PENYELENGGARAAN JPKM

dokumen-dokumen yang mirip
efektivitas-efisiensi. efisiensi.

Sistem Pembayaran Kapitasi. Didik Sunaryadi,BSc, SKM, MKes

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG

Pemeliharaan Kesehatan. Masyarakat) & DOKTER KELUARGA

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM)

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 8 SERI E

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

Utilization Review di Tempat Praktek: Alat Untuk Mendukung Pelayanan Kesehatan Efektif dan Efisien. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

SIMULASI KAPITASI JKN YANG ADEKUAT. 2nd INAHea Congress 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan mana pihak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

KONSEP ASURANSI KESEHATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik dan Sosial Ekonomi Keluarga

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

KAPITA SELEKTA PELAYANAN KESEHATAN BAGI KELUARGA MISKIN DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Methode. Methode deskriptif kualitatif Populasi 2 orang petugas dana sehat Sampel rang

POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

SISTEM PEMBIAYAAN KES/ ASURANSI KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN SUMEDANG

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

g;~g>~p15~~ Q1'~~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 171 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

ASURANSI KESEHATAN. Oleh : AEP NURUL HIDAYAH (RKM ) REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN POLITEKNIK TEDC BANDUNG

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

Perlindungan Asuransi yang Memenuhi Kebutuhan Anda dan Keluarga

PEMBAYARAN KAPITASI DOKTER PRIMER DALAM PROGRAM ASURANSI KESEHATAN. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Undang-

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

KOMUNIKASI DATA ELEKTRONIK PROGRAM JAMKESTA DIY. amkesos

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat KARTU SEHAT UNTUK SI MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam tingkat kesejahteraan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

Transkripsi:

SISTEM KAPITASI DALAM PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Sistem Pembiayaan 1. Fee for service, datang berobat bayar 2. Health insurance, datang berobat yang membayar pihak asuransi (pihak ketiga) Pembayaran praupaya (untuk mengatasi masalah dengan administrasi pada asuransi) 1. Sistem Kapitasi- JPKM 2. Sistem Paket 3. Sistem Diagnosa kelompok terkait (DRG system) 4. Sistem anggaran

PENYELENGGARAAN JPKM BAPIM BAPEL PESERTA Ikatan kerja/kontrak siklus kendali mutu pemantauan utilisasi penanganan keluhan Yankes (paripurna) PPK

Kapitasi berasal dari kata kapita yang berarti kepala. Sistem Kapitasi berarti cara perhitungan berdasarkan jumlah kepala yang terikat dalam kelompok tertentu. Kepala dalam hal ini berarti orang atau peserta atau anggota. Pembayaran bagi pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dengan Sistem Kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu Lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anggota lembaga tersebut, Yaitu dengan membayar di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Yang dimaksud dengan Lembaga adalah Badan Penyelenggara JPKM (Bapel). Sedangkan yang dimaksud dengan Satuan Biaya (Unit Cost) adalah harga rata-rata pelayanan kesehatan perkapita (disebut juga Satuan Biaya Kapitasi) yang disepakati kedua belah pihak (PPK dan Lembaga) untuk diberlakukan dalam jangka waktu tertentu.

PENENTUAN ANGKA KAPITASI Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi adalah akurasi prediksi angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan. Kapitasi = Angka utilisasi x Biaya satuan/unit cost

ANGKA UTILISASI (UTILIZATION RATE) Angka utilisasi dapat diketahui dari berbagai laporan yang ada, umpamanya Susenas, atau dari Dinas Kesehatan setempat. Angka utilisasi dipengaruhi oleh: 1. Karakteristik Populasi 2. Sifat Sistem Pelayanan 3. Manfaat yang ditawarkan 4. Kebijakan asuransi

Utilisasi Adalah: tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan yang dimiliki sebuah klinik/praktik. Dinyatakan dalam persen (prosentase): jumlah kujungan per 100 orang di populasi tertentu (jumlah kunjungan/total populasi x 100%) Memberikan gambaran tentang: kualitas pelayanan Risiko suatu populasi (angka kesakitan) Utilisasi tinggi menunjukkan: kualitas pelayanan buruk atau derajat kesehatan peserta buruk Penting untuk menghitung tarif atau kapitasi

Unit Cost Adalah: Biaya rata-rata untuk setiap jenis pelayanan pada kurun waktu tertentu. Hanya dapat dihitung bila administrasi keuangan rapi (sistematis), sehingga dapat melihat pemasukan untuk setiap jenis pelayanan. Rumus: Jumlah pendapatan untuk setiap jenis pelayanan/jumlah kunjungan untuk pelayanan tersebut. Unit cost identik dengan tarif atau harga jual (harga pokok ditambah margin)

Memberikan gambaran tentang: Efisiensi pelayanan Risiko biaya suatu populasi (beban biaya) Unit cost tinggi menunjukkan: Pelayanan tidak efisien atau populasi memiliki risiko biaya tinggi (banyak penyakit degeneratif) Penting untuk: menghitung tarif atau kapitasi Kontrol biaya dan ketaatan tim terhadap SOP yang telah disepakati

Satuan biaya kapitasi ditetapkan berdasarkan perkiraan besarnya resiko gangguan kesehatan yang memerlukan pelayanan kesehatan di kalangan anggota lembaga pendanaan kesehatan tersebut dalam waktu tertentu. Faktor-faktor yang menentukan satuan biaya kapitasi: 1. Bentuk-bentuk gangguan/masalah kesehatan yang umumnya dialami anggota beserta prevalensisnya. 2. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mengatasi gangguan kesehatan tersebut beserta tarifnya 3. Tingkat penggunaan pelayanan kesehatan oleh anggota

Dari setiap pelayanan kesehatan, dihitung angka/biaya kapitasi dengan mengalikan angka utilisasi tersebut dengan satuan biaya riil (real cost). Jumlah dari semua angka kapitasi yang didapat menjadi angka kapitasi rata-rata per peserta per bulan. Secara umum rumus penghitungan kapitasi adalah sebagai berikut : Angka kapitasi = angka utilisasi tahunan x biaya satuan : 12 bulan = biaya per anggota per bulan (PAPB)

Contoh penetapan angka utilisasi dan angka kapitasi : Dari laporan pemanfaatqn pelayanan kesehatan tahun yang lalu (experienced rate) dapat diketahui jumlah kunjungan rawat jalan peserta asuransi kesehatan ke PPK tingkat I sebanyak 12.443 kunjungan. Jumlah peserta 10.000 orang. Biaya dokter dan obat per kunjungan rata-rata Rp. 15.000,- (jasa dokter Rp. 5.000,- dan biaya obat rata-rata Rp. 10.000,-). Maka berdasarkan rumus diatas, maka angka kapitasi per anggota per bulan (PAPB PAPB), adalah sebagai berikut : PAPB = 12433 x Rp.15.000 : 12 bulan = Rp. 1554,12 10.000

PENENTUAN PEMBAYARAN PPK SECARA KAPITASI Perhitungan pembayaran kapitasi didasarkan atas perhitungan biaya per kepala (per kapita) untuk pelayanan yang harus diberikan bagi setiap peserta dalam jangka waktu tertentu (biaya pelayanan kapitasi). Besarnya tarif pelayanan kesehatan disini merupakan hasil kesepakatan antara Bapel JPKM dengan PPK yang bersangkut. Perhitungan pembayaran kapitasi yaitu : jumlah peserta dan keluarganya yang terdaftar sebagai peserta dikalikan dengan besarnya angka kapitasi untuk jenis pelayanan kesehatan yang diinginkan. Pembayaran kapitasi = jumlah peserta x angka kapitasi

Contoh perhitungan pembayaran kapitasi : Jumlah peserta 3000 orang dan biaya kapitasi rawat jalan TK I Rp. 1.569,94 Pembayaran kapitasi lewat jalan TK I = 3000 x Rp. 1.569,94 = Rp. 4.709,820/bulan.

No Contoh Perhitungan Biaya Kapitasi per Bulan JENIS PELAYANAN 1. Rawat Jalan Tingkat I ANGKA UTILISASI (%) Unit Cost (riil) (Rp) ANGKA KAPITASI (Rp) a. Dokter Umum 12,2 4.000 488 b. Dokter Gigi 10,06 8.000 84,40 c. Obat-obatan 16,26 5.000 813 d. Penunjang Dx 2,3 8.000 184 Biaya Rawta Jalan Tingkat I 1.569,94 2. Rawat Jalan Tingkat II a. Dokter Spesialis 1,895 10.000 189 b. Obat Spesialis 1,890 15.000 283,50 c. Penunjang Dx 0,458 5.000 22,90 Biaya Rawat Jalan Tingkat II 495.40

3. Rawat Inap dan Pengobatan Khusus 0,554 100.000 544 a. Operasi : - Kecil 0,0277 150.000 41,55 - Sedang 0,0504 300.000 151,20 - Besar 0,0304 600.000 1,82 b. Gawat Darurat 0,037 5.000 18,50 c. Persalinan 0,0797 39,85 d. Perawatan Khusus (ICU, ICCU) 0,007 300.000 21 e. Pemeriksaan Khusus (USG, EKG) 0,083 25.000 20,75 f. Kaca mata 0,156 25.000 0,39 g. Gigi palsu 0,0017 100.000 0,17 h. Pelayanan Preventif & Promotif 0,2 30.000 60 i. Lain-lain 0 0 0 Biaya Kapitasi Rawat Inap dan Pengobatan Khusus Total seluruh biaya kapitasi untuk Rawat Jaln TK I dan Rawat Jalan Tk II serta Rawat Inap termasuk Pengobatan Khusus Rumah Sakit = Rp. 1.569,94 + Rp. 544 + Rp. 919,23 = Rp. 3.033,17 919,23

MANFAAT SISTEM KAPITASI Ada jaminan tersedianya anggaran untuk pelayanan kesehatan yang akan diberikan Ada dorongan untuk merangsang perencanaan yang baik dalam pelayanan kesehatan, sehingga dapat dilakukan : Pengendalian biaya pelayanan kesehatan per anggota Pengendalian tingkat penggunaan pelayanan kesehatan Efisiensi biaya dengan penyerasian upaya promotif-preventif preventif dengan kuratif-rehabilitatifrehabilitatif Rangsangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien Peningkatan pendapatan untuk PPK yang bermutu Peningkatan kepuasan anggota yang akan menjamin tersedianya kesehatan masyarakat

RISK PROFIT SHARING Sistem Risk Profit Sharing/RPS (pembagian Risiko dan Keuntungan) pada dasarnya merupakan kesehatan antara suatu Bapel JPKM dengan PPK dalam dua hal : PPK menerima pembayaran prospektif (di muka) secara kapitasi untuk setiap peserta yang terdaftar pada PPK tersebut. Atas dasar pembayaran ini, PPK berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana ditentukan ke dalam kontrak. PPK sepakat akan turut menangan risiko finansial yang disebabkan karena penggunaan berlebihan (over utilization) dan turut mendapat sebagian dari keuntungan yang diperoleh pada akhir masa kapitasi. Sistem RSP memakai konsep withhold, yaitu sebagian dari kapitasi yang akan dibayarkan kepada PPK, ditahan oleh Bapel dan disimpan dalam suatu dana cadangan (contingency fund) yang akan dipakai untuk menutup kerugian yang mungkin terjadi dalam pengelolaan program.

MANAJEMEN KEUANGAN JPKM JUMLAH PREMI PST x Premi x 12 UL KAPITASI 75% - 91% BAPEL 9% - 25% BAPEL 9% - 25% YANKES 75% - 85% WITH HOLD FUND 15% - 25% PPK 50% - 75%

Perhitungan RPS akan dilaksanakan pada PPK yang telah tersedia melaksanakan pembayaran cara kapitasi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Perhitungan Profit Sharing untuk PPK Tk. I dan Tk. II adalah sebesar 70% dari WithHold, sedangkan untuk Rawat Inap sebesar 60% dari WithHold. 2. Perhitungan Risk Sharing untuk PPK Tk. I dan Tk. II adalah sebesar 30% dari WithHolder,, sedangkan untuk Rawat Inap sebesar 40% dari WithHold. 3. Perhitungan Loss Cover baik untuk PPK Tk. I, Tk. II maupun Rawat Inap adalah sebesar 1,5 kali besarnya WithHold. 4. Bila realisasi biaya pelayanan kesehatan PPK 80% atau kurang, maka maksimum Profit Sharing yang diterima oleh PPK adalah 80% atau kurang, maka maksimum Profit Sharing yang diterima PPK adalah sebesar RPS pada masing-masing tingkat kesehatan. 5. Bila realisasi biaya pelayanan kesehatan PPK lebih dari 80% sampai 100% maka besarnya Profit Sharing yang diterima oleh PPK adalah sebagian dari RPS. 6. Bila realisasi biaya pelayanan kesehatan PPK lebih dari 100% maka rasio kerugian dibayar melalui Risk Sharing dan bila belum mencukupi dapat diambil dari Loss Cover Asuransi (Reasuransi).

Berdasarkan pada ketentuan diatas, sebagai contoh maka : Perhitungan RPS pada PPK Tk. I : Misal Angka Kapitasi Rp. 4.664,84 Maksimum profit sharing (Kapitasi x 20% x 70%) Rp. 653,08 Risk Sharing (Kapitasi x 20% x 30%) Rp. 279,89 Loss Cover (Kapitasi x 20% x 1,5) Rp. 1.399,46 Perhitungan RPS pada PPK Tk. II : Misal Angka Kapitasi Rp. 1.154,50 Maksimum profit sharing (Kapitasi x 20% x 70%) Rp. 163,08 Risk Sharing (Kapitasi x 20% x 30%) Rp. 69,89 Loss Cover (Kapitasi x 20% x 1,5) Rp. 346,35 Perhitungan RPS pada PPK Rawat Inap/RS Misal Angka Kapitasi Rp. 2.154,50 Maksimum profit sharing (Kapitasi x 20% x 70%) Rp. 355,08 Risk Sharing (Kapitasi x 20% x 30%) Rp. 236,72 Loss Cover (Kapitasi x 20% x 1,5) Rp. 887,70

PERHITUNGAN PREMI Besaran premi akan dihitung berdasarkan pola penyakit setempat, tingkat utilisasi pelayanan dan biaya satuan pelayanan kesehatan, untuk masyarakat dalam suatu wilayah tertentu. Dalam praktek, penentuan premi juga harus mempertimbangkan beberapa hal: Kemampuan Bayar Peserta (Ability to Pay/ATP) Kemauan Bayar Peserta (Willingness to Pay/WTP) Isi paket pemeliharaan kesehatan Perubahan utilisasi pelayanan Besarnya iuran/premi yang harus dibayar peserta secara teratur yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan ekonomi pada tingkat keluarga akan mendorong kepesertaan segenap penduduk sekaligus pemerataannya. Besar Kapitasi adalah 80% dari premi

Karena itu penentuan premi diperhitungkan sebagai berikut : Premi = 100/80 x angka kapitasi pelayanan Dalam contoh biaya kapitasi di atas, maka premi dihitung sebagai berikut : Premi = 100/80 x Rp. 3.033,17 = Rp. 3.791,46 per kepala/bulan = dibulatkan menjadi Rp. 3.800 per kepala/bulan

TERIMA KASIH