VI. ANALISIS PANGSA PASAR KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG. Dinamika sebaran pangsa pasar (market share) dari enam daerah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

VIII. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada tujuan penelitian dan pokok bahasan yang telah

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB 3 PEMBAHASAN. Contoh 1:

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara produsen teh terbesar

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. memberikan sumbangan yang cukup besar bagi devisa negara, menjadi ekspor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan perusahaan merupakan dua sisi yang di samping. sering berseberangan juga saling membutuhkan. Upaya memelihara agar

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

MASTERPLAN KAWASAN PERKEBUNAN NASIONAL KOPI DAN KAKAO ACEH. Kerjasama Dinas Perkebunan Aceh dan Fakultas Pertanian Unsyiah 2015

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Analisis Markov merupakan sebuah teknik yang berhubungan dengan

VI. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB V ANALISA DATA. 5.1 Analisa Market Share Awal. Dari perhitungan pemilihan merek produk dapat diketahui bahwa tingkat

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB IV ANALISIS MARKOV

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

S - 9 PERGESERAN PANGSA PASAR KARTU SELULER PRA BAYAR GSM MENGGUNAKAN ANALISIS RANTAI MARKOV (Studi Kasus: Mahasiswa FMIPA UNSRAT Manado)

ANALISIS PERPIDAHAN PENGGUNAAN MEREK SIMCARD DENGAN PENDEKATAN RANTAI MARKOV

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau badan usaha termasuk di dalamnya BUMN perkebunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

Bab 4 SOLUSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. 4.1 Masalah Pengambilan Keputusan Markov dengan Pendekatan Program Linier

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PELUANG BISNIS KEBUN KARET

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN SLPTT PADI DAN JAGUNG KABUPATEN ENREKANG. Ir. Syamsu Bahar, MSi, dkk

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

PERAMALAN PANGSA PASAR KARTU GSM DENGAN PENDEKATAN RANTAI MARKOV

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengantar Proses Stokastik

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang menghubungkan

LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

82 VI. ANALISIS PANGSA PASAR KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG Dinamika sebaran pangsa pasar (market share) dari enam daerah produsen kopi arabika yang ada di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang dianalisis dengan metode Markov Chain. Enam daerah produsen utama kopi arabika tersebut adalah Kecamatan Baraka dan Alla di Kabupaten Enrekang, serta Kecamatan Mengkendek, Rinding Allo, Sesean dan Saluputi di Kabupatan Tana Toraja. Analisis dilakukan dengan menggunakan data perkembangan luas areal, produksi dan pangsa pasar selama tujuh tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 1997 sampai dengan 2003 dari daerah-daerah produsen kopi arabika tersebut. Dengan menggunakan software QSB - 3: Markov Analysis Program dan pangsa pasar sebagai state, maka akan menghasilkan matriks peluang transisi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Matriks Peluang Transisi Pangsa Pasar Kopi Arabika di Kabupaten Enrekang dan Tana Toraja Periode II Periode I BR AL MK RA SS SL BR 0.200 0.132 0.139 0.213 0.170 0.146 AL 0.201 0.122 0.140 0.217 0.172 0.148 MK 0.196 0.122 0.133 0.222 0.175 0.152 RA 0.193 0.126 0.134 0.227 0.171 0.149 SS 0.218 0.112 0.121 0.239 0.168 0.142 SL 0.178 0.115 0.122 0.236 0.184 0.165

83 Berdasarkan hasil analisis seperti yang disajikan pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa hanya kecamatan Rinding Allo yang mempunyai kecenderungan kuat dari suatu tahun ke tahun berikutnya untuk cenderung tetap pada kelas pangsa pasar yang sama. Hal ini ditunjukkan oleh nilai peluang pada diagonal utama untuk daerah tersebut yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai peluang lainnya pada baris yang sama. Sedangkan lima daerah produsen kopi arabika lainnya (Baraka, Alla, Mengkendek, Sesean dan Saluputi) mempunyai kecenderungan kuat pangsa pasarnya akan berubah-ubah dari suatu tahun ke tahun berikutnya. Indikasinya ditunjukkan oleh nilai peluang pada diagonal utama yang tidak selalu lebih besar atau lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai peluang lainnya pada baris yang sama. Hal lain yang dapat dilihat dari matriks peluang transisi tersebut adalah kemungkinan naik atau turunnya pangsa pasar dari daerah produsen kopi arabika, dengan cara menjumlahkan semua nilai peluang ke kanan untuk yang meningkat dan nilai peluang ke kiri untuk yang menurun. Dengan cara ini dapat dilihat bahwa pangsa pasar dari tiga daerah produsen kopi arabika, yaitu Kecamatan Baraka, Alla, dan Mengkendek mempunyai peluang meningkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan peluang menurun. Peluang meningkatnya pangsa pasar untuk Kecamatan Baraka, Alla dan Mengkendek masing-masing sebesar 80%, 67.7% dan 54.9%. Sementara peluang pangsa pasarnya akan turun untuk ketiga daerah tersebut hanya bernilai 0.0 %, 20.1% dan 31.8%. Sedangkan pangsa pasar dua daerah produsen lainnya, yaitu Kecamatan Sesean dan Saluputi mempunyai peluang menurun yang lebih tinggi dibandingkan dengan peluang meningkat. Peluang menurunnya pangsa pasar untuk Kecamatan Sesean dan Saluputi, masing-masing sebesar 69.0% dan

84 83.5%. Sementara peluang pangsa pasarnya akan meningkat hanya bernilai 14.2% dan 0.0%. Vektor peluang keadaan awal dari keeanam daerah produsen kopi arabika di dua kabupaten tersebut adalah w = ( 0.173 0.209 0.115 0.252 0.097 0.154). Vektor ini memberikan arti bahwa pangsa pasar kopi arabika terbesar pada kondisi awal dimiliki oleh Kecamatan Rinding Allo, yaitu sebesar 25.2%. Kemudian berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Alla (20.9%), Baraka (17.3%), Saluputi (15.4%) dan Mengkendek (11.5%). Daerah produsen kopi arabika dengan pangsa pasar terkecil adalah Kecamatan Sesean (9.7%). Pada kondisi ekuilibrium (steady state) yaitu bila asumsi kestasioneran rantai Markov terpenuhi, maka akan didapatkan vektor sebaran keseimbangan Π = (0.136 0.221 0.204 0.118 0.159 0.162). Vektor sebaran keseimbangan ini dapat dipandang sebagai dugaan pangsa pasar kopi arabika dari keenam daerah produsen tersebut pada kondisi ekuilibrium. Dalam kondisi ekuilibrium, pangsa pasar kopi arabika terbesar di dua kabupaten tersebut dimiliki oleh Kecamatan Alla, yaitu sebesar 22.1%. Kemudian berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Mengkendek (20.4%), Saluputi (16.2%), Sesean (15.9%), dan Baraka (13.6%). Sedangkan daerah produsen dengan pangsa pasar terkecil adalah Kecamatan Rinding Allo (11.8%). Untuk melihat perubahan pangsa pasar kopi arabika dari keenam daerah produsen tersebut, maka dapat dilihat perbandingan pangsa pasar (market share) antara keadaan awal dan setelah tercapai kondisi ekuilibrium, seperti dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.

85 Tabel 15. Perbandingan Vektor Peluang Pangsa Pasar Kopi Arabika pada Kondisi Awal dan Ekuilibrium Kondisi BR AL MK RA SS SL Awal 0.173 0.209 0.115 0.252 0.097 0.154 Ekuilibrium 0.136 0.221 0.204 0.118 0.159 0.162 Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 15, bila dibandingkan dengan keadaan awal, maka pangsa pasar kopi arabika dari Kecamatan Baraka dan Rinding Allo mengalami penurunan masing-masing sebesar 21.4% dan 53.2%. Sedangkan empat daerah produsen lainnya yaitu Kecamatan Alla, Mengkendek, Sesean dan Saluputi pangsa pasarnya meningkat. Peningkatan pangsa pasar terbesar dicapai oleh Kecamatan Mengkendek (77.4%), kemudian berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Sesean (63.9%), Alla (5.7%) dan Saluputi (5.2%). Pergeseran pangsa pasar kopi arabika yang terjadi pada enam daerah sentra produksi di Sulawesi Selatan tersebut terjadi karena perbedaan implementasi kebijakan program pengembangannya. Sebagaimana pembangunan pertanian pada umumnya, maka program pengembangan kopi arabika juga dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu faktor sumberdaya alam, teknologi, kelembagaan dan sumberdaya manusia. Keempat faktor tersebut akan berkembang dan bersinergi secara terpadu dalam suatu sistem pengembangan agribisnis. Dari sudut sumberdaya alam misalnya, setidaknya ada dua hal yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya pergeseran pangsa pasar, yaitu kondisi tanaman dan lingkungan (lahan dan iklim). Untuk kondisi tanaman, disamping komposisi umur tanaman, maka produktifitas yang mampu dicapai oleh petani di daerah yang bersangkutan juga akan berpengaruh. Telaah tentang kondisi

86 tanaman pada ke enam daerah sentra kopi arabika tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Dari Tabel 16 tersebut dapat dilihat bahwa kecamatan Rindingg Allo memiliki komposisi tanaman yang kurang menguntungkan. Tanaman dengan klasifikasi tua dan rusak (TT/TR) persentasenya tertinggi (26.5%) bila dibandingkan dengan lima daerah lainnya. Sementra itu tanaman muda belum menghasilkan (TBM) persentasenya juga cukup tinggi (24.3%). Sedangkan Kecamatan Alla memiliki persentase tanaman tua/rusak dan belum menghasilkan yang relatif rendah, yaitu 18.9% dan 6.7% atau lebih ideal bila dibandingkan dengan komposisi tanaman kopi arabika yang ada di Kecamatan Rinding Allo. Tabel 16. Komposisi Tanaman Kopi Arabika pada Enam Sentra Produksi di Sulawesi Selatan,Tahun 2004 Luas areal (Ha) Kecamatan TBM TM TT/TR Jumlah Produksi (Kg) Produktifitas (Kg/Ha) Baraka 722 2 150 560 3 432 2 050 953 (21.0) (62.6) (16.4) Alla 228 2 548 648 3 424 2 041 801 (6.7) (74.4) (18.9) Mengkendek 684 1 211 313 2 208 508 420 (31.0) (54.8) (14.2) Saluputi 350 716 224 1 290 293 409 (27.1) (55.5) (17.4) Rinding Allo 1 139 2 303 1 239 4 681 1 013 440 (24.3) (49.2) (26.5) Sesean 215 798 264 1 277 311 390 (16.8) (62.5) (20.7) Keterangan: Angka dalam kurung ( ) adalah persentase Sumber: Statistik Perkebunan Tana Toraja dan Enrekang, 2005

87 Begitu juga bila dilihat dari produktifitas tanaman, kopi arabika di daerah Alla (801 kg/ha) jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Rinding Allo (440 kg/ha). Pencapaian produktifitas tanaman kopi arabika di daerah Rinding Allo ini tergolong sangat rendah, apalagi bila dibandingkan dengan produktifitas tanaman kopi arabika di daerah Baraka yang sudah mencapai 953 kg/ha. Tanpa mengabaikan tiga faktor lainnya, sumberdaya manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan kopi arabika di Sulawesi Selatan, khususnya pada daerah-daerah yang menjadi sentra utama produksi. Kualitas petani dan tenaga kerja akan direfleksikan oleh seberapa jauh petani telah berbudaya industri, dapat menerima teknologi baru, berorientasi pada pasar serta memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan manajemen usahataninya. Dalam banyak hal, kualitas petani dan tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kopi arabika ini akan dipengaruhi oleh perubahan struktur ekonomi, demografis serta dinamika aspek sosial budaya lainnya. Petani sebagai produsen sangat berperanan besar dalam meningkatkan kinerja program pengembangan kopi arabika. Akan tetapi, pengamatan menunjukkan bahwa kebijakan dalam pengembangan sumberdaya manusia di pedesaan, terutama dari segi mutu dan keterampilan petani, relatif kurang berjalan sesuai dengan harapan. Berbagai program yang telah dicanangkan seringkali tidak dapat diimplementasikan di lapangan. Pada tahap lebih lanjut, hal ini akan berpengaruh terhadap pergeseran pangsa pasar yang terjadi pada beberapa daerah produsen tersebut. Pengembangan dan peningkatan kualitas petani dan tenaga kerja kopi arabika perlu didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana peningkatan produksi yang memadai, kebijakan pemerintah yang kondusif dan mampu memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan nilai tambah ekonominya. Dalam usaha untuk mengembangkan usahatani kopi arabika menjadi usahatani

88 yang modern, mampu merespon setiap sinyal perubahan pasar, diharapkan peranan dan dukungan lembaga ekonomi dan pendidikan di setiap daerah sentra agar memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan kualitasnya. Perlu dilakukan identifikasi dan evaluasi terhadap lembaga yabg ada di masyarakat sehingga dapat diketahui peranan dan kinerjanya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya petani. Perubahan etos kerja petani kearah yang lebih efisien dan berorientasi pasar sangat dibutuhkan agar petani dapat secara kreatif mengembangkan keterampilannya dalam menangkap dan mensiasati peluang pasar. Demikian juga dalam merespon dan mensiasati peluang terjadinya pergeseran pangsa pasar yang ada. Dilihat dari aspek sosial budaya, kualitas petani secara umum akan sangat dipengaruhi oleh etos kerjanya. Etos kerja merupakan bagian dari sistem nilai yang berfungsi menjadi pedoman bagi seseorang dalam bersikap dan memandang kerja sebagai perilaku kehidupannya. Pemahaman dan peningkatan etos kerja petani sangat penting untuk meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing, menangkap peluang dan dan menghadapi tantangan dalam persaingan regional maupun global. Petani yang dianggap memiliki etos kerja yang tinggi diindikasikan oleh dinamika kegiatan usahataninya secara ulet dan berkesinambungan. Dalam konteks dinamika perubahan pangsa pasar kopi arabika yang akan terjadi pada daerah-daerah sentra utama tersebut, peningkatan etos kerja petani menjadi salah satu faktor penentu dalam merespon perubahan sinyal pasar.