PERAN PRENJAK DALAM MEWUJUDKAN DAERAH KONSERVASI BERBASIS ECO EDU WISATA MANGROVE DI DUSUN TAPAK TUGUREJO KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI DENGAN KONSEP ECO EDU WISATA MANGROVE DI DUSUN TAPAK KELURAHAN TUGUREJO KOTA SEMARANG

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. atas sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan,

JURNAL KETAHANAN NASIONAL. VOLUME 21 No. 2, 25 Agustus 2015 Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

PENGEMBANGAN PARIWISATA HUTAN PAYAU CILACAP SEBAGAI PRODUK WISATA UNGGULAN DI JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

dan ~erkembangnya berbagai ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *)

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

GUBERNUR SULAWESI BARAT

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Transkripsi:

PERAN PRENJAK DALAM MEWUJUDKAN DAERAH KONSERVASI BERBASIS ECO EDU WISATA MANGROVE DI DUSUN TAPAK TUGUREJO KOTA SEMARANG 1 Dedien Ermiliansa, 2 Adji Samekto dan 3 Hartuti Purnaweni 1 Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Jl. Imam Bardjo Semarang 2 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Jl. Imam Bardjo Semarang 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro, Jl. Prof Sudhartho Semarang Abstrak Dengan kondisi lingkungan pesisir yg mengalami degradasi di Dusun Tapak inilah yang mengawali terbentuknya Perkumpulan Pemuda Peduli Lingkungan Tapak. Perkumpulan Pemuda Pemuda Peduli Lingkungan Tapak PRENJAK adalah Organisasi yang memfokuskan kegiatannya di kawasan pesisir guna melakukan kegiatan konservasi dan penyelamatan habitat khususnya hutan mangrove atau bakau. Berada di wilayah Kelurahan Tugurejo, didirikan pada tanggal 3 Maret 2001 untuk mencari solusi beberapa permasalahan dan melestarikan lingkungan yang ada di wilayah kelurahan Tugurejo Dusun Tapak yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas regenerasi pemuda masyarakat dan mengatasi permasalahan lingkungan. Prenjak telah melakukan rehabilitasi tanaman mangrove di wilayah pesisir Kelurahan Tugurejo dengan tujuan untuk membuat lahan konservasi. Selanjutnya perkembangan dari kegiatan memunculkan ide untuk membuat daerah yg sudah di rehabilitasi menjadi kawasan wisata, Konsep ini adalah Eco Edu Wisata Mangrove (EEWM). EEWM merupakan pengembangan wisata yang menghargai kaidah-kaidah alam dengan melaksanakan program pembangunan dan pelestarian secara terpadu antara upaya konservasi sumberdaya alam yang dilakukan dengan melaksanakan program pembangunan yang memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan dan ramah lingkungan. Konsep EEWM ini merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan kawasan pariwisata dalam suatu wilayah pesisir yang tetap memperhatikan konservasi mangrove dengan menggunakan sumberdaya serta budaya masyarakat lokal. Pengembangan Konsep EEWM yang dilakukan pada kawasan konservasi di harapkan memberikan keuntungan ekonomis secara langsung yang diperoleh oleh pengelola wisata juga masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran PRENJAK dalam mewujudkan EEWM, dengan lokasi penelitian di dusun Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Kata Kunci: PRENJAK, Konservasi, Mangrove, Ecowisata, Education Pendahuluan Kelurahan Tugurejo terletak di wilayah pesisir Semarang bagian barat Email: dedien.ermiliansa@gmail.com 62 dengan mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani tambak. Dengan abrasi yang terjadi pada pesisir Laut Jawa maka secara langsung masyarakat mengalami dampak negatif. Jurnal EKOSAINS Vol. VI No. 1 Maret 2014

Permasalahan yang muncul antara lain : tergerusnya daratan yang mengakibatkan penyempitan luasan tambak, abrasi dan rob yang menyebabkan hilangnya tambak, menurunnya kualitas air tambak secara drastis sehingga menyebabkan kuantitas dan kualitas produksi tambak menurun. Bagi masyarakat petani tambak di Tugurejo abrasi ternyata bukan satu-satunya masalah yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas hasil tambak mereka. Kondisi lingkungan akibat pembangunan belasan industri di sekitar wilayah kelurahan tersebut telah memperburuk keadaan karena keluaran limbah industri yang berupa limbah kimia. Keadaan ini telah memperparah kerusakan tambak. Sungai Tapak yang terdapat di wilayah tersebut yang merupakan andalan dalam penyediaan air tawar dan saluran irigrasi pertanian telah tercemar limbah rumah tangga dan limbah industri. Kondisi ini menyebabkan kualitas air menurun dan membahayakan ikan-ikan yang dibudidayakan dalam tambak. Disamping itu, sungai Tapak juga mengalami pendangkalan dan penyempitan terus-menerus. Dari kondisi yang terjadi seperti yang diatas membuat masyarakat dan pemuda tergerak untuk membuat Perkumpulan Cinta Alam Tapak PRENJAK. Tujuan masyarakat dan pemuda membentuk PRENJAK adalah meningkatkan mutu Sumberdaya Manusia yang berjiwa peduli lingkungan, memberikan dan menginformasikan halhal yang berkaitan dengan lingkungan terhadap masyarakat, berperan aktif dalam kegiatan konservasi, kampanye, advokasi dan menyuarakan masalah lingkungan, usaha-usaha lain sepanjang tidak bertentangan dengan azas, maksud dan tujuan perkumpulan serta norma hukum yang berlaku. Berdasarkan penjelasan diatas maka rumusan permasalah dari penelitian ini bagaimanakah peran PRENJAK dalam mewujudkan EEWM, dengan lokasi penelitian di dusun Tapak kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kegiatan yang telah dilakukan PRENJAK dalam mewujudkan EEWM untuk mendukung program Pemerintah Daerah Kota Semarang dalam Mewujudkan lahan konservasi mangrove yang berbasis EEWM. Manfaat Penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kegiatan yang telah dilakukan oleh PRENJAK dalam mewujudkan EEWM. Metode Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah pesisir Dusun Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Pengumpulan Data Data primer didapatkan secara langsung dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan beberapa narasumber yang berasal dari masyarakat, instansi, dan pakar/akademisi. Sedangkan data sekunder didapatkan secara tidak langsung dengan cara studi literatur terhadap dokumendokumen yang berkaitan dengan objek penelitian pada beberapa instansi terkait Analisis Data Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif yang tujuannya adalah untuk mendeskripsikan apa yang berlaku saat ini dan di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang saat ini terjadi serta melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada (Mardialis : 2009). Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai konsep eco eduwisata di wilayah konservasi mangrove di Dusun Tapak Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Hasil Dan Pembahasan Kelurahan Tugurejo merupakan satu dari 177 kelurahan yang berada di Kota Jurnal EKOSAINS Vol. VI No. 1 Maret 2014 63

Semarang. Lokasinya yang berada di pinggir pantai dan berjarak cukup jauh dari pusat kota menyebabkan kelurahan tersebut tidak semaju kelurahan-kelurahan lain di Kota Semarang, utamanya yang berada di perkotaan. Sebagai daerah yang berpotensi rawan akan bencana abrasi akibat dampak perubahan iklim maka PRENJAK mulai melakukan kegiatan konservasi dan penyelamatan habitat khususnya hutan mangrove. Setalah PRENJAK melakukan proses rehabilitasi hutan mangrove di di kawasan pesisir Kelurahan Tugurejo dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Melihat potensi hutan mangrove yang telah direhabilitasi dapat dikembangkan untuk kegiatan lintas alam, memancing, berlayar, berenang, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi, pendidikan, piknik dan berkemah, serta adat istiadat penduduk lokal yang hidupnya bergantung pada keberadaan hutan mangrove maka dibuatlah eco edu wisata mangrove di Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Sebagai penjabaran dari pengembangan pariwisata berkelanjutan, dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa eko edu wisata merupakan konsep dari pengembangan pengelolaan lingkungan hidup melalui sektor pariwisata yang memberikan nilai tambah terhadap upaya pelestarian lingkungan (Braddon : 2001). Ekowisata lebih popular dan banyak dipergunakan dibandingkan dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberikan manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya pada masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler pada hakekatnya konservasionis (Fandeli : 2000). Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi (Fandeli : 2000 dalam Yulianda : 2007) : a.wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. b.wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan. c.ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan. Kegiatan Prenjak sebelum mewujudkan eco edu wisata mangrove. Kegiatan aksi pertama dalam rangka merehabilitasi kawasan pesisir Keluran Tugurejo yang dilakukan pada tahun 2008, PRENJAK melakukan penanaman mangrove 20.000 batang, pembibitan mangrove 50.000 batang serta membuat Alat pemecah Ombak (APO) sepanjang 100 meter kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) Bintari yang di fasilitasi oleh FOE Japan. Pada tahun 2009 melanjutkan kegiatan penanaman mangrove 50.000 batang dan melanjutkan kegiatan pembangunan APO sepanjang 100 meter dengan bekerjasama dengan LSM Bintari yang di fasilitasi oleh FOE Japan. Dilanjutkan dengan pembuatan jembatan pembibitan mangrove. Setelah itu Prenjak mulai membuat pembibitan mangrove secara mandiri. Pada tahun 2009 pengrus 64 Jurnal EKOSAINS Vol. VI No. 1 Maret 2014

PRENJAK mulai membuat konsep daerah yang sudah direhabilitasi mangrove menjadi daerah eco wisata. Setelah dapat dana dari penjualan bibit mangrove PRENJAK mulai membeli alat-alat untuk kelengkapan eco wisata. Pada tahun 2010 pemerintah mulai membantu dalam penanaman, pembibitan mangrove dan pembuatan perahu viber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang melalui program PNPM Mandiri. Pembuatan APO sepanjang 120 meter dilanjutkan dengan kerjasama LSM Bintari di fasilitasi oleh Mercy Corp. Amerika. Perhatian dari kalangan akademisi mulai melakukan penelitian penelitian dan kerjasama dengan Universitas Undip dan Unnes melakukan penanaman mangrove 4.000 batang. Kerjasama dengan pemerintah mulai dilanjutkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang dengan melanjutkan pembuatan APO sepanjang 145 meter dan penanaman mangrove sebanyak 15.000 batang serta pembibitan sebanyak 15.000 batang. Pada tahun 2011 mulai banyak kerjasama dengan kalangan dari berbagai yayasan dan perusahaan swata yang melakukan penanaman bibit mangrove. Pembuatan APO terus dilanjutkan dengan kerjasama pemerintah dan LSM Bintari yang difasilitasi oleh FOE Japan sepanjang 300 meter dan penanaman mangrove sebanyak 90.000 batang. Pada tahun 2011 menjadi salah satu destinasi eco wisata mangrove Kota Semarang, yang melakukan eco wisata mangrove pada saat itu stasiun televisi Tans dan global dengan acara memasak ala Farah Quinn, acara jejak petualang, dan petualangan panji. Tidak hanya wisatawan lokal wisatawan dari Jepang pun melakukan kegiatan eco wisata mangrove di Kelurahan Tapak Tugurejo. Pada tahun 2012 pembangunan APO tetap dilanjutkan dengan kerjasama Angaksapura, DKP Kota Semarang, dan FOE Japan sepanjang 400 meter. Dan penanaman mangrove 15.000 batang oleh DKP Kota Semarang. Untuk kegiatan eco edu wisata pada tahun 2012 dari PT Marimas, kegiatan shoting gadis petualang trans tv, foto pre-wedding, serta kegiatan edukasi dari kalangan mahasiswa (Unika), SMA SMP (Permata Bangsa) sampai SD negeri 02 (kerjasama dengan Green Community). Berdirinya sampai sekarang PRENJAK telah berhasil melakukan Kegiatan berupa dari: 1.Mangrove Cultivation (Pembibitan Mangrove) PRENJAK berhasil membibitkan mangrove jenis : a.bibit jenis Rhizophora apiculata b.bibit jenis Rhizophora stylosa c.bibit jenis Rhizophora mucronata d.bibit jenis Avicenia alba e.bibit jenis Bruguera gymnorizha 2.Mangrove Rehabilitation PRENJAK dan masyarakat Tapak melakukan rehabilitasi mangrove dengan penanaman rutin atas Pemerintah, NGO, Swasta dan akademisi. Sejak rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir beberapa Tahun yang lalu penanaman mangrove menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat dan pemuda Dusun Tapak, telah menanam kurang lebih 200 ribu bibit mangrove. 3.Eco Edu Wisata Mangrove Kegiatan eco edu wisata yang di sediakan PRENJAK pada tahun 2013 dapat dipilih sesuai kebutuhan wisatawan dengan berbagai paket yaitu : a.susur hutan mangrove dengan perahu tradisonal. b.pengenalan/pendidikan jenis mangrove. c.bird watching. d.membibitkan mangrove. e.menanam mangrove. f.panen ikan / gogoh. g.mengamati teknologi tepat guna (APO) Alat pemecah Ombak. h.pasar ikan tengah laut. i.pre-wedding Area. Jurnal EKOSAINS Vol. VI No. 1 Maret 2014 65

Di Dusun Dukuh Tapak Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang Terdapat Mangrove Education Centre (MEC). MEC ini terwujud atas kerjasama Pemerintah Kota Semarang, Swasta, Masyarakat (PRENJAK), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun 2011-2031, zona berdasarkan pola ruang wilayah Kota Semarang yaitu kawasan pantai berhutan bakau/mangrove adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan yang berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kawasan tersebut di tetapkan di kecamatan Tugu dan Kecamatan Genuk Meliputi : kelurahan Mangunharjo, Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, Randu Garut, Karanganyar, Tugurejo, Terboyo Kulon dan Trimulyo. Memprioritaskan Kelurahan Tugurejo dan karang anyar sebagai prioritas satu, Kelurahan Mangunharjo prioritas dua dan Kelurahan Mangakang Kulon sebagai prioritas tiga, sebagai kelurahan yang berpotensi terhadap pengembangan lahan dan tersedianya embrio kawasan eco edu wisata mangrove di Kecamatan Tugu Kelurahan Tugurejo Kota semarang. Hal ini di karenakan Pemerintah Kota Semarang melihat kemajuan dari proses rehabilitasi di wilayah pesisir Kota Semarang terutama di Kecamatan Tugu Kelurahan Tugurejo sangatlah berpotensi dalam dikembangkan untuk menjadi lahan konservasi yang berbasis eco edu wisata mangrove. Hal ini diwujudkan dengan Pemerintah Kota Semarang dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang mewujudkanya melalui Penyusunan Detail Enggineering Design (DED) Eco Edu Wisata Mangrove di Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Konsep dasar kawasan Eko Edu Wisata Mangrove (EEWM) adalah kawasan wisata alam sebagai wadah untuk memberikan serta meningkatkan pengetahuan dan pengalaman pengunjung terhadap ekosistem mangrove dan interaksinya (budidaya perikanan tambak). Objek wisata di utamakan pada ekosistem mangrove sebagai habitat flora dan fauna yang beraneka ragam dan memiliki karakteristik khas, serta kondisi geologis tapak dan sekitarnya sebagai objek visual dengan tidak meninggalkan adat budaya masyarakat setempat. Masyarakat selain merasakan dan melihat secara langsung suasana alami pada keadaan sebenarnya, sehingga diharapkan selain menyediakan sarana wisat alam, juga memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat terhadap kekayaan dan kelestarian sumber daya mangrove, serta meningkatkan kepedulian masyarakat untuk memelihara kelesatarian sumber daya alam terutama mangrove. Di dalam DED Konsep pengembangan EEWM terbagi mejadi 3 yaitu : a.konsep Ruang Pada EEWM ruang dijadikan wadah untuk aktivitas yang dilakukan sesuai dengan fungsi yang akan dikembangkan pada ruang tersebut. Berdasarkan fungsi yang akan dikembangkan ruang pada tapak diabagi menjadi : ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang wisata, ruang penyangga dan ruang konservasi. b.konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi wisata berbentuk menyebar, dimana ruang pelayanan menjadi titik pusat sirkulasi, menghubungkan dengan ruang yang lain. Karena letak area yang dikembangkan menyebar agar untuk memudahkan pengawasan pengunjung dan sumber daya alam c.konsep Wisata Konsep wisata yang dikembangkan pada kawasan EEWM menjadi dua yaitu aktivitas wisata yang bersfifat pendidikan dan non pendidikan. 66 Jurnal EKOSAINS Vol. VI No. 1 Maret 2014

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peran dari PRENJAK dalam mewujudkan daerah konservasi yang berbasis eco edu wisata mangrove di Kelurahan Tugurejo Kota semarang dapat disimpulkan sebagai berikut: Peran dari PRENJAK dalam rehabilitas mangrove di Kelurahan Tugurejo sudah baik. Dari proses kepedulian terhadap lingkungan dan mulai melakukan aksi rehabilitasi mangrove sampai terbentuknya daerah eco edu wisata mangrove di Kelurahan Tugurejo. Kegiatan PREN- JAK sangatlah perlu dijadikan contoh bagi pengembangan wilayah pesisir khususnya Kota Semarang karena telah terbukti dengan dengan tercipta kegiatan berupa eco edu wisata mangrove selain melakukan kegiatan rehabilitasi dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar wilayah tersebut. PRENJAK juga telah membuktikan kepeduliannya terhadap wilayah pesisir dengan mendapatkan berbagai penghargaan dari tingkat Provinsi sampai Nasional. Dengan kegiatan rehabilitasi mangrove sampai eco edu wisata oleh PRENJAK akhirnya ditidaklanjuti oleh Pemerintah Kota Semarang dengan membuat Mangrove Education Centre (MEC) dan konsep Detail Engineering Design (DED) Eco Edu Wisata Mangrove (EEWM) di Kecamatan Tugu Kota Semarang. Pemerintah Kota Semarang Juga menganggarkan Dana Alokasi Khusus untuk pembebasan lahan yang akan di buat daerah konservasi yang berbasis eco edu wisata mangrove di Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang agar dapat terciptanya pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berwawasan lingkungan. Daftar Pustaka Bahar, A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Braddon, K.2001. Ecotourism and Conservation. Kumpulan mata kuliah ekowisata. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang. 2012. Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Eco Edu Wisata Mangrove di Kecamatan Tugurejo Kota Semarang. : DKP Kota Semarang Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang. 2012. Penyusunan Rencana Pengembangan Lahan Konservasi Kota Semarang. : DKP Kota Semarang DPRD Kota Semarang. 2011. Laporan Hasil Pembahasan Pansus Raperda tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Perikanan. : DPRD Kota Semarang. Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Mardalis, 2009, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, bumi aksara, Jakarta Prenjak, 2012, Profil Perkumpulan Cinta Alam Tapak PRENJAK, Sekretariat PRENJAK, Semarang Selvi T. 2004. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat di Taman Wisata Teluk Youtefa Jayapura Papua. Bogor : Institut Pertanian Bogor Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya pesisir berbasis konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK Bogor : Institut Pertanian Bogor Jurnal EKOSAINS Vol. VI No. 1 Maret 2014 67