KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT TENGGER

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

23. URUSAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

kebudayaan lain yaitu, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Kebudayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

POLA BERSIKAP, POLA KELAKUAN, DAN POLA SARANA KEBENDAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan dimana

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

Transkripsi:

41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentukbentuk simbolik melalui mana manusia be rkomunikasi, mengekalkan dan memperkembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap kehidupan ini. Rumusan kebudayaan Geertz ini lebih menitikberatkan pada simbol, yaitu bagaimana manusia berkomunikasi lewat simbol. Di satu sisi, simbol terbentuk melalui dinamisasi interaksi sosial, merupakan realitas empiris, yang kemudian diwariskan secara historis, bermuatan nilai-nilai; dan di sisi lain simbol merupakan acuan wawasan, memberi petunjuk bagaimana warga budaya tertentu menjalani hidup, media sekaligus pesan komunikasi dan representasi realitas sosial. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Semua unit sosial membangun sebuah budaya. Dalam suatu hubungan interpersonal antara dua orang, mereka memiliki sebuah kebiasaan bersama yang dikembangkan dalam suatu waktu. Mereka membangun sebuah adat kebiasaan, pola bahasa, ritual-ritual dan adat istiadat yang dikembangkan dalam pola hubungan yang memiliki sebuah karakter tersendiri. Banyak hal yang ikut menentukan kepatuhan warga Tengger terhadap keberadaan nilai-nilai sosial budaya. Pemimpin atau tokoh adat merupakan panutan sentral bagi warga, sehingga kemungkinan kecil terdapat perilaku-perilaku sosial budaya masyarakat yang menyimpang dari kebiasaan yang ada. Ritus dan upacara religi secara universal pada azasnya berfungsi sebagai aktivitas untuk menimbulkan kembali semangat kehidupan sosial antara warga

42 masyarakat. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa, roh atau makhluk halus lain dengan tujuan untuk berkomunikasi. Ritus atau upacara religi itu biasanya berlangsung berulang-ulang baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang saja. Tergantung dari isi acaranya, suatu ritus atau upacara religi biasanya terdiri dari suatu kombinasi yang merangkaikan satu-dua atau beberapa tindakan, seperti: berdo a, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari dan menyanyi, berprosesi, berseni-drama suci, berpuasa, bertapa dan bersamadi. Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, seperti: tempat atau gedung pemujaan, payung dewa, alat bunyibunyian suci (orgel, genderang suci, gong, seruling suci, gamelan suci, lonceng dan lain-lain). Selain itu para pelaku upacara seringkali harus mengenakan pakaian yang juga dianggap mempunyai sifat suci, seperti jubah pendeta, jubah biksu dan lain-lain). Hubungan antara komunikasi dan budaya sangat kompleks dan erat. Budaya telah menciptakan sebuah komunikasi spesifik, artinya budaya dapat diartikan sebagai sebuah interaksi manusia yang cukup cermat dimana karakteristik-karakteristik budaya, apakah itu adat-istiadat, peranan, pola perilaku, ritual-ritual dan hukum diciptakan dan dipertukarkan. Dengan kata lain budaya adalah hasil dari sebuah komunikasi sosial. Tanpa komunikasi budaya tidak akan mungkin terpelihara dan bertahan dalam suatu tempat dan suatu waktu yang lain. Budaya telah tercipta, terbentuk, dipindahkan atau ditransmisikan dan dipelajari melalui proses komunikasi. Nilai-nilai budaya masyarakat Tengger khususnya berkaitan erat dengan ritual upacara/ adat-istiadat masih dipegang teguh oleh masyarakatnya sampai saat ini. Hal ini terkait dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh masyarakat Tengger berupa pewarisan atau transmisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat Tengger. Pewarisan budaya Tengger berlangsung baik secara natural maupun secara indoktrinasi. Secara natural, yaitu melalui suatu proses komunikasi yang terjadi dalam masyarakat dengan keikutsertaan mereka dalam setiap upacara adat Tengger terjadi suatu proses pembelajaran secara natural. Secara indoktrinasi dapat melalui keluarga, dimana komunikasi yang intensif terjadi akibat adanya

43 homogenitas pendidikan, pekerjaan dan juga karena intensitas pertemuan yang tinggi diantara mereka. Kepatuhan yang tinggi kepada generasi tua ini menyebabkan lebih memudahkan proses komunikasi vertikal dari orang tua kepada anak atau dari generasi tua kepada generasi muda. Selain itu pola komunikasi yang berlangsung secara indoktrinasi vertikal juga terjadi dari pemimpin terhadap warga masyarakat, yang pada akhirnya ikut membentuk sikap penerimaan terhadap budaya Tengger. Pola sikap yang merupakan sebuah wujud idiil dari kebudayaan, sikap masyarakat yang terbentuk dapat berupa penerimaan maupun penolakan terhadap adat-istiadat yang mereka jalani. Terbentuknya sikap tersebut selain berasal dari pola komunikasi yang diterapkan juga dipengaruhi oleh sikap masyarakat Tengger sendiri terhadap pendidikan maupun terhadap uang. Sikap masyarakat Tengger terhadap pendidikan menimbulkan inisiatif pada masyarakat untuk terus mempertahankan budaya Tengger. Inisiatif tersebut akan menghasilkan berbagai upaya untuk terus meningkatkan kecintaan kepada adat dan tradisi mereka. Sedangkan sikap masyarakat Tengger terhadap uang diasumsikan akan mendorong sikap penerimaan mereka terhadap proses komunikasi budaya tersebut, sebab sebagai kawasan wisata hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat dari sektor pariwisata. Disamping itu pelaksanaan upacara adat yang cukup besar dalam sebuah keluarga akan meningkatkan prestise tersendiri bagi keluarga yang bersangkutan. Pola kelakuan masyarakat Tengger dalam pelestarian tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat dapat dilihat dari pelaksanaan berbagai tradisi tersebut, yaitu berupa berbagai kegiatan yang masih sering dilakukan seperti melakukan pengkomunikasian terhadap seluruh warga sebelum pelaksanaan suatu upacara adat. Sedangkan pola sarana/ kebendaan masyarakat Tengger dalam sosialisasi tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat merupakan wujud fisik dari kebudayaan tersebut. Pola sarana/kebendaan ini dapat berupa tanaman-tanaman khusus yang dilestarikan, bangunan-bangunan yang tujukan sebagai salah satu bagian ritual upacara yang mereka jalankan, khususnya ketiga

44 ritual tersebut, seperti alat-alat, sarana upacara atau tempat khusus yang dibangun untuk upacara. Bagan alur berpikir secara lengkap dapat dilihat pada gambar 3. KEBIJAKAN - Kebijakan Pemerintah: sebagai kawasan desa wisata - Pandangan Tokoh Adat dan Tokoh Agama: sebagai warisan budaya dan terkait dengan kepercayaan SIKAP Terhadap Pendidikan Terhadap Uang Terhadap Pemimpin Terhadap Generasi Tua POLA KOMUNIKASI - Sumber informasi - Penerima informasi - Proses Komunikasi: o Proses Ajar didik atau pewarisan o Sanksi o Ritus Kolektif o Alokasi Posisi - Arah - RITUAL ENTAS-ENTAS, PRASWALA GARA, DAN PUJAN KAPAT - Pola bersikap (wujud idiil) o Menerima tradisi o Patuh pada pemimpin o Komerisialisasi budaya o Sikap dari pencampuran orang Tengger dengan luar Tengger - Pola kelakuan (wujud aktivitas) o Frekuensi upacara o Pelaksana dan proses upacara - Pola sarana/kebendaan (wujud fisik), yang berhubungan dengan upacara o Tempat sakral o Peralatan upacara o Tanaman Gambar 3. Alur Berpikir Mengenai Pola Komunikasi Masyarakat Tengger Dalam Sosialisasi Tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat.

45 Hipotesis Pengarah Hipotesis pengarah dalam penelitian kualitatif ditujukan untuk dapat memperjelas arah penelitian, dalam penelitian ini hipotesis pengarah yang disusun adalah: 1. Tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat merupakan tradisi masyarakat Tengger yang diturunkan dari generasi ke generasi. 2. Pola bersikap, pola kelakuan dan pola sarana/ kebendaan masyarakat Tengger dalam tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat menunjukkan adanya pelestarian dan eksistensi tradisi tersebut sampai saat ini. 3. Pola komunikasi masyarakat Tengger dalam sosialisasi tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat berpengaruh terhadap eksistensi tradisi tersebut sampai saat ini.