BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Studi Terdahulu. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Perempuan Berkalung Sorban.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB. V PENUTUP. Kesimpulan. Evaluasi informan terhadap novel HOFDIL karya Feba Sukmana

BAB 1 PENDAHULUAN. tanda ini disebut semiotik. Oleh karena itu, analisis semiotik itu tidak dapat

BAB. I. PENDAHULUAN. Belanda yang bisa berhahasa Indonesia, terhadap aspek tekstual novel Holland:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. setiap masyarakat,karena di dalam karya sastra terdapat kemungkinan realita yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Permalink/DOI:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

RESEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BOROBUDUR MAGELANG TERHADAP CERPEN ANAK HARIAN KOMPAS MINGGU 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya tidak akan lepas dari beberapa macam proses-proses sosial yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM BERTEMA ISLAM PADA FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA HANUNG BRAMANTYO

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

PERJUANGAN EMANSIPASI MELALUI BAHASA PEREMPUAN

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

CITRA WANITA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY

ABSTRAK. Kata kunci : ODHA, OHIDA, Akademisi, Tanggapan dan Penerimaan 1.PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN)

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

HAK DAN KEWAJIBAN PEREMPUAN MENURUT ISLAM DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY. OLEH: Yogha Sriwandhani ( )

BAB II LANDASAN TEORI. pakar sastra, dan sastrawan. Jelas tidak mudah membuat definisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. paling tua. Sebab puisi di kenal sejak zaman Romawi dan Yunani kuno

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB II LANDASAN TEORI. Feminisme dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Penelitian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daya imajinasi dari seorang yang mengandung nilai-nilai estetis, karena sastra

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: gender, kritik sastra feminis, perjuangan, ketidakadilan, hasil.

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMA KASIH... vi. DAFTAR ISI...

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Studi Terdahulu Penelitian mengenai resepsi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya. Begitu juga dengan analisis terhadap karya Perempuan Berkalung Sorban. Penelitian-penelitian itu bisa dimanfaatkan sebagai studi pustaka dalam penelitian ini. Adapun studi terdahulu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian Yayuk Sumarni (2005), dengan judul Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El-Khalieqy: Sebuah Pendekatan Feminis. Perjuangan merupakan upaya tokoh utama yang berjenjang/bertahap agar dapat mengatasi masalah-masalah dominasi patriarki secara tuntas. Penelitian Santoso Halili (2009), dengan judul Gambaran Emansipasi Tokoh Wanita Menurut Agama Islam dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Dari hasil analisis diperoleh hasil deskripsi tokoh wanita dalam memperjuangkan emansipasi di lingkungan keluarga (pra nikah) menurut agama Islam, deskripsi tokoh wanita dalam memperjuangkan emansipasi di lingkungan masyarakat atau di lingkungan kerja menurut agama Islam. Penelitian Dinda Nistria (2013), dengan judul Representasi Perempuan Dalam Novel Bertema Islam pada Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Hanung Bramantyo, menyimpulkan bahwa budaya patriarkhi di Indonesia yang terbentuk dewasa ini merupakan doktrin dari ulama yang mengatasnamakan Islam dengan membawa seolah-olah perempuan adalah makhluk yang tidak boleh lebih dari laki-laki. Apalagi perempuan adalah seorang ibu, yang lebih pantas di rumah

dan mendidik anak. Padahal Islam menyebutkan melalui Al-Quran, memang wanita adalah simbol keanggunan, ibu rumah tangga serta istri, namun untuk hal yang berkaitan dengan kesetaraan gender, Islam lebih menetralkan fungsi laki-laki dan perempuan. Perbedaan keduanya dilihat serta dinilai melalui imannya bukan siapa yang lebih pantas atau tidak. Kaum feminisme pada dasarnya hanya membela hak-hak dasar yang sesungguhnya bisa mereka kerjakan, kaum feminisme tidak memiliki niat untuk berdiri di atas derajat laki-laki, karena dalam Al-Qur an pun telah dijelaskan bahwa kaum laki-laki diciptakan lebih kuat secara lahir dan batin, tapi untuk melindungi wanitanya, bukan untuk menindas dan bukan untuk membatasi apa yang perempuan dapat kerjakan selama hal tersebut tidak menyalahi petunjuk Al-Quran dan Hadist. Penelitian mengenai resepsi sastra juga pernah dilakukan oleh Hary Sulistyo (2012), dengan judul Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental, menyimpulkan bahwa identifikasi putusan nilai kesepuluh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi memiliki penilaian yang berbeda-beda. Dampak psikologi juga muncul dari film Laskar pelangi melalui pembacaan aspek tekstual. Penelitian ini berbeda dan tidak meniru penelitian-penelitian sebelumnya. Yayuk Sumarni dari Universitas Sebelas Maret Surakarta menganalisis tentang bentuk perjuangan tokoh utama dalam novel Perempuan Berkalung Sorban terhadap dominasi patriarki dengan pendekatan feminis. Ila Nurlaila dari Universitas Islam Negeri Jakarta menganalisis mengenai ketidakadilan gender pada perempuan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban serta implikasinya terhadap

pembelajaran sastra di sekolah. Santoso Halili dari STKIP PGRI Sumenep menulis bentuk emansipasi yang dilakukan oleh tokoh utama dalam novel Perempuan Berkalung Sorban ditinjau dari aturan dalam agama Islam. Dinda Nistria dari Universitas Airlangga memberikan bentuk ekranisasi novel ke novel dan menganalisis fakta sosial di masyarakat terhadap keberadaan perempuan. Penulis dalam penelitian ini menitikberatkan pada identifikasi analisis resepsi pembaca dalam perspektif estetika eksperimental oleh pengurus putri SKI FSSR angkatan 2011 terhadap novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy. B. Landasan Teori Tanggapan pembaca terhadap suatu karya merupakan keleluasan seorang penikmat dalam memaknai sebuah teks. Kualitas resepsi atau ketajaman tanggapan seseorang terhadap sebuah karya, antara orang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Hal itu terjadi karena adanya beberapa faktor, baik itu usia, standar estetis, gudang pengalaman atau wawasan, dan faktor psikologi. Hal itu sesuai dengan konsep tentang horizon of expectations (erwartung-shoritzont) cakrawala atau horizon harapan, disusun dengan sarana (1) norma generik yang terkenal yang dipaparkan oleh teks yang dibaca oleh pembaca; (2) pengalaman dan pengetahuan pembaca terhadap keseluruhan teks yang telah dibaca sebelumnya; (3) kontras antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuaan pembaca untuk menerima teks baru di dalam cakrawala harapannya yang sempit dan cakrawala hidupnya yang luas,(jauss dalam Segers,2000:36). Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau

tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif. Yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakikat estetika yang ada di dalamnya. Atau mungkin juga bersifat aktif, yaitu bagaimana ia merealisasikan -nya. Karena itu pengertian resepsi sastra mempunyai lapangan yang luas, dengan berbagai kemungkinan penggunaan (Junus,1985:1). Resepsi sastra sebagaimana dimaksudkan dalam teori kontemporer tidak sebagai reaksi, tetapi sudah disertai dengan penafsiran, dan bahkan penafsiran yang sangat rinci. Dalam penelitian resepsi dibedakan menjadi dua bentuk, (a) resepsi secara sinkronis, (b) resepsi secara diakronis. Bentuk pertama meneliti karya sastra dalam hubungannya dengan pembaca sezaman. Bentuk resepsi yang lebih rumit adalah tanggapan pembaca secara diakronik sebab melibatkan pembaca sepanjang sejarah. Dalam kaitannya dengan pembaca, timbul berbagai istilah, seperti: pembaca eksplisit, pembaca implisit, pembaca mahatahu, pembaca yang diitensikan, dan sebagainya. Di samping itu timbul pula istilah-istilah lain yang didefinisikan sesuai dengan tokoh masing-masing, diantaranya: concretitazion (Vodicka), horizon harapan (Jausz), pembaca implisit dan ruang kosong (Isser), kompetensi pembaca (Culler) Kutha Ratna (2004:167-169). Umar Junus dalam bukunya Resepsi Sastra (1985) menjelaskan bahwa resepsi sastra dimaksudkan bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan resepsi atau tanggapan terhadapnya. Secara lebih jauh dijelaskan mengenai tanggapan pasif, yaitu bagaimana pembaca dapat memahami karya itu, atau melihat hakikat estetik yang ada di dalamnya. Atau mungkin bersifat aktif, yaitu bagaimana ia merealisasikannya(junus,1985:46)

Isser memberikan contoh bagaimana pelaksanaan teorinya yang mementingkan soal kesan, efek (wirkung). Lebih lanjut Isser memberikan kepada peranan pembaca dalam memahami atau mengkonkretkan suatu karya. Pembaca mungkin akan dapat merekonstruksikan suatu yang tak disebutkan (=nicht- Erzahlen), (Isser dalam Junus,1985:47). Wolfgang Isser dalam artikelnya Die Wurkliceit der Fiktion, mengajukan beberapa saran yang mendukung tekstabilitas studi sastra. Dia tidak melihat fiksi hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur komunikasional. Oleh karena itu, pertanyaan kuno yang diarahkan kepada sastra harus diganti dengan pertanyaan baru: fokus tidak lagi pada arti sastra, tetapi pada pengaruhnya (Isser dalam Segers,2000:40). Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra, (Segers,1978:45). Penelitian eksperimental ditujukan untuk memerikan sistem norma sejumlah pembaca yang tergolong pada kelompok baca yang oleh Stanley Fish disebut informed reader pembaca yang diberi informasi. Informed reader dibatasi dengan tiga karakteristik, yaitu (1) pewicara kompeten dengan bahasa yang dipakai dalam teks, (2) memiliki pengetahuan semantik yang penuh, pendengar dewasa yang dapat memahami tugasnya; ini termasuk pengetahuan (misalnya pengalaman menciptakan dan atau memahami) atau perangkat leksikal, kemungkinan kolokasi, idiom, dialek profesional dan lain-lain, dan (3) memiliki kompetensi sastra. (Fish dalam Segers,2000:96). Wienold menjelaskan bahwa objek studi sastra tidak lagi berupa teks, tetapi proses interpretasi dan evaluasi sastra. Wienold mendekati teks sastra dari

sudut pandang teori komunikasi (objek teori komunikasi adalah pemindahan informasi) (Wienold dalam Segers,2000:38). Norbert Groeben juga menyukai perlakuan terhadap hubungan teks dengan pembaca. Selanjutnya ia mengutarakan apa yang dimaksud dengan pendekatan empirik dalam studi sastra. Penelitian empirik mengimplikasikan penelitian tentang reaksi-reaksi pembaca yang riil (Groeben dalam Segers,1978:38). Hubungan antara estetika resepsi dan estetika eksperimetal mungkin mengarahkan pada hasil-hasil yang penting bagi studi sastra, pendidikan dan pengajaran, dan juga studi psikologi. dalam kolaborasi ini, estetika resepsi memiliki tugas menyusun basis penelitian teoretik dan merumuskan hipotesis dan tujuan-tujuan penelitian; estetika eksperimental akan memberikan kerangka kerja dalam penelitian yang layak dan tepat. (Segers,2000:82). Berlyne memberikan estetika eksperimental sebagai studi tentang efek-efek motivasional dari karyakarya seni kepada penerimanya, (Berlyne dalam Segers,1978:73). Penelitian estetika resepsi tidak lagi melakukan kerja analisis terhadap teks, tetapi menitikberatkan pada tanggapan pembaca terhadap teks secara riil. Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra. Fiksi tidak hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur komunikasional yang mengedepankan pemindahan informasi. Melalui pemaparan teori diatas maka peneliti memilih menggunakan teori resepsi milik Sieger yang menumpukan perhatian pada estetika eksperimental. Penelitian ini merupakan resepsi sastra, yaitu mengenai tanggapan pembaca dan

makna pemahaman terhadap novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El- Khalieqy. C. Kerangka Berpikir Deskripsi penelitian ini dapat dituangkan dalam kerangka berpikir seperti berikut ini. 1. Pengurus putri SKI FSSR UNS Angkatan 2011 yang berjumlah empat belas orang berinteraksi dengan novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy. 2. Dalam interaksi tersebut ditemukan delapan pembaca yang memiliki pemahaman tertinggi. 3. Kemudian dilakukan analisis proses resepsi pembaca atas novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy. 4. Wawancara mendalam terhadap pembaca mengenai alasan pemilihan jawaban yang ada dalam kuesioner eksperimental, baik secara tekstual dan pemahaman makna.

Gambar Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Novel Perempuan Berkalung Soban Delapan Informan Pengurus Putri SKI FSSR UNS Angkatan 2011 Resepsi Sastra - Tanggapan Tekstual - Pemahaman Makna Simpulan