BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan. 1. Resort : adalah sebuah tempat untuk menginap dimana

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

1. BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

BAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tempat wisata yang beragam,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

MUSEUM GEOLOGI BLORA

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Dayak : Suku Dayak merupakan salah satu sub bangsa Indonesia, suatu rumpun etnik besar di daerah Kalimantan. Open Air Museum : Udara Terbuka : Menurut International Council of Museums (ICOM), museum ialah institusi permanen/lembaga permanen, yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, dengan cara mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan bendabenda nyata material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. Atau dengan kata lain museum adalah tempat dimana kebudayaan dan 1

2 keseniaan dari jaman dahulu yang bernilai seni tinggi bisa dilihat. Pangkalan Bun : Pangkalan Bun adalah sebuah kota yang berada di Kecamatan Arut Selatan sekaligus ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Wahana : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) wahana adalah alat atau sarana untuk mencapai suatu tujuan, (Pusat Bahasa. 2016). Konservasi : Konservasi, mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan/ mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang (MIPL, 2010; Anugrah, 2008; Wahyudi dan DYP Sugiharto (ed), 2010). Kebudayaan : Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat,2003:72). Masyarakat : Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara dan kerja sama antara berbagai kelompok manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dalam jangka waktu yang cukup

3 lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat (Soekanto, 2006: 22). Kalimantan Tengah : Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dan Ibu Kotanya adalah Palangka Raya. Jadi dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan untuk mengambil judul tentang Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun Sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah. Dengan suasana open space bertujuan untuk melestarikan kebudayaan suku dayak di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, sebagai tempat untuk menyimpan merawat dan memamerkan warisan budaya dan dapat memberikan informasi pengenalan budaya serta pemahaman yang positif kepada masyarakat mengenai warisan budaya dayak. 1.2. Latar Belakang Perkembangan kawasan pusat kota Pangkalan Bun dengan berbagai aktifitas dan pola kehidupan penduduknya menuntut kebutuhan lahan yang sangat tinggi sebagai wadahnya. Pangkalan Bun yang saat ini berpenduduk sangat padat menjadikan tingkat kenyamanan penghuni lingkungan kota menurun. Oleh karena itu keberadaan dan optimasi ruang terbuka hijau kota sangat dibutuhkan, maka diperlukan pengelolaan yang baik dengan penghijauan yang terencana serta alami sesuai fungsi dan estetika kota. Sebagai salah satu kota yang memiliki nilai sejarah yang tingi, tetapi Pangkalan Bun tidak ada wadah untuk sejarah tentang kebudayaan dari leluhur mereka.

4 Kurangnya minat penduduk atau masyarakat untuk berkunjung ke museum, dikarenakan kesan museum di mata masyarakat selama ini tidak atraktif, tidak aspiratif, tidak menghibur, dan pengelolaan seadanya. Museum adalah pusat industri budaya, tempat kontemplasi yang inspirasional pemicu munculnya karya kreatif. Museum itu sendiri menjadi bagian dari industri kreatif. Perlu munculnya sebuah inisiatif yang bertujuan pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap museum. Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun Sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah adalah salah satu alternatif untuk kesan museum yang seperti dijelaskan di atas, bertujuan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat, untuk salah satu sebagai destinasi wisata edukasi dan bertujuan untuk melakukan pelestarian warisan budaya dengan suasana open space yang memberikan kenyamanan dan suasana yang baru bagi para pengunjung. Open-Air Museum itu sendiri diperluas dan dikembangkan oleh Association of European Open-air museum pada tahun 1972 dengan menitikberatkan metodelogis yang meliputi formalisasi kriteria dan isi, serta putusan ilmiah dari unit-unit museum yang disajikan. Putusan ilmiah tersebut meliputi pemukiman, kehidupan, dan bangunan yang terintegrasi dalam suatu lapangan terbuka. Penyajian terintegrasi tersebut meliputi objek yang ditempatkan pada lokasi yang seharusnya dan berinteraksi dengan manusianya. Metode ini berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran berbangsa dan peranan open-air museum dalam mendidik dan mengembangkan serta menjaga tradisitradisi atau kebudayaan (Raswaty, 2009).

5 Gambar 1. 1. Hakone Open Air Museum Sumber: http://www.japan-guide.com/g7/5208_11.jpg Latar belakang yang membuat proyek Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah layak untuk dikerjakan adalah sebagai berikut. 1.2.1. Argumentasi Pemerintah DINAS Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) pada 2016 mendatang bakal menata tempat pedagang kaki lima (PKL) di Bundaran Pancasila tepatnya di depan monumen Palagan Sambi. Hal ini dilakukan untuk mempercantik kawasan itu. Trotoar jalan di samping jalan Pemuda, belakang pos polisi Bundaran Pancasila yang kini banyak mangkal pedagang kaki lima akan menjadi target pertama DPU. Di situ akan kita bangun taman kota, kita buatkan air mancur sebagai hiasannya ornamenornamen pendukung lainnya, ungkap Kepala Dinas PU Kobar, Agus Yuwono di ruang kerjanya, (Palangaka Post, 2015). Setelah dibangun taman kota di kawasan tersebut, otomatis akan mengusir para pedagang. Tujuannya hanya ingin meningkatkan kebersihan area tersebut

6 sebagai pintu masuk ke Kota Pangkalan Bun dari arah Bandara dan Pelabuhan Kumai. Saat ini dipasangi paving blok, terlihat kotor kadang berserakan sampah. Setelah dibuatkan taman, para pedagang di sana akan lebih teratur dan sedikitnya akan menjaga keindahan taman kota. Rencana pembangunan taman di depan Monumen Palagan Sambi akan dianggarkan Rp 1 miliar menggunakan APBD 2016. Sedangkan pembuatan taman kota di belakang Pos Polisi sekitar Rp 5 miliar lebih. Selain itu Dinas PU juga akan merapikan seluruh bundaran jalan yang berada di dalam Kota Pangalan Bun supaya lebih cantik dan rapi (Palangaka Post, 2015) Gambar 1. 2. Site Taman Kota Pangkalan Bun Sumber: http://wikimapia.org/#lang=en&lat=- 2.709132&lon=111.646548&z=18&m=b

7 Gambar 1. 3. Kota Pangkalan Bun Sumber: Dokumen Pribadi 2016 RENCANA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) untuk membangun museum guna menyimpan berbagai benda peninggalan bersejarah mendapat tanggapan positif dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kobar. Pembangunan museum dinilai sangat penting. Pasalnya, selama ini benda peninggalan budaya warisan kerajaan Kotawaringin belum ada tempat penyimpanan khusus. Tanggapan positif tersebut datang dari Ketua Komisi B DPRD Desi Hercules. Kata dia, pada prinsipnya rencana pembangunan museum adalah rencana yang bagus. Dengan adanya museum benda-benda peninggalan bersejarah, bisa menjadi detinasi pariwisata sejarah di Kabupaten Kotawaringin Barat. Pada prinsipnya DPRD sepakat dengan rencana pembangunan museum tersebut. Seperti di pulau Jawa keberadaan museum dapat menjadi wisata sejarah, kata Desi Hercules sumber: Borneo News. Kamis 09 April 2015. Legislatif Dukung Pembangunan Museum Benda Sejarah (Borneo News, 2015).

8 Gambar 1. 4. Benda Khas Kalimantan Tengah Sumber: http://www.borneonews.co.id/berita/14403-legislatif-dukungpembangunan-museum-benda-sejarah 1.2.2. Argumentasi Masyarakat Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan Suku Dayak sebagai penduduk aslinya kaya dengan keanekaragaman seni dan budaya peninggalan masa lalu. Satu dari kearifan khasanah budaya warisan nenek moyang. Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang memiliki kebudayaan yang cukup beragam, para pelajarnya pun harus turut melestarikan kebudayaan Kalimantan Tengah agar kebudayaan tersebut tidak punah dan tidak tergantikan oleh budaya dari negara lain. Pulau Kalimantan memiliki berbagai macam tradisi, adat-istiadat, kesenian, tari-tarian dan berbagai macam ritual yang melekat dan erat dengan kehidupan masyarakat sehari-harinya. Tidak heran banyak juga orang asing yang melancong ke sana untuk berlibur atau yang

9 menetap sementara untuk melakukan penelitian kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah sangat menjunjung tinggi kerukunan, saling menghormati, tolong menolong terhadap sesama manusia baik antara Suku Dayak sendiri maupun Suku Bangsa lain yang datang atau berada di Bumi Tanbun Bungai, mereka tidak mempersoalkan terhadap suku-suku bangsa lain, hal ini terlihat dari budaya masyarakat Dayak yang sangat dikenal yaitu Budaya Rumah Betang. Rumah Betang adalah sebuah rumah panjang yang didalamnya dihuni beberapa orang/keluarga yang hidup rukun damai antara satu dengan yang lainnya. Di kalangan orang Dayak sendiri, satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai Mandau Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemana saja sang pemilik pergi mandau akan selalu dibawa karena berfungsi sebagai simbol kehormatan atau jati diri. Zaman dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, rohnya akan mendiami mandau tersebut sehingga menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani. Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Selain mandau

10 suku dayak memiliki senjata yang biasa disebut talawang. Talawang adalah alat yang digunakan oleh suku Dayak untuk pertahanan diri atau pelindung diri dari serangan musuh. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, talawang juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian. Tarian adat daerah merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan agar tidak punah. Tarian-tatian ini dapat memperkaya budaya nasional bangsa Indonesia (Mugiarti, 2013). Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah di tanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap even-even akbar nasional. Misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara tetangga. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan daerah yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan local. Dari hasil wawancara penulis terhadap pemuda Pangkalan Bun yaitu 1) Perlu kak soalnya zaman sekarang dengan kemajuan IT banyak pemuda yang kurang perduli terhadap budaya sendiri karena lebih menyukai budaya negara lain, kalau bukan kita siapa lagi, Deni. 2016. Interview

11 Tentang tentang Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun Sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah. 2) Sangat perlu, diambil dari beberapa sisi yaitu bisa menjadi daya tarik wisatawan dan menaikan pendapatan daerah, sehingga semua aspek saling berhubungan dan saling menguntungkan contohnya dengan dibuatnya open air museum itu nanti bisa menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi untuk masyarakat sekitar dari segi budaya bangsa, tidak hanya di Pangkalan Bun tetapi juga buat Indonesia, wawancara ditujukan kepada Herlinda Eka Eriyani. 2016. Interview Tentang tentang Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun Sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah. Dengan demikian adanya perencanaan pembuatan Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah di Pangkalan Bun, diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang sejarah dari leluhur mereka dan bisa melestarikan budaya dari leluhur dayak itu sendiri. 1.2.3. Argumentasi Observasi Pangkalan Bun merupakan kota yang memiliki budaya yang unik untuk di pamerkan dan untuk dilestarikan. upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya, di antaranya yaitu: 1. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri bangsa 2. Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam

12 pelaksanaannya 3. Mempelajari tentang budaya. 4. Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya. Salah satu upaya untuk melestarikan dan mensosialisasikan pengetahuan budaya kepada masyarakat yaitu dengan membuat Open-Air Museum. Gambar 1. 5. The EthnoGraphic Open Air Museum Of Latvia Sumber: http://filmriga.lv/data/img/gallery/464_img-0693.jpg Gambar 1. 6. Kröller-Müller Museum Sumber: http://filmriga.lv/data/img/gallery/464_img-0693.jpg

13 1.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Arsitektur tentang pembuatan Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah di Pangkalan Bun? 1.3.1. Persoalan Dari permasalahan diatas maka diuraikan lagi persoalan sebagai berikut : 1) Dimanakah lokasi yang tepat? 2) Ruang yang dibutuhkan apa saja? 3) Tatang ruangnya seperti apa? 4) Teknologinya bagaimana? 5) Estetikanya seperti apa? 1.4. Tujuan dan Sasaran 1.4.1. Tujuan 1) Menyusun perancangan konsep tentang Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah di Pangkalan Bun 2) Menyusun desain rancangan Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah di Pangkalan Bun.

14 1.4.2. Sasaran 1) Membuat buku konsep Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah di Pangkalan Bun. 2) Membuat gambar rancangan Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah di Pangkalan Bun. 1.5. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan pada perancangan Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah adalah tentang merencanakan zonasi, fasilitas, sarana dan prasarana sebagai wadah edukasi pelestarian budaya bagi warga sekitar dengan menggunakan konsep tradisional. 1.6. Metode Pembahasan 1.6.1. Pengumpulan data Dilakukan dengan cara mencari data-data yang dibutuhkan sebagai bahan untuk penulisan laporan, yaitu: a. Metode Observasi Adalah metode melakukan studi lapangan melalui pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi fisik lokasi secara nyata, tata eksisting

15 dan untuk mengetahui sarana dan prasarana yang tersedia serta faktor fasilitas penunjang yang ada di tempat tersebut. b. Metode studi literatur Adalah metode yang dilakukan dengan cara mempelajari, memahami, dan mencari literatur serta data-data dari berbagai sumber. Seperti, data sekunder dari berbagai buku, dan materi perkuliahan untuk memperkuat teori-teori pendukung analisa dan konsep yang dibuat. Studi literatur juga dapat dilakukan dengan bantuan media cetak, media elektronik, dan studi komparatif yaitu merupakan studi perbandingan terhadap bangunan atau tempat yang sudah ada jika sekiranya berhubungan, literatur yang di cari yaitu tentang Open-Air Museum dan Adat-istiadat, Kebdayaan Dayak. 1.6.2. Analisa Data Merupakan pengolahan data untuk mengetahui permasalahan yang timbul dan mengidentifikasi apa saja yang menjadi penyebabnya untuk kemudian mencari pemecahan masalah atau solusinya. 1.7. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan penjelasan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, dan sasaran, gagasan perencanaan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan suatu permasalahan yang diambil dari penyusunan dan perencanaan Dayak Open-Air Museum di

16 Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai dalam sasaran dengan penggunaan metode-metode tertentu. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan teori-teori yang berkaitan dengan literatur tentang Dayak Open-Air Museum di Pangkalan Bun sebagai Wahana Konservasi Kebudayaan Masyarakat Kalimantan Tengah, permasalahan dan dasar-dasar sumber data yang digunakan dalam penelitian. BAB III : TINJAUAN LOKASI Berisikan deskripsi umum mengenai lokasi obyek yang akan dijadikan sebagai tempat untuk perencanaan dan perancangan bangunan serta data lain yang mendukung keberadaan letak lokasi tersebut yang didapat dari hasil observasi langsung dan studi literatur. BAB IV : ANALISIS DAN KONSEP Berisi tentang landasan teori / kriteria analisa / parameter atau dasar perhitungan, analisa makro dan mikro, analisa ruang dan konsep perencanaan untuk mendapatkan desain yang baik.