QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN,PEMELIHARAAN, DAN REHABILITASI KAWASAN SUMBER AIR

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BISMILLAHIRRAHMANNIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA LANGSA

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

Manajemen Pelayanan di Puskesmas

Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 15 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROEACEH DARUSSALAM NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2002 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

DRAFT QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN ANGGARAN 2015

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1987 Tentang : Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 29 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA STRATEGIS DAERAH ( RENSTRADA) TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 11 TAHUN 2001 T ENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 24 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 31 SERI D

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 36 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN WALIKOTA TARAKAN,

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

TENTANG STAN DAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS NON RAWAT INAP KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 31 TAHUN 2001

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 142 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH ( RKP) PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI DAN PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS

PERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR : 8 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 5 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI KUDUS KEPUTUSAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang: a. bahwa dalam upaya meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, perlu ditempuh upayaupaya Penyelenggaraan dan Pembiayaan Kesehatan; b. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai tentang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dipandang perlu untuk melakukan suatu penetapan terhadap Penyelenggaraan dan Pembiayaan Upaya kesehatan; c. bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur dengan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 5. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 172 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 206); 7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4029); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4029); 13. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Peraturan Perundangundangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70); 14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747/Menkes Kessos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 15. Peraturan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 15 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan. Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 44 Tahun 2001); 16. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2001-2005 (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 20 Tahun 2002); 17. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 3 Tahun 2002 tentang Rencana Strategis Program Pembangunan Daerah (Renstra Propeda) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2001-2005 (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 22 Tahun 2002); 18. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam bidang Aqidah, Ibadah dan Syi'ar Islam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 3 Tahun 2003 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Perangkat Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas, Presiden beserta Menteri, atau Pejabat setingkat Menteri; 2. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selanjutnya disebut Provinsi adalah Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 5. Kabupaten adalah Daerah Otonom dalam, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Bupati; 6. Kota adalah Daerah Otonom dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Walikota; 7. Syari'at Islam adalah tuntunan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan; 8. Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang selanjutnya disebut Dinas Kesehatan adalah Perangkat Daerah sebagai unsur Pelaksana Pemerintah Provinsi di bidang kesehatan, yang berada di bawah Gubernur; 9. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah Perangkat Daerah sebagai unsur Pelaksana Pemerintah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan, yang berada di bawah Bupati/Walikota; 10. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis; 11. Penyelenggaraan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat; 12. Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. BAB II DASAR, TUJUAN, KEWENANGAN, PRINSIP DAN UPAYA KESEHATAN Pasal 2 Penyelenggaraan dan pembiayaan upaya kesehatan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan pads pelayanan kesehatan yang Islami dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di bidang kesehatan. Pasal 3 Penyelenggaraan dan pembiayaan upaya kesehatan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, Kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan Islami. Pasal 4 Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota mempunyai Kewenangan untuk menetapkan pedoman, melakukan penyuluhan, pengelolaan dan pemberian izin, sarana dan prasarana kesehatan, penetapan tenaga kesehatan, perencanaan dan pengendalian pembangunan upaya kesehatan. Pasal 5 Penyelenggaraan dan pembiayaan upaya kesehatan dilaksanakan dengan prinsip berkeadilan, transparan, berkesinambungan, amanah, demokratis, proporsional, bertanggung jawab, efisien, merata dan islami.

BAB III PENYELENGARAAN UPAYA KESEHATAN Pasal 6 Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif) pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pasal 7 Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 dilaksanakan melalui kegiatan: a. promosi kesehatan; b. pelayanan kesehatan dasar; c. pelayanan kesehatan rujukan; d. pemulihan kesehatan; e. pembinaan kesehatan lingkungan; f. peningkatan gizi masyarakat; g. kesehatan keluarga; h. peningkatan kualitas tenaga kesehatan; i. pemberantasan penyakit menular; j. pembinaan peran serta masyarakat; k. pengamanan sediaan farmasi dan alai-alai kesehatan; l. penyelenggaraan administrasi kesehatan. Pasal 8 Penyelenggaraan dan pembiayaan upaya kesehatan diprioritaskan bagi keluarga miskin dan kelompok masyarakat rentan. BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PEMAKAI JASA PELAYANAN KESEHATAN Pasal 9 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal untuk mencapai visi Aceh Sehat yang Islami. Pasal 10 Upaya penyelenggaraan kesehatan bagi keluarga miskin dan kelompok masyarakat rentan adalah kewajiban pemerintah. Pasal 11 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungannya. Pasal 12 Pemerintah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan upaya penanggulangan wabah dan Kejadian Luar Biasa.

BAB V PEMBIAYAAN KESEHATAN Pasal 13 Segala biaya yang diperlukan untuk melaksanakan Penyelenggaraan dan Upaya Kesehatan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta sumber-sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. Pasal 14 Alokasi pembiayaan penyelenggaraan dan upaya kesehatan untuk Kabupaten/Kota di koordinasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 15 Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib menganggarkan biaya minimal 15 % dari Anggaran Pendapat Belanja Daerah (APBD) masing-masing untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pasal 16 Dinas:Kesehatan Provinsi diberikan wewenang menata sistem pembiayaan kesehatan di tingkat Provinsi dan lintas Kabupaten/Kota dengan tugas merumuskan kebijakan pembiayaan, melakukan pembinaan dan mengkoordinasikan pelaksanaan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Pasal 17 (1) Sistem Pembiayaan Kesehatan untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi masyarakat adalah sistem Asuransi Kesehatan Sosial dengan penerapan pengendalian mutu pelayanan kesehatan dan pengendalian biaya pelayanan kesehatan. (2) Paket pelayanan kesehatan yang diberi Asuransi Kesehatan Sosial adalah Paket Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas dan Paket Pelayanan Esensial di Rumah Sakit. Di luar Paket Pelayanan Kesehatan Dasar dan Paket Pelayanan Esesnsia tidak dijamin oleh Asuransi Kesehatan Sosial. (3) Pembayaran secara pra upaya dengan sistem kapitasi, besaran premi ditetapkan berdasarkan perhitungan yang rasional. (4) Pemerintah membayar premi keluarga miskin, sedangkan keluarga non miskin membayar premi sesuai kemampuannya, sehingga terjadi subsidi silang pembiayaan kesehatan. BAB VI PENUTUP Pasal 18 (1) Pada saat mulai berlakunya Qanun ini, semua peraturan yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang peraturan pelaksanaannya yang bersifat umum akan diatur dengan Keputusan Gubernur, sedangkan yang bersifat teknis ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pasal 19 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Disahkan di : Banda Aceh pada tanggal : 15 J u 1 i 2003 15 Jumadil Awal 1424 GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ABDULLAH PUTEH Diundangkan di Banda Aceh pada tanggal 16 J uli 2003 16 Jumadil Awal 1424 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM THANTHAWI ISHAK LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2003 NOMOR 24 SERI D NOMOR 11

1. UMUM PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN Tujuan negara Indonesia seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Salah satu sektor yang mendasar dalam kesejahteraan umum adalah keadilan dalam pelayanan kesehatan. Perin pembangunan kesehatan secara tidak langsung meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mencerdaskan bangsa. Kesehatan merupakan rahmat dan karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia dan merupakan salah satu hak dasar manusia dalam menjalani kehidupannya. Seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sangat tergantung dari kualitas kesehatan yang dimilikinya. Sehingga kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan manusia menuju peningkatan kualitas sumber daya yang handal. Bidang kesehatan menjadi penopang dari tiga pilar Keistimewaan Aceh seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 44 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang meliputi bidang agama, pendidikan Dan peradatan. Realita ini dipertegas dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal ini memungkinkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melaksanakan pembangunan kesehatan dengan pendekatan spesifik daerah yang proporsional yang melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan bidang kesehatan yang meliputi penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan menuntut adanya perhatian dan keterlibatan yang besar dari seluruh infra struktur dan supra, struktur yang ada. Hasil pembangunan kesehatan sering kali tidak dapat dilihat secara langsung namun memiliki dampak eksternalitas yang besar. Misalnya, perbaikan gizi belum sepenuhnya dipandang sebagai upaya mempersiapkan generasi penerus yang unggul. Penganggaran biaya kesehatan sangat tidak memadai oleh karena pembiayaan kesehatan masih sering dipersepsikan sebagai kebutuhan konsumtif. Masalah kesehatan bersifat sangat dinamis dan tidak dapat dibatasi oleh waktu dan besarnya. Di samping itu masalah kesehatan dapat bersifat lintas kabupaten/kota maupun provinsi. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular harus dilakukan secara komprehensif, sisteniatis dan berbasis lingkungan untuk mencegah timbulnya dampak penyakit pada masyarakat setempat maupun bagi daerah lainnya. Masalah kesehatan juga bersifat multidimensi, oleh karma itu membutuhkan peran serta berbagai komponen ilmu, instansi, maupun sektor. Keberhasilan pelaksanaan pelayanan di Masing Masing tingkat administrasi dapat di evaluasi berdasarkan indikator kinerjanya. Indikator yang ditetapkan dari setiap Kewenangan yang harus dilaksanakan ini ditetapkan berdasarkan : komitmen global, nasional, regional dan lokal. Di samping itu perlu dipertimbangkan kondisi daerah serta kinerja program yang telah dicapai. Seluruh pendanaan program-program di atas bersumber dari pemerintah yang sifatnya proyek dan karenanya tidak ada jaminan kelanjutannya. Sumber dana dari pemerintah daerah juga belum dipadukan untuk program pengentasan kemiskinan

umumnya dan pembiayaan kesehatan khususnya. Sementara itu, sulit bagi penduduk miskin untuk tidak lagi mendapatkan jaminan seperti yang pernah diperolehnya. Dana masyarakat selama ini juga telah tersedia melalui berbagai lembaga keagamaan yang memiliki potensi cukup besar. Tanpa suatu program berkelanjutan, penduduk miskin hanya akan menjadi komoditas politik yang tidak bisa mengangkat mereka dari lingkaran kemiskinan. Pada hal UUD 45 jelas-jelas mengamanatkan agar negara bertanggung jawab atas penduduk miskin dan anak terlantar. Upaya yang berkesinambungan dan pendanaan yang memadai perlu segera disiapkan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 kejadian luar biasa yang dimaksud dalam pasal ini adalah kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi di bidang Kesehatan seperti kejadian pada saat bencana alam, pengungsi dan lain-lain sejenisnya. Pemerintah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan upaya penanggulangan wabah dan Kejadian Luar Biasa yang meliputi : a. penyelidikan epidemiologi; b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina; c. pencegahan, seperti imunisasi; d. pemusnahan penyebab penyakit; e. penanganan jenazah akibat wabah; f. penyuluhan kepada masyarakat; g. upaya penanggulangan lainnya seperti penyemprotan. Pasal 13 Pasal 14

Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Ayat (1) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan/Asuransi Kesehatan Sosial adalah kepesertaan wajib bagi seluruh penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Pengelola berada di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi untuk memenuhi azas the law of large number. Subsidi pelayanan kesehatan tidak untuk semua orang, tetapi hanya untuk keluarga miskin, keluarga non miskin membayar premi sehingga terjadi subsidi silang, hal ini akan lebih memperingan beban pemerintah membiayai pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin. Menerapkan konsep Managed Care yaitu penerapan pengendalian mutu pelayanan kesehatan dan pengendalian mutu pelayanan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan akses, penerimaan, ketersediaan, cakupan pelayanan, pemerataan, kualitas pelayanan, kesinambungan dan yang lebih penting lagi adalah efisiensi sumber daya. Ayat (2) Pelayanan Kesehatan yang diberikan melalui Paket Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas dan Paket Pelayanan Esensial di Rumah Sakit menganut pola rujukan secara bertingkat mulai fasilitas Puskesmas Pembantu sampai ke Rumah Sakit Provinsi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan adalah : a. Pada Tingkat Puskesmas Pembantu : - pemeriksaan dan pengobatan dasar rawat jalan; perawatan KIA/KB terbatas; pada tingkat Puskesmas; - pemeriksaan dan pengobatan dasar rawat jalan; perawatan KIA/KB; - pelayanan gigi dan mulut dasar; - persalinan normal; - pelayanan obat berdasarkan DPHO; - pelayanan gawat darurat. b. Pada tingkat Puskesmas Rawat Inap : - pemeriksaan dan pengobatan dasar rawat jalan; - perawatan KIA/KB; - pelayanan gigi dan mulut dasar; - persalinan normal; - pelayanan obat berdasarkan DPHO; - pelayanan gawat darurat; - rawat inap maksimal 5 hari, bila lebih dari 5 hari cost sharing. c. Pada Tingkat Rumah Sakit : - pemeriksaan dan pengobatan dasar rawat jalan lanjutan; - penunjang diagnostik sederhana berupa pemeriksaan laboratorium - dasar, radiologi, elektro kardiografi; - pelayanan gigi dan mulut lanjutan; - pelayanan gawat darurat; - rawat inap maksimal 5 hari, bila lebih dari 5 hari cost sharing.

Ayat (3) Pembayaran praupaya dengan sistem kapitasi, dengan sistem kapitasi Akan menyederhanakan administrasi, efisiensi, dorongan upaya pencegahan dan promotif sangat besar, akan mengubah orientasi pelayanan dari kuratif ke preventif, peningkatan mutu pelayanan karena adanya insentif bagi provider yang dapat mengendalikan ultilisasi. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 18 Pasal 19 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 27 I