BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut : 2. Jembatan jembatan dapat digerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan serta trotoar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang

BAB II STUDI PUSTAKA. Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBEBANAN JALAN RAYA

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN. Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

TNAAN TAKA. Jembatan merupakan salah satu infrastruktur jalan dengan suatu konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu

ABSTRAK. Oleh : Wahyu Rifai Dosen Pembimbing : Sapto Budi Wasono, ST, MT

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katungau Kalimantan Barat, jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun

PERENCANAAN JEMBATAN. JALAN BY PASS PROF. Dr. Ir. IDA BAGUS MANTRA, GIANYAR, BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI DESAIN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN, DAN PERAWATAN JEMBATAN. oleh : Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Malang, 8 Mei 2017

Proses Perencanaan Jembatan

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

TUGAS AKHIR DESAIN JEMBATAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN KAYU MERBAU DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT. Disusun Oleh : Eric Kristianto Upessy

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

4.1 URAIAN MATERI I : MENENTUKAN MODEL DAN BEBAN JEMBATAN

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

TUGAS AKHIR RC

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan yang di bahas pada tugas akhir ini terletak di Ngargogondo,

PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI KELINGI DESA MANDI AUR MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

BAB II PERATURAN PERENCANAAN. Jembatan ini menggunakan rangka baja sebagai gelagar induk. Berdasarkan letak

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

membuat jembatan jika bentangan besar dan melintasi ruas jalan lain yang letaknya lebih

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

Disusun Oleh : Anis Massaroh NPM

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan ke perletakan arah horizontal yang meliputi hal berikut. a. Gelagar induk atau Gelagar utama Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang menahan beban langsung dari pelat lantai kendaraan. Komponen ini letaknya memanjang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. 9

10 Gambar 2.2. Gelagar Induk b. Gelagar melintang atau Diagframa Komponen ini berfungsi mengikat beberapa balok gelagar induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi pergeseran antar gelagar induk. Komponen ini letaknya melintang arah jembatan yang mengikat balok-balok gelagar induk (Supriyadi, 1997). Gelagar Melintang Gambar 2.3. Gelagar Melintang c. Pelat lantai jembatan Berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang menahan langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan. Komponen ini merupakan komponen yang menahan suatu beban yang langsung dan ditransferkan secara merata keseluruh lantai.

11 Gambar 2.4. Pelat Lantai Jembatan d. Perletakan atau Andas Komponen ini terletak menumpu pada abutment dan pilar yang berfungsi menyalurkan semua beban langsung jembatan ke abutment dan diteruskan ke bagian pondasi (Supriyadi, 1997). Gambar 2.5. Perletakan e. Pelat injak Komponen ini berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.

12 Gambar 2.6. Pelat Injak 2. Struktur bawah jembatan Struktur bawah jembatan merupakan suatu pengelompokan bagian-bagian jembatan yang menyangga jenis-jenis beban yang sama dan memberikan jenis reaksi yang sama, atau juga dapat disebut struktur yang langsung berdiri diatas dasar tanah yang meliputi hal berikut (Supriyadi, 1997). a. Fondasi Fondasi merupakan perantara dalam penerimaan beban yang bekerja pada bangunan fondasi ke tanah dasar bawahnya. Beberapa jenis pondasi yang sering digunakan, yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam. 1. Fondasi dangkal, digunakan bila lapisan tanah pendukung yang keras terletak pada kedalaman maksimum 12 m dibawah pondasi. Beberapa jenis pondasi dangkal adalah sebagai berikut. a) Fondasi langsung, bila kedalaman tanah keras < 5 m. b) Fondasi sumuran, bila kedalaman tanah keras antara 5-12 m. 2. Fondasi dalam, digunakan bila kedalaman lapisan tanah pendukung yang keras > 12 m dibawah pondasi. Beberapa jenis pondasi dalam adalah sebagai berikut.

13 a) Fondasi tiang pancang: kayu, tiang baja, beton bertulang pracetak, dan beton prategang. b) Fondasi tiang bor (bored pile). Gambar 2.7. Fondasi b. Abutment Abutment terletak pada ujung jembatan, berfungsi sebagai penahan tanah dan menahan bagian ujung dari balok gelagar induk. Umumnya dilengkapi dengan konstruksi sayap yang berfungsi untuk menahan tanah dalam arah gerak lurus as jembatan dari tekanan lateral (menahan tanah ke samping) (Supriyadi, 1997). Gambar 2.8. Abutment

14 c. Pilar Bentuk pilar harus mempertimbangkan pola pergerakan aliran sungai sehingga dalam perencanaannya selain pertimbangan dari segi kekuatan juga memperhitungkan masalah keamanannya. Dalam segi jumlah pun bermacam-macam tergantung dari jarak bentangan yang tersedia, keadaan topografi sungai, dan keadaan tanah. Gambar 2.9. Pilar 3. Bangunan pelengkap penahan jembatan Yang dimaksud disini adalah bangunan yang merupakan pelengkap dari konstruksi jembatan, fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam bangunan pelengkap seperti dibawah ini (Supriyadi, 1997). a. Saluran drainase Saluran drainase berfungsi untuk saluran pembuangan air hujan diatas jembatan, terletak di kanan-kiri abutment dan sisi kanan-kiri perkerasan jembatan.

15 Gambar 2.10. Saluran Drainase b. Jalan pendekat atau Oprit jembatan Jalan ini berfungsi sebagai jalan masuk bagi kendaraan yang akan lewat jembatan agar terasa nyaman. Terletak dikedua ujung jembatan. Gambar 2.11. Jalan Pendekat c. Talud Fungsi utama dari talud adalah sebagai pelindung abutment dari aliran air sehingga sering disebut talud pelindung, terletak sejajar dengan arah arus sungai (Supriyadi, 1997).

16 Gambar 2.12. Talud d. Guide post atau Patok penuntun Berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang akan melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang oprit jembatan. Gambar 2.13. Patok Penuntun e. Lampu penerangan Berfungsi untuk penerangan didaerah jembatan pada malam hari dan juga berfungsi untuk estetika (Supriyadi, 1997).

17 Gambar 2.14. Lampu Penerangan 4. Trotoir Trotoir disini berfungsi untuk melayani pejalan kaki sehingga memberi rasa aman baik bagi pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain. Gambar 2.15. Trotoar 2.2. Bentuk dan Tipe Jembatan Menurut Supriyadi (1997) jembatan yang berkembang hingga saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk struktur atas jembatan, seperti yang diuraikan berikut ini.

18 1. Jembatan lengkung batu (stone arch bridge) Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu, telah ditemukan pada masa Babylonia. Pada perkembangannya jembatan jenis ini semakin banyak ditinggalkan, jadi saat ini hanya berupa sejarah. Gambar 2.16. Jembatan Lengkung Batu 2. Jembatan rangka (truss bridge) Jembatan rangka dapat terbuat dari bahan kayu atau logam. Jembatan rangka kayu (wooden truss) termasuk tipe klasik yang sudah banyak tertinggal mekanika bahannya. Jembatan rangka kayu hanya terbatas untuk mendukung beban yang tidak terlalu besar. Pada perkembangannya setelah ditemukan bahan baja, tipe rangka menggunakan rangka baja, dengan berbagai macam bentuk (Supriyadi, 1997).

19 Gambar 2.17. Jembatan Rangka 3. Jembatan gantung (suspension bridge) Semakin majunya teknologi dan banyak tuntutan kebutuhan transportasi, manusia mengembangkan tipe jembatan gantung, yaitu dengan memanfaatkan kabel-kabel baja. Tipe ini sering digunakan untuk jembatan bentang panjang. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan gantung adalah dapat dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar ditengahnya (Supriyadi, 1997). Gambar 2.18. Jembatan Gantung

20 4. Jembatan beton (concrete bridge) Beton telah banyak dikenal dalam dunia konstruksi. Dewasa ini, dengan kemajuan teknologi beton dimungkinkan untuk memperoleh bentuk penampang beton yang beragam. Bahkan dalam kenyataan sekarang jembatan beton ini tidak hanya berupa beton bertulang konvensional saja, tetapi telah dikembangkan berupa jembatan prategang (Supriyadi, 1997). Gambar 2.19. Jembatan Beton 5. Jembatan haubans/cable stayed Jembatan tipe ini sangat baik dan menguntungkan bila digunakan untuk jembatan bentang panjang. Kombinasi penggunaan kabel dan dek beton prategang merupakan keunggulan jembatan tipe ini. Gambar 2.20. Jembatan Cable Stayed

21 2.3. Bagian-Bagian Jembatan Dalam kontruksi jembatan bagian-bagian jembatan memegang peranan penting dari konstruksi bangunan tersebut. Adapun bagian-bagian jembatan menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) adalah sebagai berikut. 1. Balok lantai jembatan Lantai jembatan berfungsi sebagai lantai untuk lalu lintas, merupakan balok yang disusun sedemikian sehingga mampu mendukung beban. Biasanya dipasang dalam arah melintang jembatan diatas gelagar (rasuk). 2. Gelagar (rasuk) Gelagar jembatan akan mendukung semua beban yang bekerja pada jembatan. Bahan gelagar berupa kayu atau profil baja, yaitu profil kanal, profil H atau I. Bila menggunakan baja akan memberikan kekuatan struktur yang lebih baik dibandingkan bahan kayu. 3. Tiang sandaran dan trotoir Tiang sandaran merupakan kelengkapan jembatan yang berfungsi untuk keselamatan sekaligus untuk membuat struktur lebih kaku, sedangkan trotoir bisa dibuat dan bisa juga tidak tergantung perencanaan. Secara umum, lebar trotoir minimum adalah untuk simpangan 2 orang, yaitu ± 100-150 cm. 2.4. Peraturan-Peraturan Perancangan Jembatan Struktur baja yang ada saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagai aturan yang berbeda pada tiap negara. Walaupun konsep pemikiran perhitungannya adalah sama tetapi aturan yang terjadi adalah lain, dan itu

22 tergantung dari negara yang memakainya. Diantara peraturan perhitungan struktur baja yang dipakai pada SAP 2000 adalah sebagai berikut. 1. American Institute of Steel Construction s Allowable Stress Design and Plastis Design Spesification for Structural Steel Buildings, AISC-ASD (AISC1989). 2. American Institute of Steel Construction s Load and Resistance Factor Design Spesification for Structural Steel Buildings, AISC-LRFD (AISC 1994). 3. American Assotiation of State Highway and Transportation Officials AASHTO-LRFD Bridge Design Spesification, AASHTO-LRFD (AASHTO 1997). 4. Canada Institute of Steel Construction s Limit State Design of Steel Structures, CAN/CSA-S16.1-94 (CISC 1995). 5. British Standart Institution s Structural Use of Steelwork in Building, BS5950 (BSI 1990). 6. European Committee for Standartitation s Eurocode 3 : Design of Steel Structures Part 1.1 : General Rules and Rules for Buildings, ENV 1993-1-1 (CEN 1992). (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer, 2003) Menurut Badan Standarisasi Nasional (2005) peraturan-peraturan yang digunakan di Indonesia untuk merancang struktur jembatan adalah sebagai berikut.

23 1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR, 1987). 2. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI). 3. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (Bridge Management System, 1992). 4. RSNI T-03-2005, tentang Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan. 2.5. Beban Jembatan Dalam Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, (PPJR, 1987), Departemen Pekerjaan Umum, dicantumkan bahwa untuk merencanakan pembebanan suatu jembatan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Beban primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan. Yang termasuk beban primer adalah: a. beban mati, b. beban hidup, c. beban kejut, d. gaya akibat tekanan tanah. 2. Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan. Yang termasuk beban sekunder adalah: a. beban angin, b. gaya rem dan traksi, c. gaya-gaya akibat gempa bumi, d. gaya gesekan pada tumpuan-tumpuan bergerak.

24 Pada umumnya beban ini mengakibatkan tegangan-tegangan relatif lebih kecil dari tegangan-tegangan akibat beban primer, kecuali gaya akibat gempa bumi dan gaya gesekan yang kadang-kadang menentukan dan biasanya tergantung dari bentang, bahan, sistem konstruksi, tipe jembatan serta keadaan setempat. 3. Beban khusus adalah beban yang merupakan beban-beban khusus untuk perhitungan tegangan pada perencanaan jembatan. Yang termasuk beban khusus adalah: a. gaya sentrifugal, b. gaya tumbuk pada jembatan layang, c. gaya dan beban selama pelaksanaan, d. gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan. Beban-beban dan gaya-gaya selain tersebut diatas perlu diperhatikan apabila hal tersebut menyangkut kekhususan jembatan, antara lain sistem konstruksi dan tipe jembatan serta keadaan setempat, misalnya gaya pratekan, gaya angkat (buoyancy), dan lain-lain.