BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Artinya

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tata cara kita berperilaku atau

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB II KAJIAN TEORI. keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan ketertiban. dsb.), dan 2) anggota dari badan pemerintahan (pegawai negara yang

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN OLEH SISWA DI KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAJAR SMP MENGEMUDIKAN SEPEDA MOTOR TANPA MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, maka diperlukan

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

Surat Ijin Mengemudi (SIM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi. Manusia awalnya menggunakan alat transportasi tradisional yang memerlukan banyak tenaga dan juga waktu tempuh yang lama. Akan tetapi, dengan adanya perkembangan alat transportasi, manusia beralih menggunakan transportasi yang lebih modern seperti sepeda motor, mobil, bus, dan lain sebagainya. Dengan kemudahan yang disuguhkan oleh alat transportasi modern membantu manusia agar lebih efektif dan efisien dalam melakukan mobilitas terutama dalam hal waktu dan tenaga. Sepeda motor berkembang menjadi alat transportasi paling favorit saat ini sama dengan sepeda pada zamannya. Sepeda motor menjadi kendaraan yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia dikarenakan sepeda motor merupakan kendaraan kelas menengah, tidak terlalu tradisional seperti sepeda dan tidak terlalu mahal seperti mobil. Apalagi dengan munculnya sepeda motor yang otomatis dan beberapa tipe lainnya, semakin memperluas cakupan pengguna sepeda motor. Tua, muda, laki-laki, maupun perempuan mereka memanfaatkan alat transportasi tersebut dalam kesehariannya. Cara menggunakan sepeda motor tidak jauh berbeda dengan sepeda. Asalkan mampu menjaga keseimbangan dan mengatur gas, seseorang akan mampu mengoperasikan sepeda motor. Kemudahan yang ditawarkan oleh

2 sepeda motor tersebut membuat sebagian dari siswa SMP dan siswa SMA mampu mengemudikannya. Mereka bahkan memanfaatkan sepeda motor tersebut sebagai alat transportasi untuk pergi ke sekolah. Padahal siswa SMP dan SMA kebanyakan merupakan anak di bawah umur 17 tahun yang belum mendapatkan izin untuk mengendarai kendaraan bermotor. Secara faktual siswa SMP dan siswa SMA mampu mengemudikan sepeda motor, apalagi perkembangan fisik anak saat ini cukup baik. Namun, dari segi psikis mereka masih berada dalam proses pencarian identitas diri. Apabila mudah terprovokasi dengan hal-hal yang negatif dikhawatirkan akan memicu siswa SMP dan siswa SMA mengabaikan peraturan dan nilai-nilai di dalam masyarakat. Dewasa ini tidak jarang dijumpai siswa SMP dan SMA yang mengemudikan motor secara ugal-ugalan, tidak menggunakan helm, tidak membawa surat kelengkapan berkendara, dan bahkan satu sepeda motor dinaiki lebih dari dua orang. Fakta di lapangan juga menunjukkan banyaknya siswa yang mengendarai kendaraan bermotor mendapat ijin dari orang tua. Padahal orang tua mengetahui jika anak di bawah umur 17 atau belum memiliki SIM tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor. Dalam hal ini keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat untuk mendewasakan anak, dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan pertama dan utama. Seharusnya orang tua tidak memberikan kendaraan kepada anak sebelum umur 17 tahun. Apalagi kebanyakan anak diajarkan mengemudikan kendaraan bermotor terutama sepeda motor oleh orang tua pada usia yang

3 belum memadai. Selain itu orang tua tidak memberikan pengawasan yang ketat terhadap anak yang mampu mengendari sepeda motor. Pergaulan anak juga menjadi salah satu faktor pendukung anak di bawah umur 17 tahun mengemudikan kendaraan bermotor. Kebanyakan anak usia SMP dan SMA mengemudikan sepeda motor ke sekolah karena pengaruh dari teman-temannya. Hal ini berarti pergaulan anak menjadi salah satu faktor penyebab anak menjadi berani membawa kendaraan bermotor diusianya yang masih dini dan berpotensi membuat anak tersebut melakukan pelanggaran lalu lintas. Secara yuridis, siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun yang mengemudikan kendaraan bermotor telah melanggar Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Pasal 77 Ayat (1) Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa, setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan. Berdasarkan pasal di atas jelaslah bahwa untuk mengemudikan kendaraan bermotor seseorang harus memiliki SIM. Dengan demikian, seorang siswa SMA yang belum berumur 17 tahun tidak dibenarkan mengemudikan sepeda motor karena tidak memiliki SIM. Untuk siswa SMP sendiri sudah jelas tidak dibenarkan mengendarai sepeda motor. Terkait dengan kepemilikan SIM, sesuai dengan Pasal 81 Undangundang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa, seseorang harus

4 memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian. Syarat usia ditentukan paling rendah sebagai berikut: 1. Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk SIM A, SIM C, SIM D; 2. Usia 20 (dua puluh) tahun untuk B I; 3. Usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk SIM B II. Syarat administratif sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP); 2. Pengisian formulir permohonan; 3. Rumusan sidik jari. Syarat kesehatan meliputi: 1. Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter; 2. Sehat rohani dengan lulus tes psikologi. Dari pasal di atas, sudah jelas bahwa siswa SMA yang belum berumur 17 tahun serta siswa SMP belum memenuhi syarat. Apalagi dengan usia yang belum mencapai 17 tahun emosinya cenderung masih labil karena penguasaan atau reflek terhadap pengendalian motor saat terjadi insiden masih rendah. Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan sendiri maupun pengguna jalan yang lain. Selain itu dalam Pasal 281 Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dinyatakan bahwa: Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

5 Sanksi tersebut telah diberlakukan bagi siswa yang tertangkap tangan/ melanggar rambu lalu lintas atau saat dilakukan operasi (tilang) tidak memiliki SIM saat mengemudi. Akan tetapi biasanya sanksi yang diberikan jauh lebih rendah dari ancamannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masih ada kasus pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Berkaitan dengan pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh siswa, seharusnya ada upaya untuk menanggulangi pelanggaran lalu lintas tersebut. Penanggulangan dapat dilakukan secara preventif dan represif. Penanggulangan secara preventif adalah tindakan yang bersifat pencegahan oleh petugas hukum agar tidak terjadi tindak pidana, sedangkan penanggulangan secara represif adalah tindakan petugas hukum terhadap perbuatan seseorang sesudah terjadi pelanggaran hukum (Bambang Purnomo, 1988: 90). Salah satu pihak yang berwenang menangani pelanggaran Undangundang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Polisi Lalu Lintas atau selanjutnya disebut dengan Polantas. Polantas memiliki tugas dan wewenang untuk menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor Pasal 59 Polantas bertugas melaksanakan Turjawali bidang lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas, pelayanan

6 registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas. Oleh karena itu, Polantas memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan dan memberikan pendidikan kepada masyarakat di bidang lalu lintas. Selain itu juga melaksanakan penindakan terhadap adanya pelanggaran dalam rangka penegakan hukum. Berdasarkan kewenangan tersebut, polisi melakukan sosialisasi secara periodik di sekolah-sekolah di wilayah Kulon Progo untuk memberi pengetahuan dan pembinaan kepada siswa agar tidak melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Berikut merupakan daftar sekolah yang menjadi sasaran dari program sosialisasi oleh kepolisian untuk mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas terutama yang dilakukan oleh siswa. Tabel 1. Daftar Nama Sekolah Sasaran Pelaksanaan Sosialisasi oleh Polres Kulon Progo. Tahun Jumlah Nama Sekolah 2011 2012 5 10 SMK Negeri 1 Temon, MAN 2 Wates, SMK Muhammadiyah 1 Temon, SMK Ma arif 1 Wates (kelas X), SMK Ma arif 1 Wates (kelas XI dan XII), dan SMK Negeri 2 Pengasih. SMK Ma arif 3 Wates, SMK Negeri 1 Temon, SMK Ma arif 1 Wates, MAN 2 Wates, SMK 1 Nanggulan, SMP N 2 Pengasih, SMK Taman Siswa Jatisarono Nanggulan, SMK Muhammadiyah 1 Temon, SMP N 2 Lendah, dan SMP N 1 Sentolo. Sumber: Data Sat Lantas Polres Kulon Progo Tahun 2011 dan 2012 yang diolah oleh Peneliti pada 01 Juli 2014. Dapat dilihat pada tabel 1 di atas bahwa terjadi penambahan jumlah sekolah yang menjadi sasaran dari program sosialisasi oleh kepolisian. Pada tahun 2011 hanya 5 sekolah saja yang menjadi sasaran program sosialisasi,

7 akan tetapi pada tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 10 sekolah. Dengan adanya sosialisasi tersebut seharusnya dapat mengurangi jumlah pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Akan tetapi, meskipun sosialisasi telah dilakukan oleh pihak polisi dan juga adanya penambahan jumlah sekolah yang menjadi sasaran dari program sosialisasi, masih saja banyak terjadi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa. Bahkan jumlah pelanggaran tersebut terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2 yaitu data pelanggaran lalu lintas oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Tabel 2. Data Pelanggaran Lalu Lintas oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Bulan Tahun 2011 2012 2013 Januari 210 410 504 Februari 291 437 359 Maret 296 499 212 April 259 512 631 Mei 39 415 105 Juni 137 254 614 Juli 564 713 670 Agustus 116 95 508 September 221 342 614 Oktober 409 401 593 November 301 321 593 Desember 470 387 856 Total 3313 4786 6259 Sumber: Data Satlantas Polres Kulon Progo tahun 2011, 2012, dan 2013 yang diolah peneliti pada tanggal 01 April 2014. Dari data tersebut dapat dilihat masih tingginya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Selain itu, data tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebanyak 1473 pelanggaran. Kemudian terjadi peningkatan lagi dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebanyak 1473 pelanggaran yang dilakukan oleh siswa

8 SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Hal ini menunjukkan belum efektifnya sosialisasi mengenai lalu lintas yang dilakukan oleh polisi untuk mengurangi jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Tingginya angka pelanggaran terhadap Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh siswa SMP dan SMA di Kulon Progo dan adanya peningkatan jumlah pelanggaran yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2013, serta adanya faktor pendukung terjadinya pelanggaran ini, menuntut upaya dari Polantas Polres Kulon Progo untuk menanggulangi pelanggaran. Upaya Polantas Polres Kulon Progo diasumsikan sebagai langkah terakhir dalam mengurangi angka pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa SMP dan SMA mengingat lingkungan keluarga dan sosial lebih banyak mendukung terjadinya pelanggaran. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang dapat diteliti, diantaranya adalah: 1. Banyaknya siswa SMP dan siswa SMA di bawah 17 tahun yang mampu mengemudikan sepeda motor. 2. Banyaknya siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun yang mengendarai sepeda motor sebagai sarana transportasi ke sekolah, meskipun pihak sekolah sudah melarang.

9 3. Masih tingginya angka pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun di Kulon Progo. 4. Adanya peningkatan jumlah pelanggaran dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. 5. Adanya faktor pendukung terjadinya pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh siswa SMA dan SMP di Kulon Progo. 6. Polisi hanya menindak siswa SMA dan SMP yang tertangkap tangan pada saat melakukan operasi atau melanggar rambu lalu lintas. 7. Sosialisasi tentang lalu lintas yang dilakukan oleh polisibelum efektif. 8. Adanya kendala yang dapat menghambat Polantas dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan oleh siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun di Kulon Progo. C. Pembatasan Masalah Luasnya permasalahan yang ada berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah agar lebih efektif dan efisien. Untuk pengkajian selanjutnya peneliti membatasi penelitian ini pada dua permasalahan pokok yaitu: 1. Upaya Polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) oleh siswa di Kulon Progo

10 2. Hambatan-hambatan yang dihadapi Polisi dalam upaya menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang dilakukan oleh siswa di Kulon Progo. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah upaya Polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) oleh siswa di Kulon Progo? 2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang dihadapi Polisi dalam upaya menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang dilakukan oleh siswa di Kulon Progo? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui upaya Polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) oleh siswa di Kulon Progo. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Polisi dalam upaya menaggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun

11 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) oleh siswa di Kulon Progo. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian yang berjudul Upaya Polisi dalam Menaggulangi Pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di Kulon Progo adalah: 1. Manfaat teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana yang mana merupakan salah satu rumpun keilmuan dari Pendidikan Kewarganegaraan, serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian berikutnya yang sesuai dengan bidang penelitian terutama untuk pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Manfaat praktis Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, lembaga kepolisian, dan masyarakat. a. Bagi Peneliti Penelitian ini untuk membentuk pola pikir yang dinamis, lebih mengembangkan penalaran sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam penerapan ilmu khususnya di bidang hukum yang diperoleh selama menempuh perkuliahan Pendidikan

12 Kewarganegaraan dan sebagai bekal peneliti untuk menjadi guru yang profesional. b. Bagi Lembaga Kepolisian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan bagi kepolisian dalam membuat kebijakan yang terkait dengan penanggulangan terhadap pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1). c. Bagi masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat yang akan menciptakan ketertiban dalam berlalu lintas. G. Batasan Istilah 1. Polisi Polisi dalam penelitian ini adalah polisi lalu lintas, polisi lalu lintas merupakan unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

13 (repository.usu.ac.id,2013). Polantas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Polantas yang bertugas menanggulangi pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Menanggulangi Menanggulangi tindak pidana dapat dilakukan secara preventif dan represif. Penanggulangan secara preventif adalah tindakan yang bersifat pencegahan oleh petugas hukum agar tidak terjadi tindak pidana, sedangkan penanggulangan secara represif adalah tindakan petugas hukum terhadap perbuatan seseorang sesudah terjadi pelanggaran hukum (Bambang Purnomo, 1988: 90). Menanggulangi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara mencegah dan memberantas adanya pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terutama yang dilakukan oleh siswa di Kulon Progo. 3. Pelanggaran Pelanggaran adalah perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan (KBBI, 2005: 1634). Pelanggaran merupakan tindak pidana yang diatur dalam KUHP buku Ketiga. Peristiwa pelanggaran disebut juga dengan delik undang-undang karena perbuatan tersebut bertentangan dengan apa yang tercantum dalam undang-undang pidana. Pelanggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

14 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang dilakukan oleh siswa di Kulon Progo. 4. Siswa Siswa/Siswi merupakan istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik tingkat SMA di bawah umur 17 tahun dan siswa SMP di Kulon Progo. Dari batasan istilah di atas, maka penelitian yang berjudul Upaya Polisi dalam Menanggulangi Pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di Kulon Progo adalah usaha polisi dalam hal ini adalah polisi lalu lintas untuk mencegah dan memberantas pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang dilakukan oleh peserta didik pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Dalam hal ini berkaitan dengan peserta didik pada jenjang SMA di bawah umur 17 tahun serta peserta didik pada jenjang SMP di Kulon Progo.