Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Persentasi Tugas Akhir

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP PELAT KLASIFIKASI BKI TEBAL 10 mm PADA SAMBUNGAN LAS

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro pada material aluminium

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.1 Tahun 2014: 9-16 ISSN X

BAB IV DATA DAN ANALISA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB II KERANGKA TEORI

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Available online at Website

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

TUGAS AKHIR ANALISA KEKUATAN SAMBUNGAN BAJA ST 37 DENGAN PENGELASAN DI DARAT, DI DALAM AIR TAWAR DAN DI DALAM AIR LAUT

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGARUH WAKTU PENGELASAN GMAW TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK SAMBUNGAN LAS LOGAM TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL PENGELASAN BAJA KARBON A36 DENGAN METODE SMAW

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Journal of Mechanical Engineering Learning

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

PENGARUH PWHT DAN NON PWHT DENGAN LAS SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PIPA ASTM A-106 GRADE B

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Analisa Kegagalan Sambungan Las Pada Tiang Penyangga Dermaga

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-100

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa Bagus Cahyo Juniarso, Ir. Amiadji, M.M, M.Sc, Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: amiadji@jurusan.its.ac.id e-mail: tobac@jurusan.its.ac.id Abstrak Dalam proses pengelasan, perlakuan panas preheat dan PWHT sangat berpengaruh pada hasil kuat tarik dan struktur micronya.. Perlakuan panas preheat maupun PWHT sangat diperhatikan terutama untuk badan kapal yang sering menerima tegangan-tegangan dinamis seperti sagging dan hogging. Preheat untuk menghilangkan hydrogen diffusible, dan PWHT untuk mengurangi tegangan sisa. Proses penelitian dimulai dengan melakukan pengelasan menggunakan proses SMAW dan FCAW pada perlakuan no heat treatment, variasi preheat (133 0 C, 140 0 C, 147 0 C) dan preheat 140 0 C variasi PWHT (565 0 C, 595 0 C, 625 0 C). Langkah selanjutnya pembuatan benda uji sesuai dengan standart dimensi uji tarik dan micro etsa. Hasil pengujian tarik dalam proses SMAW menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada preheat 140 C dengan nilai 422,69 MPa, hasil elongation tertinggi pada pengelasan dengan preheat sebesar 140 C + PWHT 625 C dengan nilai 26,73%. Hasil pengujian tarik dalam proses FCAW menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada preheat 140 C dengan nilai 540,10 MPa, hasil elongation PWHT 625 C dengan nilai 29,28 %. Hasil perhitungan biaya baik pada SMAW dan FCAW, biaya termahal adalah pada perlakuan panas preheat + PWHT, dimana untuk SMAW adalah Rp.615.489,- dan FCAW adalah Rp.706.104,- Kata Kunci No Preheat, Preheat, Preheat + PWHT, SMAW, FCAW, Uji Tarik, Micro Etsa I. PENDAHULUAN ADA awalnya pemakaian pengelasan hanya berfungsi Psebagai perbaikan dan pemeliharaan dari alat-alat yang terbuat dari logam baja sebagai proses perbaikan dari retakan, penyambungan material, maupun sebagai alat pemotongan pada material yang akan dibuang atau yang diperbaiki. Dengan adanya kemajuan teknologi dewasa ini yang semakin pesat didunia, dan demikian pula yang terjadi di Indonesia yang sangat memerlukan teknik pengelasan yang baik. Perkembangan teknologi pengelasan ini dapat dilihat melalui semakin kompleksnya proses penyambungan logam dengan proses pengelasan, dimana perubahan struktur logam yang disambung diharapkan mengalami perubahan strukur logam yang disambung sedetail mungkin sehingga didapat hasil pengelasan dengan kualitas dan mutu yang terjamin. Pada teknologi pengelasan terdapat jenis proses pengelasan yaitu SMAW dan FCAW yang termasuk dalam beberapa proses pengelasan tersebut. SMAW (Shield Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan yang menggunakan pengumpan (Elektrode) yang terbungkus, dalam artian Filler Metal yang berfungsi sebagai penyambung logam akan dibungkus flux yang berisi komposisi kimia yang bertujuan untuk menambahkan komposisi material yang tidak terdapat pada Filler Metal. FCAW (Flux Cored Arc Welding) adalah proses pengelasan yang menggunakan shielding gas untuk melindungi Elektrode Wire yang terkonsumsi habis pada saat proses pengelasannya. Selain beberapa proses pengelasan yang kompleks, kemajuan teknologi pengelasan juga memungkinkan melakukan beberapa perlakuan perlakuan khusus (treatment) pada material. Salah satunya adalah Preheat, Preheat adalah sebuah proses pemanasan pada material dengan suhu tertentu sebelum dilakukan proses pengelasan, hal tersebut dilakukan bertujuan untuk merapatkan struktur material (Grain Size) agar pada proses pengelasan tidak terdapat udara yang masuk (Hydrogen Difusible) yang dapat menyebabkan retak dingin (Cold Crack). PWHT adalah bagian dari proses heat treatment yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa setelah proses pengelasa. Mengacu pada uraian diatas, penulis akan mengkaji bagaimana analisa perbandingan kekuatan material Carbon Steel ST41 pengaruh Preheat dan PWHT dengan uji tarik dan micro etsa. II. METODOLOGI Alur pengerjaan Tugas Akhir ini adalah sesuai dengan flowchart yang sesuai gambar dibawah ini :

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2 B.2. SMAW Tabel 4 Data rata-rata hasil pengujian tarik benda uji dengan proses pengelasan SMAW Gambar 1. Flow chart alur pengerjaan III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Jumlah Benda Uji Jumlah benda uji yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 51 benda uji, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah benda uji Gambar 4. Grafik pengaruh heat treatment dan PWHT terhadap kekuatan tarik pada pengelasan SMAW B. Hasil Uji Tarik B.1. Speciment Uji Tarik Row Material Tabel 2 Data hasil pengujian Tensile row material Gambar 5 Grafik pengaruh heat treatment dan PWHT terhadap elongation pada pengelasan SMAW Tabel 3 Data hasil pengujian Tensile row material (ratarata) Gambar 2. Benda uji material tidak dilas dan tanpa perlakuan panas sebelum diuji tarik (a) Sebelum diuji tarik; (b) Setelah diuji tarik Gambar 6 Grafik pengaruh heat treatment dan PWHT terhadap σ yield pada pengelasan SMAW

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3 Dari grafik pada gambar 4, 5, dan 6 dapat diketahui bahwa : 1. Nh = no heat treatment (tanpa perlakuan panas) dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 424,84 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 22,82%, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 289,28 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan SMAW tanpa perlakuan panas mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material. 2. Ph1 = material dengan perlakuan preheat 133 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 422,69 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 21,51 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 327,20 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan SMAW dengan perlakuan preheat 133 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai elongation, dan nilai σ yield lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai elongation, dan nilai σ yield row material. 3. Ph2 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 479,11 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 22,54%, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 440,56 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan SMAW dengan perlakuan preheat 140 0 C mempunyai nilai kuat tarik dan nilai σ yield lebih rendah daripada nilai kuat tarik dan nilai elongation row material, dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai elongation row material. 4. Ph3 = material dengan perlakuan preheat 147 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 430,40 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 24,05 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 294,53 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan SMAW dengan perlakuan preheat 147 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material 5. Pw1 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 565 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 468,32 Mpa, hasil rata-rata elongation sebesar 26,47 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 344,72 Mpa. maka SMAW dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 565 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material. 6. Pw2 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 595 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 427,92 Mpa, hasil rata-rata elongation sebesar 22,86 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 376 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan SMAW dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 595 0 C mempunyai nilai kuat tarik dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik dan nilai elongation row material, dan nilai σ yield lebih tinggi daripada nilai σ yield row material. 7. Pw3 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 625 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 466,80 Mpa, hasil rata-rata elongation sebesar 26,73 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 358,14 Mpa. maka SMAW dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 625 0 C mempunyai nilai kuat tarik dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik dan elongation row material.dan mempunyai nilai σ yield lebih tinggi daripada nilai σ yield row material B.3. FCAW Tabel 5 Data rata-rata hasil pengujian tarik benda uji dengan proses pengelasan FCAW Gambar 7. Grafik pengaruh heat treatment dan PWHT terhadap kekuatan tarik pada pengelasan FCAW Gambar 8 Grafik pengaruh heat treatment dan PWHT terhadap elongation pada pengelasan FCAW

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4 Gambar 9 Grafik pengaruh heat treatment dan PWHT terhadap σ yield pada pengelasan FCAW Dari grafik pada gambar 7, 8, dan 9 dapat diketahui bahwa : 1. Nh = no heat treatment (tanpa perlakuan panas) dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 540,10 Mpa,hasil ratarata elongation sebesar 22,29%, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 421,16 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan FCAW tanpa perlakuan panas mempunyai nilai kuat tarik dan nilai σ yield lebih tinggi daripada nilai kuat tarik dan σ yield row material, dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai elongation row material. 2. Ph1 = material dengan perlakuan preheat 133 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 425,31 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 26,34 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 321,34 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan FCAW dengan perlakuan preheat 133 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material. 3. Ph2 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 441,98 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 22,91%, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 368,84 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan FCAW dengan perlakuan preheat 140 0 C mempunyai nilai kuat tarik dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik dan elongation row material, dan nilai σ yield lebih tinggi daripada nilai σ yield row material. 4. Ph3 = material dengan perlakuan preheat 147 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 424,84 Mpa, hasil ratarata elongation sebesar 23,84%, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 318,85 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan FCAW dengan perlakuan preheat 147 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material. 5. Pw1 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 565 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 395,71 Mpa, hasil rata-rata elongation sebesar 24,82 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 254,63 Mpa. maka FCAW dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 565 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material.. 6. Pw2 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 595 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 456,70 Mpa, hasil rata-rata elongation sebesar 23,40 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 426,33 Mpa. maka FCAW dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 595 0 C mempunyai nilai kuat tarik dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik dan elongation row material, dan nilai σ yield lebih tinggi daripada σ yield row material. 7. Pw3 = material dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 625 0 C dengan hasil kuat tarik rata-rata sebesar 411,07 Mpa, hasil rata-rata elongation sebesar 29,28 %, dan hasil rata-rata σ yield sebesar 257 Mpa. maka dapat disimpulkan material dengan proses pengelasan FCAW dengan perlakuan preheat 140 0 C + PWHT 625 0 C mempunyai nilai kuat tarik, nilai σ yield dan nilai elongation lebih rendah daripada nilai kuat tarik, nilai σ yield dan elongation row material. C. Hasil Micro Etsa C.1. Analisa Micro Etsa di Daerah HAZ Pada Perlakuan No Heat Treatment Dan Preheat Pada analisa micro etsa di semua proses pengelasan, SMAW dan FCAW dan semua proses preheat dan PWHT. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu analisa bagian HAZ dan weld metal. Untuk analisa material micro etsa pada proses SMAW dan FCAW untuk bagian material yang tidak mendapatkan panas dan mendapatkan perlakuan preheat 133 0 C, 140 0 C, 147 0 C pada daerah HAZ. Gambar 9 Hasil Foto Micro Etsa Pada Proses Pengelasan No Heat Dan Preheat di Daerah HAZ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5 Tabel 6 Perbandingan Jumlah Prosesntase Fasa Di Daerah HAZ Gambar 11 Hasil Foto Micro Etsa Pada Proses Pengelasan Variasi PWHT di Daerah Weld Gambar 10 Hasil Foto Micro Etsa Pada Proses Pengelasan No Heat Dan Preheat di Daerah Weld Metal Tabel 9 Perbandingan Jumlah Prosesntase Fasa Di Daerah Weld Metal Tabel 7 Perbandingan Jumlah Prosesntase Fasa Di Daerah Weld Metal Pada tabel 6 dan 7dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur preheat maka akan semakin banyak pula presentase jumlah fasa ferit daripada presentase jumlah fasa perlitnya hal ini dikarenakan pendinginan yang lambat membuat garis transformasi pada grafik Continous Cooling transformation akan cenderung ke kanan melewati daerah fasa ferit. C.2. Analisa Micro Etsa di Daerah HAZ Pada Perlakuan No Heat Treatment Dan Preheat Pada tabel 8 dan 9dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur preheat maka akan semakin banyak pula presentase jumlah fasa ferit daripada presentase jumlah fasa perlitnya. Pada dasarnya berapapun variasi temperatur PWHT yang digunakan pada material tidak akan merubah jenis fasa dari daerah fasa martensit, ferit, dan perlit (dibawah temperatur kritis A1, yang dapat dilihat pada tabel FE-C diagram) menuju fasa austenit (diatas temperatur kritis A1, yang dapat dilihat pada tabel FE-C diagram). Temperatur kritis A1 yaitu sebesar 723 O C, variasi temperatur PWHT hanya akan berpengaruh pada besarnya pengurangan tegangan sisa (strees relief) pada material akibat proses pengelasan D. Analisa Biaya D.1. SMAW Gambar 10 Hasil Foto Micro Etsa Pada Proses Pengelasan Variasi PWHT di Daerah HAZ Tabel 8 Perbandingan Jumlah Prosesntase Fasa Di Daerah HAZ

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6 D.2. FCAW PWHT 595 C dengan nilai 426,33 MPa. B. Analisa Micro Etsa Hasil micro etsa pada proses pengelasan SMAW dan FCAW tidak ada perbedaan yang signifikan, semakin tinggi temperatur pengelasan maka jumlah fasa ferit lebih banyak daripada fasa perlitnya. Ha itu menyebabkan material mempuyai sifat ductile. C. Analisa Biaya Biaya proses pengelasan FCAW lebih mahal dibanding biaya proses pengelasan SMAW. Sementara, dari ketiga perlakuan panas, preheat+pwht adalah perlakuan panas dengan biaya yang paling mahal dibanding perlakuan panas no heat maupun preheat UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan baik moril maupun materiil. Untuk Dosen Pembimbing dan berbagai pihak yang telah membantu selama proses pengerjaan Tugas Akhir. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Bapak Dr. Ir. A.A. Masroeri, M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Sistem Perkapalan yang telah memberikan manajemen yang baik kepada mahasiswa, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana dengan baik dan tepat waktu IV. KESIMPULAN A. Analisa Uji Tarik Material Tidak Dilas dan Tanpa Perlakuan Panas Kuat tarik dari ketiga speciment material tidak dilas dan tanpa perlakuan panas adalah sebesar 471,2 Mpa. Sedangkan elongationnya adalah 30,73 %. SMAW Hasil kuat tarik tertinggi pada pengelasan dengan preheat sebesar 140 C dengan nilai 422,69 MPa, hasil elongation PWHT 625 C dengan nilai 26,73% dan hasil σ yield tertinggi pada pengelasan dengan preheat sebesar 140 C dengan nilai 440,56 MPa FCAW Hasil kuat tarik tertinggi pada pengelasan dengan no heat treatment dengan nilai 540,10 MPa, hasil elongation PWHT 625 C dengan nilai 29,28 % dan hasil σ yield DAFTAR PUSTAKA [1]. ASTM ASME VIII: Rules for Construction of Pressure Vessels, Division I. [2]. ASME IX: Welding and Brazing Qualifications. [3]. ASTM A370: Standart Test Method And Definition for Machanical Testing of Steel Product. [4]. BKI 2006, Volume VI, Section 09: Heat Treatment. [5]. BKI 2006, Volume VI, Section 11: Mechanical and Technological Test. [6]. Callister, Willey 2007. Materials Science and Engineering And Introduction 7e [7]. Novembri Yusuf. 2008. PWHT (Pos Weld Heat Treatment). Diambil dari http://hazwelding.wordpress.com/2008/04/29/pwht-welding/. Terakhir diakses tanggal 14 Mei 2013 [8]. Rois Tokin, 2013. Pengujian Mikro dan Makro Etsa. Diambil dari http://rois-takin.blogspot.com/2013/04/pengamatan-struktur-mikro-danmakro.html. terakhir diakses tanggal 21 Mei 2014. [9]. Prosedur Uji Tarik 2013. Diambil dari http://www.alatuji.com/article/detail/2/uji-tarik. terakhir diakses 28 Mei 2014 [10]. Winarto, PhD. (2011), Pelatihan Introduction To Welding Engineer, Asosiasi Pengelasan Indonesia, Jakarta.