkan sektor lainnya (Badan Pusat Statistik Jakarta, 2010). Tampaknya terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam perekonomian Indonesia. Alasan utama adalah sebagian besar populasi industri kecil dan kerajinan rumah tangga berlokasi di pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang relatif berkurang, maka industri kecil dan industri rumah tangga merupakan jalan keluar yang tepat (Tambunan, 1999). Penambahan tenaga kerja sebagai akibat peledakan penduduk belum seluruhnya dapat diserap oleh sektor-sektor pertanian, maka dalam menuju industrialisasi pertanian, pembangunan industri pada umumnya dan industri kecil serta kerajinan tangan pada khususnya di daerah pedesaan cukup mempunyai arti besar. Mendorong perkembangan industri pedesaan terutama yang mengolah hasil pertanian dari bahan mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi, dapat menciptakan kenaikan produksi dan kesempatan kerja (Gilarso, 1994). Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam atau kekuatan mesin yang digunakan. Empat ketegori tersebut adalah :
1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1-4 orang 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5-19 orang 3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20-99 orang 4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih (Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2010) Karakteristik Sosial Ekonomi Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu kelompok. Untuk berinteraksi dalam masyarakat dan dalam berusahatani, seorang petani pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda seperti umur, pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. 1. Umur Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).
2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994). Menurut Munandar (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan. 3. Pengalaman bekerja Pengalaman seseorang dalam berusahatani sangat berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Di dalam mengadakan suatu penelitian lamanya berusahatani diukur mulai sejak kapan petani itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia, 1991). Menurut Soekartawi (1999) Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan dimikian pula dengan penerapan teknologi. Pengalaman bekerja biasanya dihubungkan dengan lamanya seseorang bekerja dalam bidang tertentu (misalnya lamanya seseorang bekerja sebagai petani) hal ini
disebabkan karna semakin lama orang tersebut bekerja, berarti pengalaman bekerjanya tinggi sehingga secara langsung akan mempengaruhi pendapatan (Suwita, 2011). 4. Jumlah Tanggungan Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999). 2.3. Kerangka Pemikiran Rumah tangga di desa merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena pada umumnya mereka memiliki pendapatan rendah. Pendapatan petani atau buruh (suami) sebagai kepala rumah tangga berasal dari hasil panen ataupun dari hasil industri. Suami bekerja sebagai petani/buruh memakan waktu yang cukup lama dalam prosesnya mendapatkan hasil dan pendapatan. Di kebanyakan desa saat ini mata pencaharian keluarga tidak hanya bertumpu pada sektor usaha tani tetapi juga sekarang ini kebanyakan bekerja di sektor usaha kecil atau sektor industri rumah tangga.
Pendapatan pria/suami dan anggota keluarga lainnya berpengaruh bagi pendapatan utama keluarga karena pendapatan tersebut memberi andil dalam menanggulangi kebutuhan rumah tangga. Adapun kegiatan yang ditekuni istri untuk menambah pendapatan keluarga adalah kegiatan membersihkan ijuk, memotong ijuk, menyisir dan meratakan ijuk. Tenaga kerja wanita membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk kegiatan tersebut, bisa dikatakan curahan tenaga kerja wanita cukup besar, dalam hal ini istri petani memiliki peranan ganda di rumah tangga mereka selain sebagai ibu rumah tangga. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut tenaga kerja wanita memiliki kesulitan (masalah) yaitu keterampilan untuk membuat sapu ijuk dari bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan istri sangat mempengaruhi keadaan rumah tangga mereka, kontribusi yang disumbangkan oleh tenaga kerja wanita untuk rumah tangga mereka merupakan sumbangan yang diberikan mereka terhadap pendapatan rumah tangga dimana sumbangan ini tidak ditambahi pendapatan suami. Sumbangan yang diterima keluarga dari tenaga kerja wanita merupakan sumbangan dalam bentuk upah yang di dapat oleh tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga. Upah yang diterima oleh tenaga kerja wanita dari hasil pekerjaannya dalam industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk merupakan bagian dari pendapatan keluarga yang kemudian ditambah lagi dengan pandapatan dari suami. Secara skematis kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut
RUMAH TANGGA SUAMI ISTRI Pendapatan Kegiatan : -Membersihkan ijuk. Masalah -Memotong ijuk. -Menyisir dan meratakan ijuk. Upaya Upah Pendapatan Keluarga Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Berperan : Terdiri dari : Dipengaruhi
2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka dapat disusun beberapa hipotesis yang perlu diuji kebenaran yaitu : 1. Persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap keluarga di daerah penelitian besar. 2. Ada pengaruh karakteristik (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan tenaga kerja wanita.