BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Peternakan sebagai penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup. Tabel 1.1 Populasi ternak (000 ekor) 2000-2008 TERNAK 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sapi Potong 11,008 11,137 11,298 10,504 10,533 10,569 10,875 11,515 11,869 sapi perah 354 347 358 374 364 361 369 374 408 Kerbau 2,405 2,333 2,403 2,459 2,403 2,128 2,167 2,086 2,192 Kuda 412 422 419 413 397 387 398 401 411 Kambing 12,566 12,464 12,549 12,722 12,781 13,409 13,790 14,470 15,806 Domba 7,427 7,401 7,641 7,811 8,075 8,327 8,980 9,514 10,392 Babi 5,357 5,369 5,927 6,151 5,980 6,801 6,218 6,711 7,376 Ayam Buras 259,257 268,039 275,292 277,357 276,989 278,954 291,085 272,251 290,803 Ayam Ras Petelur 69,366 70,254 78,039 79,206 93,416 84,790 100,202 111,489 116,474 Itik 29,035 32,068 46,001 33,863 32,573 32,405 32,481 35,867 36,931 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2010) 1
Berdasarkan tabel diatas dalam waktu antara tahun 2007 2008 terjadi peningkatan populasi hewan ternak terjadi di Indonesia. Peningkatan paling signifikan terjadi pada hewan jenis ayam ras pedaging. Hal ini berarti masyarakat juga menyadari bahwa usaha peternakan juga dapat menjanjikan dan memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Karena salah satu produk yang dihasilkan adalah daging. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging secara umum setiap tahun cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini Tabel 1.2 Konsumsi Daging di Indonesia 2005-2007 Konsumsi (kg/kapita/tahun) JENIS Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 R (%) 2005-2007 Sapi 1.08 1.13 1.20 10 Hewan lain 2.07 2.28 2.30 10 Ayam Ras 1.90` 2.10 2.20 20 Unggas Lain 0.74` 0.84 0.90 20 Sumber : Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Dirjen Peternakan (2008) Berdasarkan tabel diatas dalam waktu dua tahun terakhir terjadi peningkatan konsumsi daging antara sepuluh persen hingga 20 persen. Peningkatan secara signifikan terjadi pada konsumsi hewan unggas yaitu dua kali lipat dibandingkan dengan hewan yang bukan unggas. Peningkatan jumlah konsumsi daging masih akan terus meningkat mengingat jumlah penduduk akan terus meningkat. 2
Untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi ini, maka usaha untuk meningkatkan produksi daging menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi semua pihak khususnya pemerintah, disamping hal ini juga menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat yang ingin mengembangkan sektor peternakan. Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelesatarian lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara. Kondisi peternakan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah membawa dampak terpuruknya perekonomian nasional, yang diikuti penurunan beberapa usaha peternakan. Dampak krisis secara bertahap telah pulih kembali dan mulai tahun 1998-1999 pembangunan peternakan telah menunjukkan peningkatan. Kontribusi peternakan terhadap PDB pertanian terus meningkat sebesar 6,35% pada tahun 1999. Bahkan tahun 2002 meningkat mencapai 9,4% tertinggi diantara sub sektor pertanian. Peran strategis peternakan juga berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah menetapkan tiga sasaran utama program penanggulangan kemiskinan, yakni; menurunnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan menjadi, terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau, dan terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu. Pembangunan peternakan tidak terlepas dari berbagai masalah dan tantangan. Globalisasi ekonomi merupakan salah satu ancaman dan sekaligus peluang bagi 3
sektor peternakan. Menjadi ancaman jika Indonesia tetap menjadi importir input dan teknologi peternakan untuk menggerakkan proses produksi dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dalam negeri. Ketergantungan pada impor jika tidak ditunjang oleh usaha-usaha kemandirian yang produktif, akan mendorong ketergantungan semakin sulit dipecahkan. Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi pangsa pasar dunia karena Indonesia dianggap sebagai negara produsen yang aman karena produk ternak yang masih murni dan bebas dari penyakit mulut dan kuku. Berdasarkan Statistik Peternakan 2005 ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 17% per tahun Dalam sisi dalam negeri yang menjadi penghambat tumbuhnya sektor peternakan, antara lain: 1. Struktur industri peternakan sebagian besar tetap bertahan dalam bentuk usaha rakyat. Yang dicirikan oleh tingkat pendidikan peternak rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvesional, lokasi ternak menyebar luas, ukuran usaha relatif kecil, serta pengadaan input utama yakni HMT (Hijauan Makanan Ternak) yang masih tergantung pada musim, ketersediaan tenaga keluarga, serta penguasaan lahan HMT yang terbatas. 2. Ketersedian bibit bermutu. Penelitian tentang pembibitan telah banyak dilakukan namun belum tersosialisasikan dalam skala besar. Terjadi kegagalan komunikasi baik Badan Litbang maupun Perguruan Tinggi. Selain itu, peternak tidak mempunyai insentif dalam mengadopsi teknologi baru yang disertai peningkatan biaya. 4
3. Masalah agroindustri peternakan yang belum mampu menggerakkan sektor peternakan. Misalnya, industri pengolahan susu, sebgaian besar menggunakan input dari negara asal. Industri perhotelan membutuhkan daging dari impor. 4. Derasnya impor illegal produk-produk peternakan 5. Bencana penyakit (mewabahnya virus flu burung dan antraks) 6. Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku pakan Peluang sektor peternakan di masa yang akan datang sangat besar karena permintaan hasil ternak yang terus bertambah akibat pertambahan jumlah penduduk. Berikut ini data konsumsi ternak nasional tahun 2002-2005 Tabel 1.3 Konsumsi Ternak Tahun 2002-2005 (kg/kapita/tahun) No Uraian 2002 2003 2004 2005 1 Daging 5.75 5.96 6.17 7.11 2 Telur 4.04 4.11 4.38 4.71 3 Susu 7.05 6.69 6.78 6.80 Sumber: dinas peternakan kota Medan (2009) Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa permintaan akan konsumsi ternak terus meningkat. Konsumsi daging meningkat dari 5,75 kg/kapita/tahun pada tahun 2002 menjadi 7,11 kg/kapita/tahun pada tahun 2005. FAO sejak tahun 1999 juga sudah memprediksi akan terjadinya perubahan signifikan pada sektor peternakan dunia. Ketika konsumsi daging dunia meningkat 2,9%, maka di negara-negara berkembang sudah melaju sampai 5,4%, bahkan di Asia 5
Tenggara mencapai 5,6%. Sementara di negara-negara maju hanya meningkat 1%. Sampai tahun 2020 diperkirakan pertumbuhan konsumsi daging negara-negara berkembang rata-rata 2,8% per tahun, sementara di negara-negara maju hanya 0,6% per tahun2. Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan. Yaitu dengan mengembangkan peternakan industri dan peternakan rakyat yang dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantaskan kemiskinan. Selain itu para peternak juga harus memperhatikan 3 aspek agar usaha peternakan mereka dapat berjalan dengan baik yaitu: 1. Aspek Manajemen Pemeliharaan yaitu tidak memperhitungkan kualitas dan kuantitas pakan, tidak ada sumber air untuk minum, tidak ada control dan pengobatan penyakit, tidak ada sarana perkandangan yang memadai (kapasitas tampung dan peralatan kandang), tidak ada eksplorasi daya dukung lahan penghasil limbah pertanian, 2. Aspek Pengetahuan yaitu tidak ada penyuluhan berkala di kelompok oleh dinas terkait, tidak ada program pemberdayaan peternak baik dari kelompok maupun dari luar kelompok 3. Aspek Genetis yaitu kenyataan dari generasi ke generasi performa ternak terjadi penurunan, tidak ada kartu recording untuk data kelahiran, sapih maupun produksi, tidak ada pengaturan perkawinan, tidak ada seleksi untuk memilih bibit yang baik 6
Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara/strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kondisi bangsa Indonesia yang sedang berat dalam mengatasi krisis di setiap elemen, bangsa Indonesia dihadapkan tidak hanya pada satu masalah saja melainkan berbagai masalah seperti ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Dimana masalah tersebut sudah rumit, sehingga mengharuskan orang untuk benar-benar siap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikannya. Untuk mengatasi salah satu permasalahan tersebut terutama masalah ekonomi yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup, dibutuhkan pekerjaan yang cukup untuk membiayai/mencukupi kebutuhan hidup yang semakin banyak. Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia. Perkembangan kota Medan menimbulkan tingginya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih dari sekedar kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti pendidikan. Salah satu jenis pekerjaan di sektor informal di kota Medan adalah peternak babi. Salah satu lokasi peternak babi di kota Medan adalah di daerah Perumnas Mandala. Pekerjaan sebagai seorang peternak babi merupakan suatu hal yang krusial sekaligus bisa mengandung unsur kontroversi jika digeluti. Dengan situasi ekonomi yang demikian sulit menuntut suatu kebijakan untuk dapat beradaptasi/bertahan sebagai komunitas peternak babi. 7
Strategi bertahan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar dapat melangsungkan hidupnya. Manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dengan makhluk sosial lainnya harus bertingkah laku sesuai tuntutan lingkungan tempat dimana manusia itu tinggal, dan tuntutan itupun tidak hanya berasal dari dirinya sendiri. Sama halnya dengan komunitas masyarakat lainnya, komunitas masyarkat peternak babi juga memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam masyarakatnya terutama dalam keluaganya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Selain memikirkan bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka juga harus memikirkan bagaimana pemnuhan kebutuhan lain yang juga penting, yaitu: kebutuhan sandang, pendidikan anak, tempat tinggal, air minum, biaya sosial, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup dengan pendapatan mereka yang bermata pencaharian pokok sebagai peternak babi yang cukup minim. Karena keluarga peternak babi merupakan kelompok masyarakat yang termasuk keluarga miskin, dibanding dengan kelompok masyarakat lain. Keluarga-keluarga yang bertempat tinggal di Perumnas Mandala tersebut bermata pencaharian tetap sebagai peternak babi. Meskipun memiliki pekerjaan sampingan seperti pencari botot, dan sebagai pemulung. Pekerjaan sebagai peternak babi ini sudah mengundang kontroversi dari masyarakat sekitar khususnya yang beragama Islam yang tentu saja mereka akan keberatan dengan keberdaan mereka. Sebagai salah satu contoh: ada salah satu rumah warga yang langsung bertetangga dengan peternak babi tersebut. Ada juga yang 8
berdekatan dengan tempat ibadah mereka. Dari sini muncul masalah bagaimana yakni, pihak yang menyatakan keberatan tersebut telah menyatakan keberatan mereka kepada PEMKO Medan dan mengusulkan supaya mereka direlokasi ke tempat lain supaya tidak mengganggu mereka. Karena jika dilakukan relokasi ke tempat yang sudah diputuskan yakni di Deli Serdang atau ke luar kota Medan pada lokasi baru, PEMKO Medan harus siap membantu memfasilitasi. Bahkan jika peternak mau menutup usaha ternak itu khususnya peternak babi, PEMKO akan membantu ganti rugi sewajarnya. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian keluarga peternak babi dan strategi bertahan yang dilakukan oleh peternak tersebut dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif terhadap masalah tersebut. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi bertahan yang dilakukan peternak babi dalam memenuhi kebutuhan dasar/pokok keluarga? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi bertahan yang dilakukan peternak babi dalam memenuhi kebutuhan/pokok keluarga 9
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: A. Manfaat Teroritis - meningkatkan kemampuan dan pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai strategi bertahan yang dilakukan peternak babi dalam memenuhi kebutuhan dasar/pokok keluarga B. Manfaat Praktis - penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian yang juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Defenisi Konsep Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Menurut Robert K. Merton konsep adalah defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep merupakan variable-variabel mana kita menentukan adanya hubungan empiris. Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari kelompon fenomena tertentu yang akan diteliti (Singarimbun 1998) Adapun konsep-konsep yang akan diteliti adalah: strategi bertahan strategi, cara, atau metode yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan baik 10
social maupun ekonomi, terutama dalam memenuhi syarat dasar untuk melangsungkan hidup. peternak individu atau kelompok yang pekerjaan nya adalah melakukan usaha ternak. perkembangan kota kemajuan sebuah kota menuju kota yang lebih maju 11