MAKALAH. Oleh : Tuti Nurhayati NPM :

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

MAKALAH. Oleh MIA KUSMIATI NPM :

MODEL PEMBELAJARAN CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU DI KELAS VIII SMPN 2 KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FAST WRITING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

M A K A L A H. Disusun oleh : IRNA IRAWATI NIM

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

DEVI SURYADI

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA PENDEK DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING DI KELAS VII SMPN II TAROGONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh : Eneng Monawarotul Fuadah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

Rika Kustina 1 dan Marhamah 2. Abstrak. Kata Kunci: Struktur Teks Cerpen, Number Heads Together, Pembelajaran Kooperatif

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA LAGU DAERAH SUMBAWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMAN 1 SEKONGKANG

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS X SMA KARTIKA SILIWANGI 4 CIMAHI

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN WHOLE LANGUANGE PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

Oleh : ATENG SUDRAJAT NIM

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINEKTIK PADA SISWA KELAS VI SDN JAYARAGA 2 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

USMAN SYARIP HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS WACANA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI DI KELAS VIII SMPN 1 SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

MAKALAH. Oleh DINI NURHAYATI NPM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai

Menggunakan Teknik Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V di SDN 1 Sindanglaya.

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP GILANG KENCANA GARUT TAHUN PELAJARAN

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Anisah Prabawati NIM pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Kata kunci: Menulis cerpen, metode kuantum

hitung = 6,71 > t tabel = 2,01 maka hipotesis nihil (H o ditolak, sedangkan

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA OLEH SISWA KELAS VIII SMP PGRI 9 PERCUT SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 OLEH

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SDN WANASARI 12 KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

M A K A L A H. Disusun oleh : WIWI WIYATI NIM

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

Nama : Aris Jatnika Sujana NIM :

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK DRAMA

USMAN SYARIP HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

pembelajaran sejak dasar. Sehubungan dengan empat keterampilan berbahasa, sesungguhnya sangat jarang suatu jenis keterampilan berbahasa digunakan

DANI KURNIA NIM

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF JIGSAW DI KELAS V SDN BABAKAN SURABAYA 2 KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

Oleh : Maria Krisnauli Manik Dr. Rosmawaty, M.Pd. Abstrak

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)

PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PENGAJARAN KOSAKATA BAHASA ARAB

PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA ALAM DAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 DARMA

kreatif, dan inovatif. Untuk itu, PEMBELAJARAN penulis melakukan sebuah MEMPRODUKSI TEKS pembelajaran memproduksi teks ULASAN DRAMA DENGAN

MAKALAH. Oleh: SITI NURFAUJIAH NPM :

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

MAKALAH. Oleh ETI SUHARTINI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Lestari Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

Oleh: Wahdaniah, S.Pd.,M.Pd.

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

UJI COBA PENGGUNAAN PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS 5 SDN KADUNGORA 1 GARUT MAKALAH.

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

Oleh Deby Maria Juliana Purba Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

ABSTRAK. Kata kunci: Pembelajaran Elaborasi, Menulis cerpen. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

MAKALAH. Oleh NURDIANTI

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PESAN SINGKAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS VII

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UJI COBA PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH PIDATO BERDASARKAN MODEL PENUGASAN DI KELAS VI SDN SUKARAJA 2 KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT MAKALAH

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH. Oleh IWAN HERAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Matematika OLEH :

Oleh Desty Junita Sitohang Dra. Rosdiana, Siregar, M.Pd. Abstrak

PENERAPAN MODEL BERTUKAR PASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KEMBALI DONGENG PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON

Ayunda Riska Puspita 1 Heri Suwignyo 2 Karkono 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

PENGARUH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU) TERHADAP PEMAHAMAN FAKULTAS PSIKOLOGI

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Transkripsi:

MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TWO STAY-TWO STRAY DIKELAS VII SMP NURUL MUTAQIN CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH Oleh : Tuti Nurhayati NPM : 1021.1059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TWO STAY-TWO STRAY DIKELAS VII SMP NURUL MUTAQIN CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Tuti Nurhayati NPM : 1021.1059 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah keefektifan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran apresiasi puisi. Metode yang digunakan penulis adalah metode eksperimen semu dengan rancangan pretes-postes one group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Nurul Mutaqin Cisurupan. Sampel yang digunakan adalah kelas VII-4 sebanyak 39 orang. Penelitian diawali oleh uji awal, yaitu mengapresiasi cerpen tanpa menggunakan teknik two stay-two stray. Setelah kemampuan awal diketahui, penulis melakukan kegiatan pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan teknik two stay-two stray. Dalam kegiatan pembelajatan ini, penulis memberikan tiga kali perlakuan berupa uji coba mengapresiasi cerpen dengan menggunakn teknik two stay-two stray. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, penulis melaksanakan uji akhir. Berdasarkan data hasil tes, diperoleh rata-rata nilai uji awal sebesar 45.02. dan rata-rata uji akhir sebesar 57,41. Dari data tersebut, penulis dapat mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi cerpen siswa setelah proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan teknik two stay-two stray. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen. Berdasarkan penghitungan uji t dengan t hitung sebesar 14,04 dan t tabel 1,68 dengan taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan 38. Hal ini berarti bahwa 14,04 > 1,68 atau t hitung > t tabel. Dengan demikian, hipotesis yang penulis ajukan dinyatakan diterima. Penerapan teknik Two Stay-Two Stray meyebabkan siswa dapat mengapresiasi cerpen dengan lebih baik. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar teknik two stay-two stray ini dapat digunakan tidak hanya pada penelitian terhadap apresiasi cerpen saja tetapi pada pembelajaran apresiasi dongeng ataupun novel. Kata kunci : Apresiasi Cerpen/ Two Stay-Two Stray PENDAHULUAN Karya sastra adalah materi atau bahan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang penting, baik untuk keterampilan berbahasa maupun untuk apresiasi sastra seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengajaran sastra mempunyai peranan dalam mencapai berbagai aspek dan tujuan pendidikan dan pengajaran. Seperti aspek pendidikan, pengajaran, pendidikan susila, perasaan, sikap, penilaian, dan keagamaan. Dalam pengajaran sastra di sekolah yang harus ditekankan adalah memeroleh pengalaman sastra. Adapun pengetahuan tentang sastra dikaitkan dengan pengalaman bersastra. Dengan demikian, pengalaman itu lebih jelas, lebih mendalam, dan lebih luas. Pemerolehan pengetahuan sastra dapat terjadi sesungguhnya apabila dilandasi oleh pengalaman bersastra (Rusyana, 1982:5). Hal tersebut tidak sejalan dengan kenyataan yang didapat ketika pembelajaran apresiasi khususnya apresiasi cerpen. Dalam proses pembelajaran apresiasi cerpen, siswa dibelajarkan hanya cukup dengan membaca teks cerpen dan mengapresiasinya berdasarkan pemahaman masing-masing tanpa adanya kegiatan tukar pendapat atau diskusi antara sesama siswa sehingga pengalaman mereka terhadap karya sastra khususnya cerpen kurang. Untuk mencapai berbagai tujuan di atas, guru harus membimbing siswa. Hal tersebut sejalan

dengan penjelasan Sudjiman (1991: 4) b ahwa siswa hendaknya diajak mengapresiasi karya sastra, memberikan tanggapan individual terhadap karya sastra yang telah dibacanya. Tanggapan individual ini tidak datang dengan sendirinya, untuk ltu diperlukan bimbingan untuk menemukan kesan utama atau kekhususan sebuah karya. Selain hal tersebut, ketika mengapresiasi sebuah karya sastra, siswa dapat mengaitkan nilainilai yang terkandung di dalamnya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memetik hikmah dan manfaat dari karya sastra yang dibacanya. Dalam pembelajaran sastra di sekolah, khususya pembelajaran apresiasi cerpen, masih banyak guru yang melaksanakan proses pembelajaran secara struktural, menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan belum bervariasi. Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode ceramah dan penugasan. Seharusnya peran guru adalah sebagai mediator dan fasilitator sehingga siswalah yang belajar bukan guru, siswalah yang nantinya menemukan konsep-konsep atau kaidahkaidah dari pembelajaran itu sendiri. Akan tetapi, pada kenyataanya dalam proses pembelajaran apresisi cerpen, siswa dibelajarkan cukup dengan membaca teks cerpen dan merigapresiasinya berdasarkan pemahaman masingmasing siswa tanpa adanya kegiatan tukar pendapat atau diskusi antara sesama siswa sehingga hasil apresiasi siswa terhadap cerpen kurang. Hal ini bertolak belakang dengan pengertian apresiasi itu sendiri yakni kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh dengan menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi dalam Aminudin, 1995: 35). Tak mengherankan jika siswa merasa jenuh dengan proses yang mereka lalui. Mereka pun beranggapan bahwa pembelajaran apresiasi cerpen sebagai materi hafalan, hal tersebut muncul karena mereka menghafal unsur-unsur intrinsik cerpen. Untuk mewujudkan tujuan pengajaran sastra yang diharapkan, maka pengajaran sastra di sekolah sudah selayaknya mendapat perhatian yang memadai. Kemampuan guru dalam merencanakan proses belajar mengajar sastra dapat dikatakan belum memadai tanpa ditunjang dengan penggunaan teknik pembelajaran yang efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, Sudarsosno (1999: 56) menyatakan bahwa pembelajaran karya sastra, khususnya apresiasi karya sastra, mensyaratkan ditetapkannya model dan teknik yang sejauh mungkin memperkaya keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Penggunaan teknik pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Hal tersebut benar adanya jika mengetahui bahwa teknik yang dipakai oleh guru dinilai kurang cocok dan tidak sesuai dengan minat siswa sehingga mereka merasa jenuh dengan pembelajaran apresiasi cerpen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mencoba salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi cerpen yakni teknik Two Stay-Two Stray. Teknik ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam mengapresias cerpen, karena teknik ini mengharuskan setiap siswa untuk mengeluarkan pendapatnya kepada kelompok lain tentang masalah yang telah dibahas oleh kelompoknya. Berdasaikan hal tersebut, penulis tertarik untuk menggunakan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Apresiasi Apresiasi berasal dari bahasa latin, yakni apreciato yang berarti "mengindahkan atau menghargai". Istilah apresiasi sastra menurut Gove (Aminudin, 2004: 34) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba (Aminudin, 2004: 34) berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, (3) aspek evaluatif. S. Effendi (Aminudin, 2004: 35) mengatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Tingkatan Apresiasi Ada beberapa tingkatan apresiasi menurut beberapa ahli, dapat berdasarkan emosi, pengalaman, dan proses saat berlangsungnya apresiasi, yaitu: 1) Tingkat pertama Mampu memeroleh pengalaman yang terkandung pada objek yang diapresiasi, yaitu mampu melibatkan pikiran, perasaan, dan khayal pada objek yang diapresiasi, 2) Tingkat kedua Mampu memeroleh pengalaman yang lebih mendalam, yaitu mampu melibatkan daya intelektual dengan giat. Dengan menggunakan pengertian teknis pada bidang yang diperoleh adalah nilai-nilai yang terdapat secara intrinsik pada bidang yang diapresiasi, 3) Tingkat ketiga Mampu memeroleh pengalaman yang lebih mendalam dan meluas, yaitu dengan berdasarkan pengalaman apresiasi pada tingkat sebelumnya, mampu melibatkan faktor ekstrinsik yang terkait

dengan bidang yang diapresiasi (Rusyana, 1979: 8-9). Pengertian Cerita Pendek Mencari satu pengertian cerita pendek dari seorang ahli sastra untuk dijadikan pegangan atau patokan bukanlah hal yang tepat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pengertian cerita pendek yang dikemukakan para ahli sastra dengan sudut pandang yang berbeda. Beberapa sudut pandang yang digunakan para ahli dalam memeberikan batasan cerita pendek itu diantaranya panjang pendeknya cerita, sifat cerita, isi cerita, dan sebagainya. Untuk mengetahui dan memahami beragamnya para ahli sastra dalam mengemukakan batasan sebuah cerita pendek, berikut ini penulis menyajikan beberapa pendapat dari mereka. Sumarjo (1980: 13, 1986: 36) berpendapat bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif serta relatif pendek. Sementara itu menurut Natawijaya (1979: 33) cerita pendek adalah narasi dari suatu periode atau sekelumit lakon kehidupan sehari-hari tanpa awal dan akhir. Sebanding dengan pendapat tersebut ialah pendapat H.G. Tarigan (1984:138) yang menyatakan bahwa cerita pendek adalah cerita rekaan yang masalahnya jelas, singkat, padat dan terkonsentrasi pada satu peristiwa. Metode Penelitian Metode penelitian, yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperoleh kelengkapan data-data yang diperlukan bagi usaha pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen semu karena penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu menguji penggunaan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen di satu kelas atau dengan kata lain untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah the one group, pretes post test. Desain ini bertujuan untuk mengetahui hasil tentang subjek dan mengetahui seberapa baik hasil akhir yang dilakukan setiap subjek. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil tes diperoleh rata-rata skor uji awal sebesar 45,02 dan rata-rata skor uji akhir sebesar 57,41. Dengan membandingkan perolehan nilai rata-rata kedua tes tersebut, maka terlihat adanya kenaikan nilai rata-rata sebesar 12,39. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran apresiasi cerpen menggunakan teknik two stay-two stray cukup efektif. Setelah menghitung skor rata-rata tersebut,. penulis menghitung uji normalitas uji awal dan uji akhir. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran data yang penulis distribusikan normal atau sebaliknya. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa data uji awal dan uji akhir berdistribusi normal karena uji normalitas uji awal menunjukkan x 2 hitung (2,46) < x 2 tabel (7,81) pada taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan db = 3. Sedangkan uji normalitas uji akhir menunjukkan x 2 hitung (3,16) < X 2 tabel (7,81) pada taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan db = 3. Dari hasil uji signifikansi diperoleh harga thitung 14,04 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5 % atau tingkat kepercayaan 95 % adalah 1.68 dengan derajat kebebasan db = 38. Hal ini berarti bahwa 14,04 > 1,68 atau t hitung > t tabei. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata uji awal dan rata-rata uji akhir kemampuan rrienulis puisi dengan menggunakan teknik Two Stay- Two Stray terhadap -siswa kelas VII-4 SMP Nurul Mutaqin Cisurupan Garut Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan kata lain, penggunaan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen yang telah diujicobakan terbukti efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerpen. Pembahasan Hasil Angket Langkah selanjutnya yaitu menganalisis hasil angket untuk menunjang data tes yang telah penulis lakukan dengan menggunakan rumus statistik. Setelah memperoleh data uji akhir, penulis memberikan lembar angket untuk diisi oleh siswa. Lembar angket ini bertujuan untuk memperoleh data pendukung dalam penelitian. Angket tersebut berisi sejumlah pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya atau Tidak. Data dari angket tersebut kemudian ditafsirkan dan dideskripsikan. Dari pemeriksaan data angket tersebut, dapat diketahui hal-hal berikut. 1) Jumlah siswa yang menyatakan mengetahui istilah apresiasi; 2) Jumlah siswa yang merasa senang membaca cerpen; 3) Jumlah siswa yang menyatakan pernan diberi tugas mengapresiasi cerpen; 4) Jumlah siswa yang menyukai pembelajaran apresiasi cerpen; 5) Jumlah siswa yang menyatakan lebih suka mengapresiasi cerpen secara berkelompok dibandingkan sendiri; 6) Jumlah siswa yang menyatakan mengenal teknik two stay-two stray dalam pembelajaran; 7) Jumlah siswa yang menyatakan bahwa guru mereka pernah menerapkan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran; 8) Jumlah siswa yang merasa ikut terlibat secara aktif dalam

memahami unsur intrinsik cerpen dengan teknik two stay-two stray; 9) Jumlah siswa yang menyatakan bahwa teknik two stay-two stray membantu dalam pembelajaran apresiasi cerpen; 10) Jumlah siswa yang menganggap bahwa teknik two stay-two stray perlu diterapkan dalam pembelajaran apresiasi cerpen selanjutnya. Persentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut: Tabel 4.l1 Kriteria Penafsiran Angket Besar Persentase Interpretasi 0% Tak seorang pun 1 % - 25% Sebagian kecil 26% - 49% Hampir setengahnya 50% Setengahnya 51%-75% Sebagian besar 76% - 99% Pada umumnya 100% Seluruhnya Tabel 4.12 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Apresiasi Cerpcn Pertanyaan Apakah kalian mengetahui istilah apresiasi? Apakah kalian senang membaca cerpen? Alternati f Jawaban F 30 9 36 3 Persent ase 76,9% 24,1% 92,30% 7,70% Pernahkah kalian diberi a. Ya 39 100% tugas mengapresiasi cerpen? b. Tidak 0 0% Apakah kalian menyukai a. Ya 32 82,05% pembelajaran apresiasi b. Tidak 7 17,95% cerpen? Apakah kalian lebih suka mengapresiasi cerpen secara berkelompok dibandingkan sendiri? Apakah kalian mengenal teknik Two stay- Two Stray? 35 4 29 10 89,74% 28,26% 74,36% 25,64% Two dalam pembelajaran? Stray Apakah dengan teknik Two Stay-Two Stray membuat kalian terlibat secara aktif dalam memahami unsur intrinsik cerpen? Apakah teknik Two Stay- Two Stray membantu kalian dalam pembelajaran apresiasi cerpen? Apakah teknik Two Stay- Two Stray perlu diterapkan dalam pembelajaran apresiasi cerpen selanjutnya? Pernahkah gurumu menerapkan teknik Two Stay 27 12 37 2 38 1 35 4 69,23% 30,77% 94,87% 5, 13% 97,43% 2, 57% 89,74% 28,26% Dari data hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahawa pada umumnya siswa menyukai pembelajaran apresiasi cerpen, hal ini terlihat dari jumlah siswa yang menjawab ya sebanyak 32 orang atau 82,05% sedangkan siswa yang menjabat tidak sebanyak 7 orang atau 17,95%. Sebagian besar siswa yakni sebanyak 35 (89,74%) menjawab bahwa mereka lebih menyukai mengapresiasi cerpen secara berkelompok dibandingkan sendiri, sebagian kecil siswa yakni 4 orang (28,26%) menjawab tidak suka mengapresiasi cerpen secara berklelompok. Dapat diartikan bahwa seluruh siswa menyukai apresiasi cerpen. Untuk pendapat siswa tentang teknik pembelajaran yakni diterapkannya teknik Two-Stay- Two Stray, sebanyak 29 (74,36%) siswa mengaku bahwa mereka mengenal teknik Two Stay-Two Stray dan sebanyak 27 (69,23%) mengaku bahwa g uru mereka pernah menerapkan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa siswa mengenal dan pernah menerapkan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran. Menjawab kisi-kisi instrument angket tentang pembelajaran apresiasi cerpen menggunakan teknik Two Stay-Two Stray. Sebagian besar siswa (94, 87%) menjawab bahwa teknik Two Stya-Two Stray membantu mereka terlibat secara aktif dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Sebanyak 38 siswa (97,43%) mengaku bahwa teknik Two Stay-Two Stray membantu mereka dalam pembelajaran apresiasi cerpen dan mereka (89,74%) beranggapan

bahwa teknik Two Stay-Two Stray perlu diterapkan dalam pembelajaran apresiasi cerpen selanjutnya. Mereka beranggapan bakwa dengan teknik ini dalam proses pembelajarannya mereka dapat saling bertukar informasi dalam memahami unsur intrinsik cerpen dan dalam mengapresiasi cerpen. DAFTAR PUSTAKA Ambary, Abdullah. 1967. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Djatnika. Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Bara Algesindo. Anipudin, dkk. 2005. Cermat Berbahasa 3. Solo: Tiga Serangkai. Arief S. Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. AR. Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda. DePorter, B. & Mike H. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: KAIFA. Durachman, Memen. 2003. Kajian Prosa Fiksi Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Leonhardt, Mary. 2005. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: KAIFA. Lie, Anita. 2007. Cooperatif Learning: Mempraktikkan Cooperatif Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT, Gramedia. Mulyana, Yoyo., dkk. 1997/1998. Sanggar Sastra. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Nurgiayantoro, B. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa. Sadiman, Arief S., dkk. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grasindo. Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Petersen, Lindy. 1995. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta: PT. Grasindo.