Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA USIA TAHUN DI SMA PGRI I TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

Nisa khoiriah INTISARI

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI RW V KELURAHAN SIDOKARE KECAMATAN SIDOARJO

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

FAJAR DWI ATMOKO F

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

Fajarina Lathu A INTISARI

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA Asmawahyunita 1, dan Ummu Lathifah 2 INTISARI Pola asuh orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan ada kehangatan pertautan perasaan. Oleh sebab itu, anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan mereka untuk memahami, menerima. Tujuan dari penelitian ini mendiskripsikan pola asuh orang tua pada remaja. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 16 november 2012 di SMK PGRI 1 Mejobo kudus di dapatkan 10 siswa. 2 siswa pola asuh orang tua otoriter, 6 siswa pola asuh yang demokratis, dan 2 siswa pola asuh primitif. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI pemasaran sejumlah 68 siswi yang diambil secara total sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. diolah secara editing, coding, tabulating, serta dianalisis secara univariat. Berdasarkan hasil pengolahan data pola asuh orang tua pada remaja menunjukan sebagian besar mendapatkan pola asuh orang tua yang demokratis, yaitu sebanyak 59 responden (86.8%), sebanyak 7 responden (10.3%) mendapatkan pola asuhyang otoriter, sebanyak 2 responden (2.9%) mendapatkan pola asuh yang serba boleh. Diharapkan dengan pola asuh demokratis remaja dapat meningkatkan prestasi baik di akademik maupun nonh akademik, sehingga menciptakan generasi yang berkualitas. Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua PENDAHULUAN Menurut Depkes remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10 19 tahun (Santrock, 1993). Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10 14 tahun), masa remaja pertengahan (14 17 tahun ), dan masa remaja akhir (17 19 tahun) (Poltekes Depkes, 2010). Pada tahun 2007 jumlah remaja umur 10-25 tahun sangat besar terdapat sekitar 64 juta jiwa atau 28,6% dari jumlah penduduk indonesia sebanyak 222 juta. Disamping jumlahnya yang besar, remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. (BKKBN, 2011; h.1) Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, jumlah penduduk di Jawa Tengah adalah 33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja usia 12-17 tahun 3.878.474 jiwa. Suara Merdeka (2008) menjelaskan awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun dan akhir remaja bermula dari usia 16 sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Artinya jumlah usia dalam kategori remaja di Kudus sekitar 140 ribuan jiwa. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Pendidikan umum HIKMAH 6

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian, keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan umum. Orang tua merealisasikannya dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang dihayati oleh anak-anak agar memiliki dasar-dasar dalam mengembangkan disiplin diri. (Kartono kartini, 2011, h. 57; Shochib, 2011, h.2) Orang tua atau guru sering kurang mau memahami anak-anak sebagai suatu individu yang unik. Keinginan anak sering disamaratakan, dengan menuntuk mereka untuk mampu berprestasi dalam beberapa bidang sekaligus. Akibatnya, mereka sering menemui kegagalan dan akhirnya justru mengalami frustasi. Kenyataannya di lapangan yang diamati oleh peneliti menunjukan perilaku beberapa anak sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri, seperti perkelahian antar remaja, mengunci orang tua di kamar mandi, bolos sekolah, merokok, minim-minuman keras, dan pemerkosaan. Kasus tersebut dimungkinkan oleh beberapa sebab, antara lain beberapa sebab, antara lain pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, penyebab utamanya kondisi keluarga yang negatif. (Syamsu, 2011; Shochib, 2011, h. 4) Kualitas rumah tangga dan keluarga atau kehidupan jelas memainkan peran paling besar dalam membentuk kepribadian remaja. Misalnya rumah tangga berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibu, perceraian, hidup pisah, poligami, ayah mempunyai simpanan istri lain. Semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delikuensi remaja, sebagai akibat munculnya delikuensi anak menjadi bingung, risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam bencii sehingga anak menjadi kacau dan liar. Mereka akan mencari kompensasi bagi kerisauan batin sendiri di luar lingkungan keluarga. Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu. Ia juga membutuhkan kebutuhan psikologi untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. (Shochib, 2011, h. 9) Dalam memasuki zaman industrialisasi ini, ditantai dengan banyaknya keluarga modern yang suami-istrinya bekerja di luar rumah tanpa mengenal lelah demi ekonomi keluarga tidak berkurang. Perpecahan keluarga merupakan fenomena faktual, yang menyebabkan terjadinya kenakalan anak karena tidak lengkapnya orang tua, perlu upaya orang tua untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak berdialog dengan mereka sejak dini agar anak menyadari moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya. (Kartono Kartini, 2011, h. 59-60; Agoes 2004, h.110) Pola asuh orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan ada kehangatan pertautan perasaan. Oleh sebab itu, anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan mereka untuk memahami, menerima. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua itu selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dari tempat berpijak. Anak-anak mulai menghilang dari rumah,lebih suka bergelandangan dan mencari kesenangan hidup yang imaginer di tempattempat lain. Dia mulai berbohong, mencuri untuk menarik perhatian dan mengganggu orang tuanya. Mereka juga mulai mengembangkan reaksi kompensatoris negatif untuk mendapatkan keenakan dan kepuasan hidup dengan melakukan perbuatan kenakalan atau kriminal. (Shochib, 2011, h. 6; Kartoni Kartini, 2011, h. 59-60) Perkembangan remaja juga sangat rentan terhadap pengeruh lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor resiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misal merokok, minum minuman keras, penggunaan narkoba, seks pranikah, tawuran, tindakan kriminal, dan kebut kebutan di jalan ( Poltekes,2010, h. 95 ) HIKMAH 7

Data yang ada di Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) untuk tahun 2011, anak yang berhadapan dengan hukum karena menjadi pelaku kejahatan di seluruh Indonesia tercatat 528 kasus. Catatan Komnas PA klasifikasi pendidikan pelaku di tingkat SD sebanyak 29 kasus, SMP 80 kasus, SMA 247 kasus dan putus sekolah 155 kasus. Komnas PA juga mencatat beberapa modus yang terjadi dan dilakukan kejahatan remaja tersebut. Diantaranya modus pencurian dengan jumlah 124, perkosaan 59, pelecehan seks 3 kasus, kekerasan 136, membawa senjata tajam 99, judi 10, narkoba 71, penculikan 1, teror bom 2 dan pembunuhan 38. Data BNP Provinsi jawa tengah ( 2010 ) menjelaskan bahwa jawa tengah menduduki peringkat 26 dari seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 1038 pengguna narkoba kenakalan pada remaja ini merupakan permasalahan besar yang sangat perlu diperhatikan dan hal ini merupakan tantangan dan tanggung jawab bagi kita semua demi meningkatkan kualitas dan kwantitas remaja, dengan meningkatnya kwalitas remaja dapat meningkatkan kwalitas bangsa dan negara dalam mewujudkan Bangsa yang bermoral dan martabat. Kiranya perlu kita bersama sama berupaya secara preventif, promotif dan rehabilitative terhadap masalah kenakalan remaja pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba. SMK PGRI 1 Mejobo Kudus yang berada disebelah timur kota Kudus, SMK PGRI 1 Mejobo Kudus merupakan salah satu sekolah di kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jumlah siswa di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus 1.123 siswa. (Data umum sekolah) Data siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus tahun 2013 sejumlah 1.123 siswa terdiri dari kelas X, XI, XII. Tabel 1.1 Data siswa kelas XI pemasaran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus tahun 2013 No Kelas XI Jumlah Siswa 1. PM 1 35 Siswa 2. PM 2 33 Siswa Jumlah 68 Siswa Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 16 november 2012 di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus di dapatkan 10 siswa. 2 siswa pola asuh orang tua otoriter dengan sikap anak yang terpaksa memilih sekolah karena menuruti keinginan orang tua, 6 siswa pola asuh yang demokratis dengan sikap orang tua yang selalu memberi kesempatan menjadi dirinya sendiri dengan pemantauan orang tua, dan 2 siswa pola asuh primitif dengan sikap orang tua yang memberi kebebasan anak ingin pulang kapanpun. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Diskriptif Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Di Kelas XI Pemasaran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey deskriptif dengan pendekatan croos sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dan dianalisis secara univariat. HIKMAH 8

HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun 2013 No. Kategori Frekuensi (%) 1. Otoriter 7 10.3 2. Demokratis 59 86.8 3. Serba boleh 2 2.9 Jumlah 68 100 Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Diuraikan Akan Dilakukan Pembahasan Lebih Lanjut. Penelitian Dengan Judul Studi Deskriptif Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Di Kelas Xi Pemasaran Smk Pgri 1 Mejobo Kudus Yang Dilakukan Bulan Februari 2013 Dengan Cara Membagikan Kuesioner Langsung Kepada Responden Sejumlah 68 Responden. Dan dianalisis secara univariat. BAHASAN 1. Pola asuh orang tua pada remaja Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas dengan judul studi deskriptif pola asuh orang tua pada remaja di kelas XI pemasaran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus pada tanggal 18 Februari 2013 didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus mendapatkan pola asuh orang tua yang demokratis sebanyak 59 responden (86.8%), dan sebagian kecil mendapatkan pola asuh serba boleh sebanyak 2 responden (2.9%), dan 7 responden (10.3%) mendapatkan pola asuh yang otoriter. KESIMPULAN 1. Pola asuh orang tua otoriter yaitu sebanyak 7 responden (10,3%). 2. Pola asuh orang tua demokratis yaitu sebanyak 59 responden (86.8%). 3. Pola asuh orang tua serba boleh yaitu sebanyak 2 responden (2.9%). SARAN Bagi remaja (khususnya siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus) diharapkan siswa dengan pola asuh yang demokratis dapat memberikan prestasi baik akademik dan non akademik. Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu memberikan pendidikan tentang perilaku yang baik dalam lingkungan sekitar. Contohnya : Dengan cara mewajibkan siswa setiap masuk ruangan mengucapkan salam. Bagi Akademik diharapkan akademik dapat menyediakan lebih banyak lagi buku sumber pengeluaran terbaru untuk meningkatkan kualitas penelitian. Bagi peneliti sendiri diharapka ada penelitian lebih lanjut mengenai pola asuh orang tua pada remaja dengan variabel yang berbeda dan tempat penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Kartono kartini. Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta; Karisma putra; 2011. HIKMAH 9

Shochib M. Pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin diri. Jakarta; Rineka cipta; 2011. Syamsu Y. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung; Remaja rosdarkarya; 2011. Politekkes depkes. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta; Salemba medika; 2010. Agoes D. Psikologi perkembangan remaja. Bogor; Ghalia Indonesia; 2004. Septriatri B. Mencetak balita cerdas dan pola asuh orang tua. Yogyakarta; Nuha medika; 2012 Pudiastuti D. 3 fase penting pada wanita. Jakarta; Gramedia; 2012 Dewi E. Memahami perkembangan fisik remaja. Yogyakarta; publishing; 2012 Notoatmodjo S. Metode penelitian kesehatan. Jakarta; Rineka cipta; 2005. Alimul A. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta; Salemba medika; 2010. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta; Rineka cipta; 2010 Saryono. Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta; Nuha medika; 2010. Machfoedz I. Metode penelitian. Yogyakarta; Fitramaya; 2009 Sugiyono. Statistik untuk penelitian. Bandung; Alfabeta; 2011 Riwidikdo H. Statistik kesehatan.yogyakarta; Mitra Cendekia Pres; 2009 HIKMAH 10