ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS DAN KETENTUAN INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC ORGANIZATION (IHO)

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGATURAN SPOOR DAN JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

Materi : Bab II. KARTOGRAFI Pengajar : Ir. Yuwono, MS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Konsep Kartografi (Konv ensional)

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

Home : tedyagungc.wordpress.com

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Abstrak PENDAHULUAN.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi) : Mahasiswa memahami gambaran umum perkuliahan dan silabus pemetaan resort

IDA AYU RACHMAYANTI T.GEOMATIKA FTSP-ITS 2009

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh)

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

Kata Kunci : Landreform, Pengukuran, Pemetaan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

Abstrak. Ria Widiastuty 1, Khomsin 1, Teguh Fayakun 2, Eko Artanto 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, 60111

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. A. H. Nasution No. 264 Bandung

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

Adipandang YUDONO

Oleh: Alfian Sukri Rahman Dosen Pembimbing: Ir. Yuwono, MT Udiana WD, ST, MT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141 TAHUN 2017 TENTANG PENEGASAN BATAS DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

BAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap)

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

Analisa Kesesuaian Kartografi Peta Desa Skala 1:5000 Berdasarkan Peraturan Kepala BIG Nomor 3 Tahun 2016 (Studi Kasus: Desa Beran Kabupaten Ngawi)

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. analisis terhadap sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi.

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Inventarisasi Wisata Kesenian Dan Budaya Kota Cirebon Dengan Sistem Informasi Geografis

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT

KAJIAN KEPEMILIKAN SUMBER DAYA ALAM NON HAYATI DALAM WILAYAH 12 MIL LAUT (STUDI KASUS : Pulau Pagerungan Besar dan Kecil, Kabupaten Sumenep) Abstrak

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

III METODE PENELITIAN

SIDANG TUGAS AKHIR RG

STUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1

PENENTUAN AZIMUTH PADA PENGAMATAN BINTANG DENGAN METODE DIURNAL CIRCLE. Oleh : Yoel Prawiro C Pembimbing :

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Sidang Ujian Tugas Akhir Oleh : FLORENCE ELFRIEDE SINTHAULI SILALAHI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

NUR MARTIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

Transkripsi:

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI 19-6726-2002 Pristantrina Stephanindra, Ir.Yuwono MT Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia Email : Pristy_8488@yahoo.com Abstrak Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) merupakan peta yang menggambarkan tentang daerah-daerah lingkungan pantai yang ada di Indonesia. Peta sebagai sarana informasi untuk masyarakat harus mempunyai kemampuan memberikan data dan informasi permukaan bumi secara dinamis, selain itu peta harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, menarik, mudah dipahami dan dimengerti oleh semua pihak. Semua jenis peta harus dibuat sesuai dengan standar nasional dan ketentuan yang berlaku serta memperhatikan aspek-aspek kartografis sehingga peta yang beredar di masyarakat akan seragam dan tidak menimbulkan kerancuan. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan analisa aspek kartografis dan aspek geodetis dengan cara membandingkan unsur-unsur kartografis dan geodetis dalam peta LPI Selat Madura dan Probolinggo dengan ketentuan yang terdapat pada SNI 19-6726-2002 terbitan BSN (Badan Standardisasi Nasional) Hasil analisa Tugas Akhir ini yaitu peta LPI Selat Madura maupun peta LPI Probolinggo yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional) yang bekerja sama dengan DISHIDROS (Dinas Hidro-Oseanografi) perlu ditinjau ulang dan dilakukan revisi. Kata kunci : Peta LPI, Kartografi, SNI PENDAHULUAN Latar Belakang Peta sebagai sarana informasi untuk masyarakat harus mempunyai kemampuan memberikan data dan informasi permukaan bumi secara dinamis, selain itu peta harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, menarik, mudah dipahami dan dimengerti oleh semua pihak. Semua jenis peta harus dibuat sesuai dengan standar nasional dan ketentuan yang berlaku serta memperhatikan aspek-aspek kartografis sehingga peta yang beredar di masyarakat akan seragam dan tidak menimbulkan kerancuan. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) sebagai instansi milik negara yang terkait dengan bidang survei dan pemetaan, yang memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pengembangan, pengelolaan, pembinaan dan koordinasi di bidang survei dan pemetaan termasuk didalamnya untuk membuat dan mengeluarkan peta seperti peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI), peta Lingkungan Laut Nasional (LLN), dan sebagainya. Pembuatan berbagai macam peta tersebut akan dikaji dengan acuan tertentu seperti aspek kartografis dan aspek geodetis. Bakosurtanal menggunakan acuan yang diterbitkan oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional) yaitu SNI (Standart Nasional Indonesia) 19-6726-2002 dimana acuan ini juga mengacu pada Peta No.1/ Chart No.1 yaitu suatu pedoman internasional dari International Hydrographic Organization (IHO) yang diterbitkan oleh Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) sebagai instansi yang terkait dengan bidang survei hidrografi, kelautan dan navigasi yang juga mempunyai wewenang dalam menentukan acuan yang dipakai untuk pembuatan peta khususnya peta laut (nautical chart) dan termasuk didalamnya adalah pembuatan peta LPI.

Hal-hal tersebut diatas yang menjadi alasan adanya suatu analisa peta sehingga didapatkan informasi keakuratan peta keluaran BAKOSURTANAL yang bekerja sama dengan DISHIDROS dan hasil analisa tersebut dapat dijadikan masukan/rekomendasi bagi instansi yang bersangkutan ketika akan membuat peta selanjutnya. Metodologi Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. Letak geografis kota Surabaya yaitu 7 17'13 LS dan 112 44 19 BT. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kesesuaian standar kartografis peta LPI Selat Madura dan peta LPI Probolinggo tersebut berdasarkan SNI 19-2. Bagaimana kesesuaian aspek geodetis peta LPI Selat Madura dan peta LPI Probolinggo yang digunakan sebagai pembanding dalam penulisan kali ini. Batasan Masalah 1. Peta yang digunakan adalah Peta LPI Selat Madura tahun 1994 skala 1 : 250.000 dan peta LPI Probolinggo tahun 1993 skala 1 : 50.000 terbitan BAKOSURTANAL. 2. Acuan yang digunakan untuk analisa peta LPI yaitu SNI 19-6726-2002 tentang peta LPI terbitan Badan Standardisasi Nasional (BSN). 3. Analisa yang dilakukan yaitu analisa aspek kartografis yang didalamnya juga terdapat analisa aspek geodetis. 4. Hasil akhirnya adalah berupa analisa peta LPI selat Madura dan peta LPI Probolinggo, serta masukan/rekomendasi untuk pembuatan peta LPI edisi selanjutnya yang akan dibuat oleh instansi yang bersangkutan. Tujuan Tugas Akhir 1. Melakukan analisa terhadap peta LPI berdasarkan aspek kartografis dan aspek geodetis yang tercantum dalam SNI 19-6726- 2002. 2. Mengetahui apakah peta LPI yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL sudah sesuai atau belum dengan ketentuan berdasarkan SNI 19-3. Memberikan masukan/rekomendasi kepada instansi yang terkait dengan pembuatan peta tersebut. Gambar 1. Lokasi Penelitian Data dan Peralatan Data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini antara lain : 1. Peta LPI Selat Madura tahun 1994 skala 1 : 250.000 terbitan BAKOSURTANAL 2. Peta LPI Probolinggo tahun 1993 skala 1: 50.000 terbitan BAKOSURTANAL 3. SNI 19-6726-2002 terbitan BSN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Perangkat Keras (Hardware) a. Personal Computer yang digunakan untuk proses pengolahan data dan penulisan laporan. b. Printer untuk mencetak hasil penelitian dan laporan c. Scanner d. Flashdisk e. Alat tulis kantor 2. Perangkat Lunak (Software) a. Sistem Operasi Windows XP Proffesional yang digunakan untuk menjalankan semua software.

b. Microsoft Office 2007 untuk penulisan Tugas Akhir Metodologi Penelitian - SNI 19-6726-2002 Analisa Peta dari Aspek Kartografis -Bentuk -Warna -Ukuran -Kesesuaian Peta LPI -Skala 1 : 50000 -Skala 1 : 250000 Scanning -Cropping simbol, gambar, singkatan-singakatan, informasi tepi, batas, dsb. Rekomendasi Kesimpulan Analisa Peta dari Aspek Geodetis -Datum Vertikal -Sistem Proyeksi -Sistem Koordinat Gambar 2 Diagram Alir Pengolahan Data Berikut ini adalah penjelasan diagram alir tahap pengolahan data : 1. Data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain ialah a. Peta LPI Selat Madura 1 : 250.000 Tahun 1994; b. Peta LPI Probolinggo skala 1 : 50.000 Tahun 1993; c. SNI 19-2. Proses yang dilakukan sebelum melakukan analisa peta antara lain : a. Scanning dua peta LPI tersebut agar menjadi softcopy dan dapat diolah di PC b. Cropping simbol-simbol atau unsur-unsur dalam peta LPI yang akan dijadikan bahan analisa dan pembahasan dalam penulisan Tugas Akhir ini. 3. Analisa peta LPI Selat Madura dan peta LPI Probolinggo sebagai pembanding dalam kesesuaiannya (aspek kartografis) dengan ketentuan SNI 19-6726-2002 dan analisa ketentuan geodetis yang ada, yaitu datum vertikal yang digunakan, sistem proyeksi dan sistem koordinatnya. 4. Hasil akhirnya adalah berupa analisa, lalu rekomendasi dan masukan-masukan untuk instansi yang terkait dengan pembuatan peta LPI tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut tabel hasil perbandingan unsur kartografi pada Peta LPI dengan SNI 19-6726- 2002, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa unsur yang belum sesuai dengan standart antara lain daerah pemukiman, tempat ibadah, makam, tanki air, tanki bahan bakar, jalan arteri, jalan lain, jalan setapak, jalan kereta api tunggal, stasiun, bandar udara, bandar udara perintis, garis kontur bantuan, tebing, bukit pasir, titik kontrol, kebun, belukar, empang/tambak, penggaraman, sumber air, pelampung suar serta sero. Unsur-unsur tersebut tidak sesuai dengan standart dilihat dari segi kartografisnya seperti warna, bentuk, tekstur dan terdapat juga dari segi pencetakan/penulisannya yang kurang jelas. Untuk informasi tepi peta lainnya yang harus terdapat pada peta antara lain judul peta, skala peta, nama peta, diagram lokasi, logo dan alamat instansi pembuat peta, edisi, keterangan riwayat, sumber data, petunjuk pembacaan koordinat UTM dan koordinat geografi, pembagian daerah administrasi, gambar skala, singkatan, kesamaan arti, interval kontur, serta gambar arah utara (US (Utara Sebenarnya) ; UG (Utara Grid) ; UM (Utara Magnetik) dan deklinasi magnetik). Seluruh unsur informasi tepi ini tercantum pada kedua peta LPI dan telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada SNI 19- Analisa Dan Perbandingan Unsur-unsur Geodetis pada Peta LPI dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Sistem Proyeksi Untuk sistem proyeksi yang digunakan pada peta LPI Selat Madura tahun 1994 dan peta LPI Probolinggo tahun 1993 yaitu proyeksi TM sedangkan pada ketentuan SNI 19-6726-2002 seharusnya peta LPI dibuat dengan menggunkan sistem proyeksi UTM. Dari data yang ada dapat kita lihat bahwa memang peta LPI yang dibuat pada saat itu belum mempunyai standart khusus karena standart tersebut baru dibuat tahun 2002 dan belum terdapat peta LPI Selat Madura dan

Probolingo edisi terbaru yang telah sesuai standart. Lalu dari sistem datum horizontal yang digunakan, pada kedua peta LPI tersebut masih menggunakan Indonesia Datum 74 (ID-74) yang menggunakan ellipsoid GRS-67 dengan parameter : a = 6,378,160.00 m 1/f = 298.847 Sedangkan pada SNI seharusnya datum horizontal yang digunakan adalah Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang saat ini umum digunakan untuk survey dan pemetaan di Indonesia, mengacu pada ellipsoid WGS84 dengan parameter : a = 6,378,137.00 m 1/f = 298.257223563 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penulisan maupun dasar pembuatan peta LPI masih berbeda dengan ketentuan yang ada karena SNI baru dibuat tahun 2002 sedangkan peta tersebut merupakan edisi lama tahun 1993 dan 1994. Sistem Koordinat Sistem koordinat yang digunakan dalam kedua peta LPI tersebut adalah sistem koordinat geografis dan sistem koordinat UTM. Pemakaian koordinat UTM tersebut dapat dilihat dari adanya grid yang menunjukkan bahwa terdapat sumbu X dan Y yang bernilai sesuai dengan ketentuan koordinat UTM yaitu di sekitar angka 500,000 m dan 10,000,000 m. Lalu terdapat bacaan untuk koordinat geografis yang dinyatakan dalam lintang dan bujur. Sesuai pada SNI 19-6726-2002 bahwa sistem koordinat yang digunakan ialah sistem koordinat geografis dan UTM. Datum Vertikal Datum vertikal yang digunakan peta LPI Selat Madura skala 1: 250.00 adalah muka air laut di Surabaya Jawa Timur, dan datum vertikal yang digunakan peta LPI Probolinggo skala 1: 50.000 adalah muka air laut di Probolinggo. SNI menuliskan bahwa datum vertikal didasarkan pada rata-rata air rendah terendah hasil perhitungan dari data stasiun permanen atau stasiun pasang surut temporal berdasarkan pengukuran pasang surut minimal 29 piantan. Didalam peta LPI tersebut terdapat penulisan yang kurang mendetail sehungga menimbulkan kerancuan, karena ada beberapa definisi dari muka air laut ada yang dapat dijadikan datum vertikal. Prosentase Kelengkapan Peta Untuk peta LPI Selat Madura skala 1: 250.000 : Ketidak sesuaiannya 16/87 100% = 18,4% Sesuai 100% - 18.4% = 81.6% Ket : 16 = jumlah unsur yang tidak sesuai dengan ketentuan SNI 87 = jumlah unsur yang terdapat dalam peta LPI yang dibahas dalam penelitian Tugas Akhir Untuk peta LPI Probolinggo skala 1: 50.000 : Ketidak sesuaiannya 22/105 100% = 21% Sesuai 100% - 21% = 79% Ket : 22 = jumlah unsur yang tidak sesuai dengan ketentuan SNI 105 = jumlah unsur yang terdapat dalam peta LPI yang dibahas dalam penelitian Tugas Akhir Pada SNI 19-6726-2002 ditentukan bahwa syarat kelengkapan dan kesesuaian peta minimal 95%, sehingga dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua peta LPI tersebut belum memenuhi syarat kelengkapan dan kesesuaian peta. PENUTUP Kesimpulan Dalam penelitian Tugas Akhir ini telah dilakukan analisa aspek kartografis dan geodetis terhadap peta LPI Selat Madura dan peta LPI Probolinggo sehingga menghasilkan kesimpulan antara lain : 1. Jika ditinjau dari standar peta menurut SNI 19-6726-2002, pada peta LPI Selat Madura Edisi I-1994 yang belum sesuai dengan standart yaitu : a. Unsur kartografi : daerah pemukiman, tempat ibadah, jalan arteri, jalan lain, jalan setapak, jalan kereta api tunggal, stasiun, Bandar udara, garis kontur bantuan, tebing, bukit pasir, titik kontrol, kebun, belukar, empang/tambak,

penggaraman, pelampung suar, serta sero. b. Unsur geodetis : sistem proyeksi dan datum vertikal 2. Jika ditinjau dari standar peta menurut SNI 19-6726-2002, pada peta LPI Probolinggo Edisi I-1993 yang belum sesuai dengan standart yaitu : a. Unsur kartografi : daerah pemukiman, tempat ibadah, makam, tanki air/bahan bakar, jalan arteri, jalan lain, jalan setapak, jalan kereta api tunggal, stasiun, bandar udara, bandar udara perintis, tebing, bukit pasir, titik kontrol, kebun, belukar, empang/tambak, serta penggaraman. b. Unsur geodetis : sistem proyeksi dan datum vertikal 3. Prosentase kelengkapan dan kesesuaian peta LPI Selat Madura sebesar 81.6% dan peta LPI Probolinggo sebesar 79%, sehingga dapat dikatakan kedua peta LPI tersebut belum memenuhi syarat yang ditentukan oleh SNI 19-6726-2002 yaitu minimal sebesar 95%. Saran Untuk pembuat peta atau penerbit peta disarankan agar dalam membuat peta sebaiknya lebih memperhatikan dan melengkapi baik dari segi kartografisnya maupun keterangan lainnya sesuai dengan ketentuan SNI minimal 95% kesesuaian dan kelengkapan peta, sehingga user akan lebih mudah memahami dan memanfaatkan peta tersebut secara maksimal. Rekomendasi 1. Sebaiknya pembuatan peta LPI dilakukan secara seksama, mendetail dengan mengacu pada SNI 19-6726-2002 sehingga peta LPI tersebut sesuai dan lengkap 100%. 2. Jika ingin melakukan pembangunan di daerah pantai maka sebaiknya tinjau kembali peta LPI yang berisi informasi tentang keadaan terkini tentang pantai tersebut. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2002. Rancangan Standar Nasional Indonesia Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia skala 1: 50.000. Jakarta. Dinas Hidro-Oseanografi, TNI-AL. 2000. Chart No.1, Simbol-simbol Dan Singkatan-singkatan Peta Laut. Jakarta Google,2009. <URL: http://www.bakosurtanal.go.id>. Dikunjungi pada tanggal 11 September 2009, pukul 22.15 WIB Kelompok Kerja Geodesi. 2006. Panduan Teknis Transformasi Datum Dan Konversi Sistem Proyeksi Peta. Cibinong : BAKOSURTANAL Lathifa, N. 2005. Analisa Peta Tata Guna Tanah Ditinjau Dari Segi Kartografis. Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geomatika Mustika Sari, SF. 2003. Evaluasi Terhadap Peta Surabaya Karya Enrique dari Segi Kartografis. Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geomatika Poerbandono, dan E. Djunarsjah. 2005. Survei Hidrografi. Bandung : Refika Aditama Purwoharjo, U. 1986. Hitung Dan proyeksi Geodesi II (Proyeksi Peta). Bandung : ITB Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. Bandung : ITB Sukojo, B.M. 2004. Buku Ajar Hitung Proyeksi Geodesi. Surabaya : Program Studi Teknik Geodesi FTSP- ITS Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai. Jogjakarta : Beta Offset. Wikipedia,2009. <URL : http://en.wikipedia.org/wiki/international_hydr ographic_organization>. Dikunjungi pada tanggal 30 Maret 2009, Pukul 11.00 WIB. Wikipedia,2009. <URL : http://en.wikipedia.org/wiki/peta >. Dikunjungi pada tanggal 29 Maret 2009, Pukul 15.00 WIB. Wirawardhana, R. 2008. Pembuatan Peta Wisata Gunung Bromo Jawa Timur Dengan Menggunakan Metode Kartografis. Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geomatika. Yuwono. 2000. Kartografi Dasar GD 1411. Surabaya : Program Studi Teknik Geodesi FTSP-ITS