BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 2 DESKRIPSI CANDI BANGKAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

INTERAKSI KEBUDAYAAN

Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur


ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

UNIVERSITAS INDONESIA CANDI MIRI GAMBAR : TINJAUAN ARSITEKTUR PERCANDIAN MAJAPAHIT ABAD KE M SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

Perkembangan Arsitektur 1

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BENTUK ARSITEKTUR CANDI TEPAS. SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

87 Universitas Indonesia

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

ARSITEKTUR DAN FUNGSI CANDI PARI DENGAN CANDI RIMBI PADA MASA MAJAPAHIT (ARCHITECTURE AND FUNCTION OF RIMBI WITH PARI TEMPLE IN THE MAJAPAHIT AGE)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA CANDI BOYOLANGU: TINJAUAN ARSITEKTUR DAN ARKEOLOGIS SKRIPSI BERTHA L.A WASISTO NPM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN BENTUK MENARA SUDUT PIPI TANGGA CANDI MASA SINGHASARI-MAJAPAHIT SKRIPSI FAJRI DWI NUGROHO

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

di JAW A TE N GAH S E LATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

JURNAL STUDI TENTANG CANDI SIMPING DI DESA SUMBERJATI, KECAMATAN KADEMANGAN, KABUPATEN BLITAR

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1

PENEMUAN SEBUAH CANDI BATA DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH THE FINDING OF BRICK CONSTRUCTED TEMPLE IN THE NORTHERN COASTAL OF CENTRAL JAVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

Perkembangan arsitektur I

Istilah Arkeologi-Epigrafi. Oleh: Vernika Fauzan Alumni Arkeologi (Epigrafi) Universitas Indonesia

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 3 METODE PENELITIAN

Tipologi Miniatur Candi dan Perbandingannya dengan Fragmen Bangunan Kuno di Desa Pejeng dan Bedulu

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO

STUDI TENTANG CANDI BRAHU : KAJIAN TERHADAP FUNGSI CANDI ARTIKEL SKRIPSI

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

Sejarah Kerajaan Majapahit

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar!

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

DAFTAR ISI. A. Pendahuluan. B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil. C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Blitar memiliki banyak sektor pariwisata yang salah satunya

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

BAB III SITUS PENINGGALAN ISLAM KOMPLEK DESA SENDANGDUWUR

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

SUKUH, CANDI DI LERENG GUNUNG LAWU

Latihan Ulangan Semester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

Kajian Tipomorfologi Arsitektur Percandian Kayu di Jawa

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa

Jurnal Imajinasi Vol XI No. 2 - Juli Jurnal Imajinasi.

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA NAMA : VISALNI A/P GUNASEELAN NO MATRIK : NAMA PENSYARAH: AHMAD TARMIZI ZAKARIA

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BENTUK DAN FUNGSI BATU ANGKA TAHUN DI WILAYAH TROWULAN

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 2. bagaimana cara menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan pengunjung?

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko (1995), dan Agus Aris Munandar (1995). Menurut Pitono Hardjowardojo (1981:116), gaya arsitektur percandian di Jawa Timur hingga permulaan abad ke-13 M masih dipengaruhi oleh gaya seni Jawa Tengah. Contohnya bangunan gapura di kompleks Candi Belahan dari abad ke-10 M yang masih menunjukkan gaya arsitektur Jawa Tengah. Pitono membagi gaya arsitektur di Jawa Timur ke dalam dua gaya, yaitu gaya Kidal dan Jago. Menurut Agus Aris Munandar, percandian pada masa Majapahit dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: Gaya kesinambungan Singhasari-Majaphit, Gaya Jago, Gaya Brahu, Arsitektur punden berundak, dan Gaya Batur (Munandar, 1995:115-116). Menurut Hariani Santiko, candi-candi pada masa Majapahit dapat dikelompokkan menjadi lima gaya, antara lain adalah: Singhasari, Majapahit, Candi Kotes, Candi Naga, dan Candi Sukuh (Santiko1995:3-5). 85

86 Berdasarkan pengklasifikasian candi Jawa Timur oleh Pitono Hardjowardojo, Candi Bangkal termasuk ke dalam gaya Kidal. Jika dibandingkan dengan klasifikasi candi Majapahit menurut Agus Aris Munandar, Candi Bangkal dapat dikategorikan sebagai candi dengan Gaya kesinambungan Singhasari-Majaphit. Menurut pengklasifikasian yang dilakukan oleh Hariani Santiko, maka Candi Bangkal termasuk dalam kategori gaya Singhasari. Struktur Candi Bangkal terdiri dari tiga bagian yaitu, kaki, tubuh dan atap. Candi Bangkal terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, yaitu dominasi bata merah dan batu andesit. Candi di Jawa Timur yang memiliki bagian tubuh dan atap secara lengkap, keletakan tubuh serta atap yang berada pada pusat kaki bangunan, dan terbuat dari bahan dasar yang sama dengan Candi Bangkal, antara lain adalah Candi Kidal, Jawi, Singhasari, Kalicilik, dan Brahu. Pada komponen tangga naik, yang memiliki kemiripan dengan yang dimiliki dengan Candi Bangkal adalah Candi Pari dan tangga naik teras ke tiga Candi Jago. Namun Candi Pari juga tidak memiliki pipi tangga naik yang utuh, sehingga proses pembandingan dengan tangga naik Candi Pari tidak dapat menghasilkan kesimpulan asumsi bentuk pipi tangga naik Candi Bangkal. Sedangkan pada tangga naik teras ke tiga Candi Jago masih dapat ditemukan pipi tangganya, dan pipi tangga tersebut berbentuk volut. Maka dapat diasumsikan bahwa tangga naik yang terdapat pada candi Bangkal adalah tangga naik yang memiliki pipi tangga berentuk volut, jika mengacu pada tangga naik teras ketiga pada Candi Jago. Pipi tangga naik menuju garbhagrha juga berada dalam kondisi yang tidak utuh. Jika mengacu kepada bentuk tangga naik menuju batur yang memiliki kesamaan dengan tangga naik teras ke tiga Candi Jago, maka dapat dipastikan bahwa tangga naik yang menuju garbhagrha memiliki bentuk volut. Pada umumnya pipi tangga naik yang berbentuk volut terdapat hiasan pada bagian atasnya maupun motif tumpal pada bagian muka pipi tangga naik. Jumlah dan keletakan relung pada Candi Bangkal menyerupai dengan yang dimiliki oleh candi Hindu. Seperti pada umumnya candi yang berlatar belakang keagamaan Hindu di Jawa Timur. Relung-relung yang kosong pada tubuh candi umumnya diisi oleh Nandiswara pada sebelah kiri pintu masuk, serta Mahakala pada

87 sebelah kanannya. Pada sisi utara terdapat arca Agastya yang mengisi relung tersebut, pada relung sisi timur diisi oleh arca Ghanesa serta sisi selatan diisi oleh arca Durga. Keletakan arca beserta relungnya adalah berdasarkan arah hadap muka candi. Bila suatu candi menghadap ke arah timur, maka keletakan Ghanesa berada di barat, sementara Nandiswara serta Mahakala berada pada sebelah barat. Serta pada garbhagrha berisi lingga sebagai perwujudannya. Tidak ditemukan adanya indikasi percampuran kepercayaan seperti yang terjadi pada Candi Jago. Seperti pada umumnya candi Hindu di Jawa Timur yang memiliki atap sikhara, bentuk kemuncaknya adalah mastaka / kubus. Oleh karena itu dapat disimpulkan bawa Candi Bangkal memiliki bentuk kemuncak yang sama. Bentuk perwara Candi Bangkal adalah persegi panjang, yang terletak tepat di bagian depan candi. Bentuk perwara yang memanjang juga dimiliki oleh Candi Jawi dan Candi Kidal, tetapi sayangnya kedua candi tersebut juga memiliki perwara yang berada pada kondisi yang tidak utuh. Pada salah satu relief yang terdapat di Candi Jago, dipahatkan bangunan dengan batur memanjang, dan bangunan yang berada pada bagian atasnya adalah sejumlah tiang dengan atapnya yang berbentuk tumpang. Jika demikian sangat mungkin struktur bata memanjang yang terletak tepat di depan Candi Bangkal merupakan suatu batur, dengan sejumlah tiang untuk menyangga atap yang berbentuk tumpang pada bagian atasnya. Sejumlah tiang dan atap yang terdapat di atas batur tersebut kemungkinan terbuat dari bahan yang mudah rusak seperti kayu maupun ijuk. Hal tersebut juga dapat menjelaskan mengapa yang tersisa dari bangunan perwara Candi Bangkal hanya baturnya saja. Umumnya pada perwara, terdapat objek sakral didalamnya. Pada Candi Bangkal tidak data yang tersisa yang dapat menjelaskan objek sakral tersebut, begitupun yang terjadi pada sejumlah candi yang memiliki betuk perwara yang sama seperti pada Candi Jawi dan Candi Kidal. Tidak terdapat prasasti, karya sastra kuno ataupun angka tahun yang tertera pada candi yang dapat menjelaskan tahun pembuatan Candi Bangkal. Tetapi berdasarkan keletakan candi beserta sejumlah aspek arsitekturalnya seperti bahan dasar serta hiasan sinar Majapahit. Maka dapat disimpulkan bahwa Candi Bangkal dibangun pada masa kerajaan Majapahit.

88 Keistimewaan Candi Bangkal adalah tangga naik, motif tapak dara, motif kerang, relief tokoh mengendarai kuda, denah perwara persegi panjang, serta merupakan candi bata dengan kepala Kala yang terbuat dari batu andesit. Kesamaan tangga naik dimiliki oleh Candi Pari (1371 M) dan Candi Jago (1343 M). Kesamaan motif Tapak Dara dimiliki oleh: Candi Ngetos (Abad ke-14 M) dan Candi Sawentar (Akhir abad ke-13 M). Kesamaan motif Kerang dimiliki oleh Candi Sawentar (Akhir abad ke-13 M). Kesamaan hiasan batu sungkup dimiliki oleh Candi Sawentar (Akhir abad ke-13 M) dan Candi Kalicilik (1349 M). Denah perwara persegi panjang dimiliki oleh Candi Jawi (1293, 1331 M) dan Candi Kidal (awal abad ke-13 M) (Munandar, 2005. Inajati dan Soekmono, 2003). Berdasarkan sejumlah pembandingan keistimewaan Candi Bangkal di atas maka dapat terlihat bahwa candi pembanding Candi Bangkal dibangun pada sekitar abad ke-14 M. Kecuali Candi Sawentar dan Jawi yang telah dibangun sejak Singhasari, selebihnya candi-candi pembanding tersebut memiliki kronologi yang berasal dari sekitar abad ke-14 M. Bentuk arsitektur Candi Bangkal adalah: Tubuh berada pada pusat kaki bangunan, memberi kesan tinggi dan kurus, dan terbuat dari dominasi bata merah serta sebagian antefiks, atau yang keseluruhannya terbuat dari bata merah. Candi yang memiliki gaya arsitektural yang sama serta memiliki keistimewaan yang sama dengan Candi Bangkal antara lain adalah: Candi Ngetos (Abad 14 M) dengan keistimewaan motif Tapak Dara, Candi Kalicilik (1349 M) dengan keistimewaan hiasan batu sungkup serta kesamaan bahan pembuat, Candi Pari (1371 M) dengan keistimewaan bentuk tangga naik. Maka dapat disimpulkan, bahwa Candi Bangkal dibangun pada abad ke-14 M. Di antara candi-candi pembanding yang secara arsitektural mirip serta memiliki keistimewaan yang sama dengan Candi Bangkal, hanya Candi Kalicilik dan, Candi Jago dan Candi Pari yang memiliki kronologi yang jelas, yaitu 1349 M untuk candi Kalicilik, 1343 M untuk Candi Jago, serta 1371 M untuk Candi Pari.Pada Candi Jago oleh karena hanya tangga naik teras ke tiganya saja yang menyerupai, sedangkan Candi Pari tangga naiknya memiliki lebih banyak kesamaan dengan Candi Bangkal. Maka hanya Candi Pari saja yang akan digunakan sebagai acuan. Pada Candi Kalicilik, keistimewaan yang sama adalah pada hiasan batu sungkup. Walaupun detail hiasannya tidak begitu sama, oleh karena hiasan yang terdapat pada

89 Candi Bangkal dapat dikatakan memiliki detail yang lebih banyak. Sedangkan pada Candi Pari keistimewaan yang sama terletak pada bentuk tangga naik. Maka dapat disimpulkan bahwa Candi Bangkal secara arsitektural dapat menjembatani antara kedua candi tersebut, lebih jauh lagi dapat diasumsikan bahwa Candi Bangkal memiliki kronologi di antara Candi Kalicilik dan Candi Pari, yaitu antara kurun waktu 1349-1371. Selain hiasan batu sungkup, lebih jauh lagi kesamaan antara Candi Bangkal dengan Candi Kalicilik antara lain terletak pada proporsi luas alas beserta tinggi serta bahan pembuatan. Sedangkan pada Candi Pari selain bentuk tangga naik, sejumlah kesamaan yang dimiliki Candi Pari dengan Candi Bangkal dapat dikatakan juga dimiliki oleh Candi Kalicilik. Kemiripan Candi Bangkal dengan Candi Pari terletak pada aspek arsitektural yang dapat dikatakan signifikan, oleh karena tangga naik yang dimiliki oleh Candi Bangkal ditemukan padanannya pada Candi Pari. Tetapi dapat dikatakan bahwa Candi Bangkal lebih banyak mempunyai kesamaan secara arsitektural dengan Candi Kalicilik dibandingkan dengan Candi Pari. Maka dapat diasumsikan bahwa kronologi Candi Bangkal lebih mendekati Candi Kalicilik dibandingkan dengan Candi Pari. Kurun waktu didirikannya Candi Kalicilik dan Candi Pari adalah 1349-1371 M, titik tengah dari kurun waktu tersebut adalah 1360 M. Maka jika memang Candi Bangkal memiliki kronologi yang lebih mendekati kepada Candi Kalicilik, seharusnya candi tersebut dibangun antara tahun 1349 dan tidak lebih dari tahun 1360 M, atau sekitar tahun 1355 M. Pada sekitar kurun waktu 1349-1350 M Majapahit berada di bawah kekuasaan raja Hayam-Wuruk (1350-1389), di bawah kekuasaanya Majapahit mencapai puncak kejayaan. Selama menjabat sebagai raja Majapahit, Hayam Wuruk dibantu oleh seorang patih bernama Gajah Mada (Sumadio, 1983: 435-439). Beberapa kepercayaan yang berkembang pada kerajaan Majapahit adalah: agama Hindu-Siwa, agama Buddha, Agama Islam serta kepercayaan asli. Hal tersebut dapat diketahui dari sejumlah tinggalannya, serta dari sejumlah inskripsi kuno yang menyebutkan agama-agama yang berkembang pada masa Majapahit. Pada Candi Bangkal, sisa bangunannya hanya mengindikasikan kepercayaan agama Hindu, dan umumnya yang berkembang pada masa Majapahit adalah Hindu-Siwa.

90 Hal tersebut antara lain dapat terlihat dari jumlah serta keletakan relung candi yang serupa dengan candi Hindu pada umumnya (Kusen, 1993:91-92). Pada masa Majapahit juga terdapat panggabungan kepercayaan, yang di antaranya adalah penggabungan agama Hindu dan Budha. Menurut kitab Arjunawijaya dan Sutasoma karangan Mpu Tantular. Disebutkan bahwa dewa Siwa dan sang Buddha pada hakekatnya adalah sama. Percampuran semacam itu antara lain dapat ditemukan pada Candi Jawi, hal tersebut terutama dapat terlihat dari atap candi yang berupa stupa (Kusen 1993: 92). Indikasi penggabungan kepercayaan agama Hindu dan Buddha seperti yang terjadi pada Candi Jawi, tidak dapat ditemukan pada Candi Bangkal. Maka yang terlihat dari sisa bangunannya hanyalah kepercayaan agama Hindu, dan pada umumnya agama Hindu yang berkembang pada masa Majapahit adalah agama Hindu-Siwa. Maka dapat disimpulkan bahwa Candi Bangkal berlatar belakang keagaaman Hindu-Siwa, yang memuja dewa Siwa sebagai dewa tertinggi setelah dewa Wisnu maupun Brahma. Hal mengenai Candi Bangkal yang masih menjadi pertanyaan adalah penyebab terjadinya banjir pada situs Candi Bangkal. Dengan mempertimbangkan proses pendirian suatu candi, maka akan cukup sulit mempercayai bahwa para pendiri candi gagal mempertimbangkan aspek banjir pada proses pemilihan lokasi candi.