BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PERANCANGAN

LAMPIRAN 1. CONTOH INFORMASI DATA TAHUNAN DEBIT SUNGAI (Sumber : Hidrology Year Book 1995 Jilid I)

BAB III PROFIL INSTANSI PENYEDIA DATA SUMBER DAYA AIR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/XI/2011 TENTANG JARINGAN INFORMASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lat ar B elakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. merubah paradigma masyarakat tentang bagaimana sebuah informasi

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sekarang ini, telah

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 35

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peralatan mesin, sehingga aktifitas penanaman dapat lebih cepat di laksanakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi mempunyai peran penting dalam perkembangan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dapat dirasakan

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI SRAGEN,

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia saat ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era informasi saat ini, komunikasi merupakan sarana penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia informasi juga menyebabkan cepatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perpustakaan merupakan faktor penting di dalam penunjang kebutuhan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Puslitbang SDA)

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini teknologi informasi berperan penting

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari pada sebuah sistem yang diolah secara manual, juga akan menghasilkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIDANAU CIUJUNG CIDURIAN UNIT HIDROLOGI DAN KUALITAS AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi sekarang ini, komputer merupakan salah satu alat yang sangat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan produktifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN: PENGALAMAN UPT PERPUSTAKAAN IPB 1

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN DATA TATA NASKAH KEPEGAWAIAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat. ini mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya dalam

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu proses pendistribusian dokumen. Perusahaan ingin mengalihkan proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STANDAR PELAYANAN PUBLIK DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR A. PENDAHULUAN Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Informasi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan pemakai jasa dalam mendapatkan informasi agar lebih mudah, cepat, tepat dan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya utama dari sebuah bisnis. Informasi diperlukan oleh perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. processing didukung oleh internal audit subsistem yang menyediakan data dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran serta teknologi dalam instansi Pemerintahan terus berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer dan semakin memasyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 113 Tahun 2010 memuat aturan

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun sudah tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia saat ini dianggap paling berharga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini teknologi berkembang dengan pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. baik organisasi pemerintah maupun swasta. Keseluruhan kegiatan organisasi pada

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan hutan yang sangat luas dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan yang dihadapi oleh para peneliti di bidang lingkungan, permasalahan yang dihadapi oleh instansi penyedia data, tujuan dan sasaran penulisan buku ini serta ruang lingkup pembahasan masalah. 1.1. Latar Belakang Pembahasan latar belakang perancangan sistem basis data sumber daya air (SISDA) dapat dibagi menjadi dua permasalahan. Yang pertama adalah Permasalahan Eksternal, yaitu permasalahan yang dihadapi oleh user yang berada di luar organisasi pengelola data atau instansi penyedia data. User yang berkaitan dengan masalah ekternal ini biasanya seorang peneliti di bidang lingkungan atau mahasiswa di jurusan lingkungan. Permasalahan yang kedua adalah Permasalahan Internal, yaitu masalah-masalah yang dihadapi oleh user yang berada di dalam organisasi pengelola data dalam hal ini adalah instansi penyedia data. User yang berkaitan dengan masalah ini adalah beberapa staf pelaksana yang melaksanakan tugas pengumpulan data dan pembuatan laporan setiap tahunnya. Implikasi dari permasalahan internal ini menyebabkan selalu terlambatnya penerbitan buku laporan tahunan. Bab 1. Pendahuluan 1

1.1.1. Permasalahan Bagi Peneliti Lingkungan Data-data mengenai sumber daya air sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia yang sangat banyak, perlu penganalisaan lebih lanjut agar dapat memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Dari informasi yang diberikan ini diharapkan dapat menanggulangi masalah pencemaran air, pelestarian sumber daya air, dll yang dapat membantu penelitian dan proyek yang dilakukan oleh instansi baik pemerintah maupun swasta. Sulitnya memperoleh data yang diperlukan untuk menunjang sebuah penelitian atau tugas proyek yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta menyebabkan bertambah lamanya waktu yang akan diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas penelitan atau pekerjaan proyek tersebut. Sehingga biaya untuk melakukan penelitian atau proyek tersebut akan menjadi bertambah besar. Kesulitan dalam memperoleh data tersebut selain disebabkan oleh banyaknya prosedur dan panjangnya birokrasi yang harus dipenuhi untuk memperoleh informasi data-data tersebut, juga disebabkan oleh kurangnya ketersediaan data yang sudah dianalisa menjadi sebuah informasi, serta tidak adanya sentralisasi dalam pengelolaan data tersebut. Sebagai contoh adalah : para peneliti di unit kerja Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair pada Direktorat Teknologi Lingkungan BPPT pada tahun anggaran 1996/1997 mengadakan penelitian tentang penurunan permukaan tanah di wilayah Kotamadya Semarang. Untuk menunjang penelitian tersebut diperlukan informasi data pengeboran air tanah dan data debit sungai yang ada di wilayah itu. 2 Bab 1. Pendahuluan

Untuk memenuhi kebutuhan akan informasi data tersebut, para peneliti membuat analisa awal untuk mengetahui area yang diamati berada di wilayah daerah aliran sungai yang mana. Setelah itu menentukan titik-titik sumur pantau dan pos duga air sungai, kemudian membuat surat permohonan informasi data ke kantor Dinas Pertambangan dan Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Semarang untuk memperoleh informasi data pengambilan air sumur bor, ke kantor Direktorat Geologi Tata Lingkungan (DGTL) Bandung untuk memperoleh peta geologi/hidrologi DAS dan ke kantor Puslitbang Pengairan di Bandung untuk memperoleh informasi data debit sungai. Dengan membawa surat permohonan itu, kemudian dilakukan perjalanan dinas ke Semarang dan Bandung oleh dua sampai tiga orang peneliti untuk mencari data yang dibutuhkan. Biasanya akan membutuhkan waktu tiga atau empat hari. Jika data tidak tersedia peneliti tersebut akan mengambil datanya sendiri ke lokasi dengan didampingi oleh petugas dari instansi yang terkait. Jika data sudah tersedia, informasi data dalam buku atau peta hanya dapat dipinjam untuk di-fotocopy. Izin untuk menyalin data yang dibutuhkan hanya dapat diperoleh jika surat pengantar yang diberikan oleh Direktur Teknologi Lingkungan BPPT kepada kepala kantor instansi yang terkait diterima dan disetujui. Dari sekian panjangnya urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh para peneliti dalam memperoleh informasi datanya, maka sudah pasti akan dibutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang cukup lama. Hal ini berpengaruh kepada semakin besarnya anggaran penelitian yang dibutuhkan dan semakin lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan penelitian lingkungan tersebut. Bab 1. Pendahuluan 3

1.1.2. Rangkuman Permasalahan Eksternal Yang termasuk dalam permasalahan eksternal di sini adalah permasalahan yang dihadapi oleh pengguna yang berada di luar organisasi pengelola data atau instansi penyedia data. Pengguna yang berkaitan dengan masalah eksternal ini pada umumnya adalah peneliti di bidang lingkungan atau mahasiswa di jurusan teknik lingkungan. Beberapa hal yang termasuk dalam permasalahan eksternal adalah : Birokrasi yang panjang. Masalah birokrasi merupakan masalah umum yang selalu dirasakan oleh masyarakat jika berhubungan dengan instansi pemeritah. Akibat dari masalah ini dapat menimbulkan permasalahan baru seperti lamanya waktu dan bertambah besarnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh suatu informasi data. Tidak tersedianya daftar informasi data. Tidak adanya daftar informasi data yang dihasilkan oleh suatu instansi penyedia data dapat menyebabkan sulitnya masyarakat untuk memperoleh informasi data tertentu yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan penelitian di bidang lingkungan. Selain itu masalah ini dapat menimbulkan duplikasi penerbitan informasi data antara instansi yang satu dengan instansi yang lain. Kurang tersedianya data yang sudah teranalisa. Banyaknya data primer yang belum teranalisa dan kurangnya proses analisa yang dilakukan terhadap datadata sumber daya air menyebabkan sedikitnya informasi yang dapat diperoleh dari suatu data sumber daya air. 4 Bab 1. Pendahuluan

Kebutuhan memperoleh data dengan cepat. Pada umumnya sebuah penelitian di bidang lingkungan perairan membutuhkan waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi saat ini, sudah seharusnya penyedia data dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat yang membutuhkan data-data sumber daya air dengan cepat. Kebutuhan memperoleh data dengan biaya murah. Sedikitnya anggaran penelitian yang dimiliki oleh sebuah lembaga riset atau universitas menyebabkan peneliti di bidang lingkungan berusaha mencari data dengan biaya yang sangat murah. Data yang dapat dibeli dengan biaya murah bukan berarti data mentah yang belum diolah, tetapi data mentah yang sudah diolah, minimal sudah dalam bentuk elektronik / digital. Kebutuhan memperoleh data dalam bentuk digital. Dengan kemajuan teknologi komputer saat ini, para peneliti lingkungan perairan akan lebih membutuhkan data sumber daya air dalam bentuk elektronik atau digital agar mempermudah proses pengolahan dan penganalisaan lebih lanjut terhadap data tersebut serta dapat mempercepat proses penelitian yang sedang dilakukan. Kurangnya koordinasi antar instansi penyedia data. Kurangnya koordinasi antar instansi penyedia data menyebabkan duplikasi kegiatan pengumpulan data dan pembuatan analisa data sumber daya air. Sehingga peneliti lingkungan akan bingung untuk memilih mana data yang telah memenuhi syarat bagi penelitian mereka. Bab 1. Pendahuluan 5

Tidak adanya sentralisasi penyediaan informasi data sumber daya air. Saat ini belum ada institusi yang menjadi pusat penyedia data informasi sumber daya air. Masing-masing institusi melakukan pegumpulan dan pengolahan data sumber daya air dengan cara sendiri-sendiri dan dengan teknologi yang berbeda-beda, sehingga antara data yang satu dengan data yang lain tidak memiliki kompatibilitas. Idealnya di setiap kotamadya memiliki sebuah pusat informasi sumber daya air yang dikelola oleh kantor Bapedal. 1.1.3. Permasalahan Bagi Instansi Penyedia Data Kondisi permasalahan yang ada di instansi penyedia data berbeda-beda. Umumnya di instansi seperti Puslitbang Pengairan PU Bandung (saat ini bernama Puslitbang Sumber Daya Air), Kantor Geologi Tata Lingkungan dan Kantor Dinas Pertambangan sudah memiliki bagian pengelolaan data yang tugasnya sehari-hari adalah mengumpulkan data dan membuat laporannya dalam bentuk laporan tahunan. Yang membedabedakannya adalah kualitas dari fasilitas komputasi dan jenis sistem informasi yang ada di masing-masing instansi tersebut. Pada bagian pengolahan data kantor Puslitbang SDA di Bandung, pengelolaan data secara komputerisasi masih dilakukan dengan cara tradisional, dimana komputer hanya digunakan sebagai alat editing data (spreadsheet) untuk pembuatan dokumentasi laporan tahunan saja. Data tidak disimpan secara terorganisasi dengan baik dalam sebuah basis data, melainkan disimpan secara terpisah-pisah dalam ribuan file dari tahun ke tahun. Selain itu perangkat keras komputer yang ada tidak terintegrasi dalam sebuah jaringan kerja yang dapat mendukung pekerjaan mereka. 6 Bab 1. Pendahuluan

Kondisi permasalahan yang mendasar ini dialami oleh staf pelaksana atau operator yang sehari-harinya melakukan tugas pengumpulan dan pengolahan data. Beberapa masalah tersebut antara lain adalah kurangnya ketersediaan komputer untuk pengolahan data, tidak adanya sistem informasi yang mendukung pekerjaan mereka, kurangnya kemampuan SDM dalam mengelola data secara elektronik, kurangnya anggaran biaya yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengolahan dan analisa data, dan lain-lain. Hibah atau bantuan dari luar negeri bagi instansi penyedia data umumnya berupa perangkat keras komputer, jaringan dan piranti lunaknya serta pelatihan yang diberikan kepada beberapa orang staf secara parsial. Bagi instansi yang sudah memiliki dukungan fasilitas perangkat keras seperti ini, umumnya kurang didukung oleh sistem informasi yang handal dan kemampuan SDM yang memadai. Akibatnya investasi yang diberikan tadi hanya aktif digunakan dalam beberapa tahun saja. Jika kontrak dengan negara donor tersebut sudah selesai, maka SDM yang ada kurang mampu meneruskan kegiatannya. Salah satu contoh akibat permasalahan yang dialami oleh Puslitbang SDA sebagai instansi penyedia data, salah satu tugas unit organisasi ini, yaitu penerbitan buku publikasi informasid data sering mengalami keterlambatan. Sebagai contoh untuk penerbitan buku Data Tahunan Debit Sungai Indonesia memiliki jangka waktu keterlambatan penerbitan selama 2 tahun. Pada tahun 2000 baru dapat diterbitkan buku publikasi yang memuat data debit sungai yang dikumpulkan pada tahun 1998. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk mengangkat kasus ini menjadi studi kasus dalam penulisan buku ini. Bab 1. Pendahuluan 7

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa inti dari permasalahan yang dialami oleh instansi penyedia data adalah tidak adanya sistem informasi lokal yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata staf pengelola data. Yang umum didapatkan adalah sistem informasi yang bukan berasal dari kebutuhan nyata user di instansi tersebut. Oleh karena itu jika dapat dikembangkan sebuah sistem informasi yang berasal dari sumber daya lokal, maka diharapkan kinerja unit pengolahan data pada instansi penyedia data tersebut dapat meningkat. 1.1.4. Rangkuman Permasalahan Internal Yang termasuk ke dalam permasalahan internal adalah permasalahan yang dihadapi oleh pengguna yang berada di dalam unit organisasi pengelola data atau instansi penyedia data. Beberapa hal yang termasuk dalam permasalahan internal adalah : Pengelolaan data tidak didukung oleh sistem informasi / teknologi informasi. Instansi penyedia data pada umumnya tidak didukung oleh sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI) dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data. Beberapa instansi masih melakukan pengelolaan data secara tradisional walaupun menggunakan komputer untuk memprosesnya. Tidak adanya sistem basis data yang terstruktur. 8 Bab 1. Pendahuluan

Pengelolaan data sumber daya air yang telah dilakukan oleh beberapa instansi belum menggunakan sistem basis data terstruktur, melainkan menyimpan data-datanya dalam beberapa file secara tradisional, sehingga menyulitkan penggunanya sendiri dalam melakukan penelusuran data yang telah dikumpulkan, khususnya untuk data-data beberapa tahun yang lalu. Pemanfaatan teknologi informasi yang kurang optimal. Selain sedikitnya jumlah komputer yang dimiliki, perangkat keras dan perangkat penunjang lain yang saat ini dimiliki oleh instansi penyedia data belum dimanfaatkan secara optimal dalam pengelolaan data sumber daya air. Tidak tersedianya tools penelusuran informasi (manual / elektronik) dengan cepat. Publikasi data sumber daya air yang dihasilkan tidak dilengkapi dengan sistem penelusuran data baik secara manual maupun elektronik, sehingga untuk memperoleh data yang sudah cukup lama akan dibutuhkan waktu yang sangat lama. 1.2. Tujuan dan Sasaran Perancangan sistem basis data sumber daya air ini bertujuan agar dapat memberikan masukan kepada instansi penyedia data pada umumnya dan khususnya agar rancangan ini dapat diterapkan oleh bagian pengelolaan data, Puslitbang SDA, Dep. PU. Bab 1. Pendahuluan 9

Rancangan sistem ini dibuat untuk mendukung salah satu tugas unit organisasi ini dalam menerbitkan buku tahunan data sumber daya air nasional, yang hasilnya akan disebarluaskan kepada instansi atau lembaga penelitian yang lain. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah : Terbentuknya sebuah rancangan sistem informasi yang dapat menangani data hirologi dan meteorologi sumber daya air Terbentuknya rancangan konseptual jaringan komputer yang dapat menangani sistem informasi sumber daya air nasional. Memberikan alternatif teknologi informasi lain dalam mendistribusikan terbitan data tahunan dengan memanfaatkan teknologi internet. 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Untuk mencapai tujuan dan sasaran di atas, maka perlu diberikan batasan terhadap ruang lingkup pembahasan tentang perancangan sistem informasi dalam tesis ini, yaitu : 1. Identifikasi sistem yang ada, permasalahan eksternal dan internal. Proses identifikasi sistem dan permasalahannya dilakukan dengan teknik interview kepada staf di Puslitbang Sumber Daya Air dan beberapa orang peneliti lingkungan perairan di BPPT, LIPI dan Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan. 2. Identifikasi macam data sumber daya air 10 Bab 1. Pendahuluan

Proses identifikasinya dilakukan dengan interview kepada beberapa orang peneliti lingkungan yang menangani masalah air di BPPT, dan menganalisa bentuk-bentuk publikasi laporan yang berkaitan dengan data sumber daya air. 3. Analisa proses pengolahan data Analisa akan dilakukan dengan memahami setiap tahapan yang dilakukan oleh Puslitbang SDA dalam mengolah data sumber daya air, serta memahami setiap jenis definisi informasi data sumber daya air. 4. Perancangan sistem informasi sumber daya air Perancangan sistem informasi dilakukan dengan membuat disain basis data terstruktur dan memberikan masukan berupa konsep implementasi-nya yang memanfaatkan jaringan internet dan teknologi informasi hypertext. Bab 1. Pendahuluan 11